Keluarga Imanuel

Erland membawa Ovy menjauh dari Bastian setelah usai berbincang. Kini mereka tengah menikmati hidangan pada pesta malam ini. Ovy terlihat begitu antusias yang membuat Erland merasa gemas.

"Makan sebanyak yang kau mau, Ovy. Tidak akan ada yang merebutnya," ujar Erland sambil menyodorkan kue manis ke hadapan gadis itu.

Ovy melirik dengan senyum manis. "Terimakasih Erland. Aku sangat menginginkan kue ini dari lama! Tapi baru terwujud sekarang, karena aku tahu harga kue ini sangat mahal. Mana mampu aku membelinya. Beruntung kau mengajakku ke sini, jadi aku bisa merasakan rasanya."

Dia tertawa kecil setelah menyelesaikan ucapannya.

"Sekarang kau bisa memakan kue itu kapanpun kau mau. Aku yang akan membelikannya untukmu."

"Sungguh?" kaget Ovy dengan binar senang pada netra jernihnya.

Erland mengangguk. "Iya. Jika kau menginginkan sesuatu katakan saja padaku."

"Terimakasih, Erland."

Ovy tersenyum senang, tetapi kemudian senyumnya luntur dan berganti dengan wajah muram. Erland yang melihat perubahan itu secara mendadak menjadi bingung.

"Kenapa? Apa ada yang membuatmu tidak nyaman? Katakan saja, Ovy."

Ovy menggelengkan kepalanya dengan pelan. "Bukan begitu. Aku hanya merasa tidak enak karena selalu merepotkan mu."

Dia bercicit pelan, untung saja pendengaran Erland bagus. Jadi dia masih dapat mendengar lirihan suara milik Ovy ditengah bisingnya pesta.

"Kenapa harus merasa tidak enak? Aku tidak masalah, Ovy. Lagipula, ini juga kemauanku sendiri, jadi jangan merasa tidak enak begitu."

Erland menggenggam tangan Ovy agar gadis itu merasa tenang. "Walaupun aku ingin berpikir begitu, tetap saja perasaan ini tidak menyingkir. Apalagi kau adalah tunangan Angel."

"Sudah berapa kali ku katakan, Angel bukan tunanganku! Tunangan ini terjadi atas paksaan wanita itu sendiri! Aku tidak pernah mau mengakuinya sebagai tunanganku, kau sendiri tahu itu Ovy. Jadi jangan pernah mengungkitnya."

Nada Erland mulai berubah datar, Ovy sedikit menyesali perkataannya tadi. Kenapa mulutnya tidak bisa dikontrol? Jika saja dia bisa lebih mengontrol mulutnya, mungkin suasana hati Erland tidak akan memburuk. Ovy merasa buruk untuk ini.

"Maaf, aku tidak bermaksud mengungkitnya. Aku hanya--"

"Sudahlah tak apa. Lebih baik kita membahas hal lain saja."

Ovy akhirnya mengangguk atas ucapan Erland agar tidak membuat pemuda itu semakin marah terhadapnya. Pada menit-menit setelahnya hanya diisi oleh keheningan diantara mereka. Sampai kemudian, keluarga Erland datang dan berbicara bersama Bastian.

"Erland, orang tuamu sudah datang."

Ovy memberitahu pemuda itu. Erland sibuk menyuapi dirinya dengan kue-kue manis. "Biarkan saja."

Erland memberikan respon datar dengan tatapan tak beralih dari wajah Ovy. Sedangkan atensi gadis itu mulai kembali kepadanya.

"Jangan begini, mereka orang tuamu. Seharusnya kau datang ke sana untuk menyambut mereka."

"Aku bukan pemilik pesta ini, Ovy. Lagipula, mereka sudah disambut oleh Tuan rumah ini secara langsung. Jadi untuk apa aku menghampiri mereka?"

Erland mengangkat sebelah alisnya dengan heran. Ovy diam, benar juga. Namun tetap saja, mereka adalah orang tua kandung Erland. Bukankah sikap Erland seharunya menyambut mereka dengan baik? Minimal menghampirinya.

"Terserah kau saja. Tapi sebaiknya aku menyingkir."

Ovy beranjak dari kursi, berniat untuk melangkah pergi. Namun, Erland segera menahan pergelangan tangannya.

"Mau kemana?" tanya pemuda itu.

"Menjauh darimu. Aku tidak mau orang tuamu tahu akan kebersamaan kita."

"Kenapa? Bukankah bagus jika mereka mengetahuinya?"

Ada rasa tidak senang dalam hati Erland kala mendengar ucapan Ovy. Dia bahkan ingin memamerkan Ovy kepada kedua orang tuanya agar perjodohan diantaranya dan Angel bisa dibatalkan. Tetapi kenapa Ovy malah tidak mau kedua orang tuanya tahu?

Ovy menarik napas pelan, dia duduk kembali. "Erland, aku tidak mau dicap buruk oleh orang tuamu. Biar bagaimanapun kau masih tunangan Angel. Apa yang akan dipikirkan oleh orang tuamu jika tahu kebersamaan kita?"

Gadis itu memberikan penjelasan dengan suara lembut agar Erland mengerti. Bukannya mengerti Erland malah semakin tidak senang.

"Aku tidak peduli, Ovy. Bagus jika mereka tahu dan membatalkan pertunangan sialan ini!"

...****************...

Elicia menatap pertunjukan di depannya dengan senyum senang yang tidak bisa ditahan. Bagaimana lagi, hatinya tidak bisa berbohong bahwa dia senang melihat kesengsaraan tokoh utama itu. Jika dilihat, sepertinya Erland dan Ovy sedang berdebat ringan. Kira-kira apa yang mereka perdebatkan, ya?

"Jarak ini sungguh membuatku kesulitan! Aku 'kan jadi tidak bisa menguping pembicaraan mereka," gerutu Elicia sedikit kesal.

"Kalau begitu mendekat saja."

Elicia tersedak ludahnya saat sebuah suara tiba-tiba terdengar. Dia menoleh dan memberikan lirikan tajam.

"Apa sekarang menyela ucapan orang itu dianggap sopan?" sindir Elicia.

"Menyela? Aku tidak menyela," elak pemuda itu.

"Kau, iya!" tegas Elicia penuh penekanan.

"Tidak. Aku tidak menyela, hanya menimpali ucapannya saja."

Elicia mendelik tajam, lantas membuang muka. "Terserah kau saja."

Dia menyahut dingin, lalu kembali fokus ke depan. Mengabaikan pemuda tampan yang duduk di sampingnya.

"Bukankah dia tunanganmu? Kenapa dia duduk dengan gadis lain dan bukan dirimu?"

"Apa urusannya denganmu?" sinis Elicia mulai terganggu.

Pemuda di sampingnya itu terkekeh atas respon Elicia. "Kau ternyata masih sama seperti awal kita bertemu."

Elicia mengerutkan keningnya tak mengerti. Memangnya mereka bertemu? Sudahlah, untuk apa dia mengurusi hal tidak penting seperti ini. Tatapannya kembali mengarah ke depan.

Akhirnya yang dinanti-nanti datang juga, batin Elicia menyeringai gembira.

...****************...

Ovy memijat kepalanya pelan. Erland memang susah diberi pengertian. Saat dia hendak menyuarakan pendapat lagi, tiba-tiba saja orang tua Erland sudah ada di sebelah mereka.

"Erland, siapa gadis ini?" tanya Austin Imanuel yang tak lain adalah ayah Erland.

Ovy menegang, Erland dapat merasakannya. Keduanya saling bertukar pandang. Gadis itu segera berdiri dan membungkuk sopan sebagai bentuk rasa hormatnya.

"Selamat malam Tuan dan Nyonya Imanuel. Saya Ovy, teman Erland."

Sebelum Erland mengacaukannya dan membeberkan tentang hubungan mereka. Ovy segera mengambil tindakan.

"Temanmu?"

Kali ini Ibu kandung Erland yang angkat bicara, Maureen Adaline. "Kau memiliki teman perempuan dan duduk berdua dengannya? Erland, apa kau lupa jika sudah mempunyai tunangan?"

Ovy meremas gaun yang dipakainya. Perhatian beberapa tamu undangan tertuju kepada mereka. Dia tidak mau dianggap sebagai gadis buruk! Namanya tidak boleh rusak karena hal ini! Jika sudah hancur, akan sangat sulit untuk membangun nama lagi dengan baik. Oleh karena itu, Ovy tidak akan membiarkan siapapun merusak nama baiknya yang sudah dijaga selama ini.

"Dimana Angel?" tanya Austin.

"Ayah--"

"Tuan Imanuel, Nyonya Adaline, kalian sudah datang?"

To be continued...

Terpopuler

Comments

Miss Marsini

Miss Marsini

lanjut thor

2023-12-01

1

miyura

miyura

lanjutkan..

2023-11-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!