Pengkhianatan

Seira berjalan tergesa memasuki gudang beras milik sang suami. Dahinya mengernyit dalam dikala para karyawan di gudang hanya termangu sambil menatap dirinya. Ia tak akan mengira jika akan ada drama menyebalkan di dalam tempat tersebut.

"Jago, Mas Zafran ada di ruangannya, 'kan?" tanya Seira begitu mendapati mandor gudang menghampiri dirinya.

Mereka berhadapan, laki-laki berjanggut tebal itu memainkan jemari di depan tubuh. Bola matanya bergerak liar, seolah-olah sedang menyusun sebuah rencana persengkongkolan.

Melihat itu, wanita dengan dagu bak lebah bergantung itu semakin mencurigai gudang. Tak menunggu jawaban dari sang mandor, Seira kembali membawa langkahnya semakin dalam memasuki gudang.

"Eh, Bu! Bapak lagi nggak di gudang, Bu. Bapak pesen kalo ada Ibu dateng ke gudang saya diminta menyampaikan itu," sergah Jago dengan gesit menjegal langkahnya.

Seira memicing, gelagat yang ditampilkan laki-laki berwajah beringas itu amat mengganggu ketenangan hatinya. Bukannya tenang, tapi justru menambah was-was yang ada.

"Kalo suami saya lagi nggak di gudang, kenapa Lita juga nggak ada di mejanya? Apa mereka pergi berdua?" selidik Seira sedikit memiringkan kepala demi dapat melihat wajah merah berkeringat milik mandor tersebut.

Jago menunduk menghindari tatapan elang milik Nyonya majikannya. Wanita itu terlihat polos di luar, tapi sesungguhnya dia amat berbahaya. Menolak jika ingin, tak dapat dibantah.

"Anu ... i-itu ... s-s-saya ...."

Tanpa ingin mendengar keterangan darinya, Seira mendorong bahu laki-laki itu hingga menyingkir dari jalannya. Terus berlanjut menuju sebuah lorong di mana ruangan Zafran berada.

Jago menggaruk kepalanya yang tak gatal, lidahnya berkali-kali berdecak juga berdesis karena tak dapat mencegah wanita tersebut. Ia berjalan cepat, niat hati ingin kembali mencegah. Namun, apalah daya, wanita dengan mata setajam elang itu telah berdiri membeku di depan ruangan milik suaminya.

"Gawat! Bos pasti marah sama aku!" gerutunya sambil memukul telapak tangan sendiri. Berkali-kali melirik sang majikan sambil menggigiti kuku-kukunya.

Seira mematung di depan ruangan milik Zafran, sayup-sayup ia dengar suara desah*n bercampur obrolan dua insan di dalam sana. Seira semakin mendekatkan diri pada daun pintu, menempelkan telinga padanya demi dapat mendengar dengan jelas suara tersebut.

"Mas, sampai kapan kita akan begini terus? Kamu nggak main-main, 'kan, sama aku," rajuk suara Lita disela desah*nnya yang terdengar menggiurkan.

Mata dan hidung Seira memanas, ada gumpalan awan hitam menyelubungi wajah. Hatinya perlahan diliputi perih yang mencabik-cabik. Sekuat hati menahan diri agar tidak menangis, dia masih ingin di sana mendengarkan apa yang akan dikatakan laki-laki di dalam sana yang dikiranya setia dan amat mencintainya itu.

"Sabar dulu, sayang. Aku masih mikirin cara gimana wanita yang nggak berguna itu menjauh dari aku," sahut suara lelaki yang tak asing di telinganya itu.

Tidak! Seharunya erangan itu hanya dia yang mendengar. Wajah puas laki-laki itu harusnya hanya saat berhadapan dengannya, bukan dengan wanita lain yang notabene adalah sahabatnya sendiri.

Hancur hatinya menerima kenyataan bahwa lelaki yang dicintainya juga yang ia pikir mencintainya itu tengah memadu kasih dengan wanita lain.

Tega kamu, Mas. Kalo kamu emang udah nggak cinta sama aku, kenapa harus selingkuh? Jahat kamu, Mas.

Batinnya bergumam, tak terasa air mata luruh begitu saja tak tertahan. Namun, disekanya dengan segera, ia tak ingin mengalah pada rasa sakit yang terus menghujam hatinya.

"Hmm ... dia lagi, aku capek tiap kali kamu ngomongin dia kalo lagi sama aku. Bisa nggak, sih, kamu cepetan singkirin dia? Buat apa coba kamu pertahanin perempuan mandul kayak dia itu," ujar Lita lagi terdengar kesal.

Semakin deras air mata yang mengucur dari tempatnya, Seira benar-benar tak menyangka bahwa suami dan sahabat akan tega mengkhianati dirinya. Ia menggelengkan kepala sembari menutup mulutnya agar isak tangis tak menguar.

Lita, ternyata kamu nggak lebih dari pagar makan tanaman. Menusukku dari belakang, nggak sadar siapa yang bawa kamu keluar dari masalah dan hidup enak kayak gini? Jahatnya kalian!

Seira tak tahan lagi, ia membuka pintu ruangan tersebut seraya memekik lantang, "Mas Zafran!"

Kedua manusia laknat itu pun sama-sama menoleh dalam keadaan yang memalukan. Lita cepat-cepat menyambar pakaiannya, dan menutupi apa yang perlu disembunyikan.

"Seira!" Zafran bergumam lirih, ia membenarkan celananya seraya bangkit dan mendekat.

"Memalukan! Jadi begini kelakuan kalian di belakang aku?! Kalian benar-benar binatang. Apa nggak ada tempat lain selain di gudang ini, hah?!" bentak Seira dengan matanya yang memerah dan terasa panas bergejolak.

"Sei ...." Zafran menggigit bibir bingung. Harus seperti apa menjelaskannya pada sang istri, ingin berkilah, tapi Seira telah melihat dengan jelas.

"Apa, Mas? Apa kamu selama ini nggak cukup dapat pelayanan dari aku? Apa kurang aku selama melayani kamu, Mas? Sampai-sampai kamu masih mencari kepuasan dari wanita lain," sambar Seira melirik tajam pada wanita yang tak tahu malu di sofa tersebut.

"Sei, Sei, tunggu! Jangan marah dulu. Coba kamu ingat, akhir-akhir ini kamu sering sakit. Aku nggak tega minta hak aku sama kamu, dan udah hampir satu Minggu juga aku nggak dapat servis. Terus, aku nggak bisa nahan dan ... yah, kayak yang kamu liat inilah," ungkapnya tanpa rasa berdosa sama sekali.

Seira tertawa sumbang, sama sekali tidak menyangka suaminya akan berbicara terang-terangan seperti itu. Benar-benar laki-laki tak punya hati.

"Bener-bener kamu, Mas. Kamu tega ngomong kayak gitu sama aku. Aku cuma lagi nggak enak badan, terus kamu nyari tempat pelampiasan lain? Ini nggak masuk akal. Kamu udah nggak waras, Mas. Kamu udah dikuasai hawa nafsu. Apa kamu nggak sadar apa yang kamu lakuin ini zinah? Dosa, Mas!" Seira menatap Zafran tak percaya.

"Makanya, Sei, kalo punya suami dijagain. Banyak, lho, yang naksir sama Mas Zafran dan mau jadi istrinya," seloroh Lita sama-sama tidak tahu malunya.

Seira melempar lirikan pada wanita yang kini sudah berbusana. Dia kembali tertawa, tapi air mata jatuh begitu saja. Dia sudah kalah.

"Hah, apa kamu bilang? Jagain suami? Banyak yang naksir? Termasuk kamu yang cuma mau hartanya Mas Zafran aja? Heh, wanita l*cur kayak kamu ini emang cuma mau itu, 'kan?" sarkasnya sembari melangkah mendekati Lita yang mendongak cepat.

"Jaga mulut kamu, Sei!"

Seira tertawa terbahak mendengar hardikan suaminya, tawa yang seumur hidup belum pernah Zafran dengar.

"Kamu minta aku buat jaga mulut aku, Mas? Terus kalian ini harus jaga apa? K*mal*an? N*fsu? Apa? Kalian sendiri udah kayak binatang, berzinah tanpa tahu malu. Melakukan dosa besar di depan mata semua orang. Kalian nggak malu?" bentaknya lagi tak ingin kalah.

"Malu sama siapa? Orang kita sama-sama suka, kok," sambar Lita yang terdengar seperti gumaman, tapi masih dapat didengar oleh Seira.

Seira menatap berang perempuan yang sudah kehilangan harga diri itu. Langkahnya melaju cepat, dan tanpa terduga sebuah tamparan yang sangat keras mendarat di pipi Lita hingga meninggalkan bekas kemerahan di wajah lelahnya.

"Sei!"

"Ingat, wanita murahan! Perempuan yang menjadi duri dalam kehidupan perempuan lainnya suatu saat akan menuai luka yang sama seperti yang dia berikan. Karma itu nyata walaupun tidak terlihat apalagi terasa. Kamu-"

Plak!

Tamparan lain mendarat dengan tepat di wajah Seira, tangan yang selama ini bekerja keras untuknya itu justru memberikan luka fisik padanya. Seira menoleh sambil memegangi pipi yang memanas. Lita tersenyum puas meskipun rasa pedih masih melekat di pipinya.

"Kamu tega nampar aku, Mas, cuma demi perempuan rendahan ini!" geram Seira tak percaya.

"Udah aku bilang jaga mulut kamu!" Zafran menudingnya dengan geraham yang saling beradu, "dia bukan wanita rendahan. Dia wanita baik-baik dan terhormat." Dia membentak hingga air liurnya menyembur ke wajah Seira.

Wanita itu mengusap wajah, tawa kecil menguar semakin membuat berang Zafran.

"Wanita baik-baik? Terhormat? Wanita baik-baik akan selalu menjaga harga dirinya agar tidak ternoda. Wanita terhormat selalu menjunjung tinggi harkat dan martabatnya sebagai seorang wanita, tapi dia ... masih kamu sebut wanita baik-baik? Wanita terhormat? Wanita baik-baik tak akan melakukan kecurangan seperti yang dia lakukan. Wanita terhormat tak akan melakukan hal yang tidak bermoral seperti yang dia lakukan. Masih kamu-"

"DIAM!"

"Argh!"

Zafran mendorong tubuh Seira cukup kuat hingga membentur dinding. Wanita itu mengerang sambil memegangi perutnya.

Terpopuler

Comments

Yuni Sulistiarsih

Yuni Sulistiarsih

ikut geram

2024-02-14

0

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

ayo kuat Sei ✊️💪... tunjukkan kamu lebih hebat ..
dan biar nanti pengkhianat dan jal@ng itu yg bakalan ngemis2 sama kamu ...

2022-12-20

2

Thressia Gwatiny Tan

Thressia Gwatiny Tan

jgn punya sahabat krn gk guna,sahabat itu ada saat kamu berada,,,dan sahabat itu pecundang yg nusuk dari belakang.aku gk sk bersahabat smpai segitu nya cukup sai hello aja ,,,lbh baik sendiri gk rugi lo.

2022-11-19

0

lihat semua
Episodes
1 Kabar Baik atau Buruk?
2 Pengkhianatan
3 Kemalangan
4 Tak Acuh
5 Sebuah Derita
6 Zafran dan Jago
7 Semuanya Hancur
8 Kenangan Indah Itu
9 Dibuang
10 Pergi
11 Mencari Seira
12 Rindu
13 Perang Batin
14 Kecurigaan
15 Bukan Sei
16 Yang Sebenarnya
17 Ikhlas
18 Seira Pergi
19 Tertinggal Bus
20 Dia Tetap Milikku!
21 Pergulatan
22 Suasana Subuh
23 Keadaan Zafran
24 Penampilan
25 Lagi-lagi Seira
26 Taruhan
27 Was-was
28 Hendra dan Hubungannya
29 Masalah
30 Kehidupan Seira
31 Kebahagiaan Menjadi Ayah
32 Kemarahan Zafran
33 Bertemu Hendra
34 Kebetulan
35 Restu Ibu
36 Kenangan Masa Lalu
37 Rencana Berhasil
38 Semakin Rumit
39 Dua Wanita Lawan Satu.
40 Bersamaan
41 Tak Ingin Bercerai
42 Rasa Khas Sebuah Kue
43 Menuntaskan Rasa Penasaran
44 Sadar
45 Pada Hari Ulang Tahun Naina
46 Perjuangan Dan Kehancuran
47 Perlahan Hancur
48 Frustasi
49 Pertemuan Tak Terduga
50 Malam Kembali Memanas
51 Senyum Kebahagiaan
52 Side Story' Seira
53 Bukan Papah Rayan
54 Seperti Apa Jakarta
55 Pulang
56 Pertemuan Pertama
57 Bertemu Lagi
58 Ibu Pulang
59 Perasaan Seira, Perasaan Biya
60 Bertemu Siapa?
61 Tak Lekang Oleh Waktu
62 Kenyataan
63 Anak Itu ....
64 Panik
65 Antara Lega dan Malu
66 Kenyataan Pahit
67 Siapa Laki-laki Itu?
68 Dugaan
69 Penyesalan Terdalam
70 Naina Yang Malang
71 Apa Lagi?
72 Nasib
73 Semakin Aneh
74 Hamil?
75 Anak Tetaplah Anak
76 Kesialan
77 Kesialan II
78 Kabar Terbaru
79 Sadar?
80 Sebuah Nama Berharga
81 Bertemu Teman Lama
82 Bertemu Teman Lama II
83 Pada Waktu Itu ....
84 Ditolak
85 Malu
86 Berakhir
87 Lebih Busuk
88 Hari Itu ....
89 Pelangi Setelah Badai
90 Gadis Kecil Di Toko Kue
91 Siapa Lagi?
92 Bertemu Lagi
93 Gadis Kecil Itu
94 Keadaan Berbalik
95 Ingin Kembali
96 Kenangan
97 Tidak Jadi
98 Fathiya
99 Anak Itu
100 Sesosok Luka
101 Yang Buruk Tak Selalu Buruk
102 Bertemu
103 Hati Yang Retak
104 Perlahan Mengerti
105 Ikhlas II
106 Beberapa Hari Berlalu
107 Permohonan Gadis Kecil
108 Tak Bisa Pergi
109 Sebuah Surat
110 Bertemu Luka
111 Bertemu Muka
112 Memaafkan dan Mengikhlaskan
113 Akan Bertemu Rayan
114 Tidak Sekarang
115 Kontak Batin
116 Bukan Aids
117 Reuni
118 Keputusan
119 Kemauan Zafran
120 Tempat Ibu
121 Mencari Biang Masalah
122 Bertemu
123 Peringatan
124 Aku dan Kamu
125 Berbicara
126 Bertemu Lita
127 Sebuah Acara
128 Kenyataan
129 Ketakutan Hendra
130 Perubahan Seira
131 Tekad Zafran
132 Penolakan Rayan
133 Penolakan Rayan II
134 Diluar Dugaan
135 Mencoba Mengakhiri Hidup
136 Membuat Ulah
137 Dampak Berita Zafran
138 Tersangka
139 Tersangka Baru
140 Diburu
141 Tersangka Utama
142 Menuntaskan Masalah
143 Klarifikasi
144 Tuntas!
145 Pertemuan
146 Ingin Bertemu Naina
147 Naina Anakku.
148 Waktu Berdua
149 Doa Ibu
150 Hari Yang Ditunggu
151 Berkumpul
152 Kebahagiaan yang Tiada Tara
153 Rahasia Besar Fatih
154 Akhir Sebuah Kisah
155 Akhir Cerita (End)
156 Ekstra Part. Perpisahan
157 Pengumuman
Episodes

Updated 157 Episodes

1
Kabar Baik atau Buruk?
2
Pengkhianatan
3
Kemalangan
4
Tak Acuh
5
Sebuah Derita
6
Zafran dan Jago
7
Semuanya Hancur
8
Kenangan Indah Itu
9
Dibuang
10
Pergi
11
Mencari Seira
12
Rindu
13
Perang Batin
14
Kecurigaan
15
Bukan Sei
16
Yang Sebenarnya
17
Ikhlas
18
Seira Pergi
19
Tertinggal Bus
20
Dia Tetap Milikku!
21
Pergulatan
22
Suasana Subuh
23
Keadaan Zafran
24
Penampilan
25
Lagi-lagi Seira
26
Taruhan
27
Was-was
28
Hendra dan Hubungannya
29
Masalah
30
Kehidupan Seira
31
Kebahagiaan Menjadi Ayah
32
Kemarahan Zafran
33
Bertemu Hendra
34
Kebetulan
35
Restu Ibu
36
Kenangan Masa Lalu
37
Rencana Berhasil
38
Semakin Rumit
39
Dua Wanita Lawan Satu.
40
Bersamaan
41
Tak Ingin Bercerai
42
Rasa Khas Sebuah Kue
43
Menuntaskan Rasa Penasaran
44
Sadar
45
Pada Hari Ulang Tahun Naina
46
Perjuangan Dan Kehancuran
47
Perlahan Hancur
48
Frustasi
49
Pertemuan Tak Terduga
50
Malam Kembali Memanas
51
Senyum Kebahagiaan
52
Side Story' Seira
53
Bukan Papah Rayan
54
Seperti Apa Jakarta
55
Pulang
56
Pertemuan Pertama
57
Bertemu Lagi
58
Ibu Pulang
59
Perasaan Seira, Perasaan Biya
60
Bertemu Siapa?
61
Tak Lekang Oleh Waktu
62
Kenyataan
63
Anak Itu ....
64
Panik
65
Antara Lega dan Malu
66
Kenyataan Pahit
67
Siapa Laki-laki Itu?
68
Dugaan
69
Penyesalan Terdalam
70
Naina Yang Malang
71
Apa Lagi?
72
Nasib
73
Semakin Aneh
74
Hamil?
75
Anak Tetaplah Anak
76
Kesialan
77
Kesialan II
78
Kabar Terbaru
79
Sadar?
80
Sebuah Nama Berharga
81
Bertemu Teman Lama
82
Bertemu Teman Lama II
83
Pada Waktu Itu ....
84
Ditolak
85
Malu
86
Berakhir
87
Lebih Busuk
88
Hari Itu ....
89
Pelangi Setelah Badai
90
Gadis Kecil Di Toko Kue
91
Siapa Lagi?
92
Bertemu Lagi
93
Gadis Kecil Itu
94
Keadaan Berbalik
95
Ingin Kembali
96
Kenangan
97
Tidak Jadi
98
Fathiya
99
Anak Itu
100
Sesosok Luka
101
Yang Buruk Tak Selalu Buruk
102
Bertemu
103
Hati Yang Retak
104
Perlahan Mengerti
105
Ikhlas II
106
Beberapa Hari Berlalu
107
Permohonan Gadis Kecil
108
Tak Bisa Pergi
109
Sebuah Surat
110
Bertemu Luka
111
Bertemu Muka
112
Memaafkan dan Mengikhlaskan
113
Akan Bertemu Rayan
114
Tidak Sekarang
115
Kontak Batin
116
Bukan Aids
117
Reuni
118
Keputusan
119
Kemauan Zafran
120
Tempat Ibu
121
Mencari Biang Masalah
122
Bertemu
123
Peringatan
124
Aku dan Kamu
125
Berbicara
126
Bertemu Lita
127
Sebuah Acara
128
Kenyataan
129
Ketakutan Hendra
130
Perubahan Seira
131
Tekad Zafran
132
Penolakan Rayan
133
Penolakan Rayan II
134
Diluar Dugaan
135
Mencoba Mengakhiri Hidup
136
Membuat Ulah
137
Dampak Berita Zafran
138
Tersangka
139
Tersangka Baru
140
Diburu
141
Tersangka Utama
142
Menuntaskan Masalah
143
Klarifikasi
144
Tuntas!
145
Pertemuan
146
Ingin Bertemu Naina
147
Naina Anakku.
148
Waktu Berdua
149
Doa Ibu
150
Hari Yang Ditunggu
151
Berkumpul
152
Kebahagiaan yang Tiada Tara
153
Rahasia Besar Fatih
154
Akhir Sebuah Kisah
155
Akhir Cerita (End)
156
Ekstra Part. Perpisahan
157
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!