Pasangan Serasi

Elicia masuk ke dalam kelas saat jam istirahat sudah hampir berakhir. Sewaktu berjalan, dia melewati kursi Jennifer yang sedang berbincang dengan teman-temannya. Dia tidak menyadari maksud buruk dari Jennifer. Hingga kakinya tersandung dan hampir jatuh jika saja dia tidak bisa menahan keseimbangannya.

"Ups! Maaf, aku tidak sengaja," kata Jennifer main-main. Lalu tertawa bersama teman-temannya seolah mengejek.

Elicia tahu gadis itu sengaja menjulurkan kakinya untuk membuatnya jatuh. Kata maaf yang keluar dari mulut gadis itu juga terdengar tidak tulus.

"Oh, benarkah? Tidak sengaja, ya?" jawab Elicia dengan mengangguk-angguk.

Tanpa sengaja matanya melihat sebotol minuman yang berada di meja salah satu siswa.

"Apa ini minumanmu?" tanya Elicia kepada pemuda yang duduk di belakang Jennifer.

Pemuda itu mengangguk malu-malu. Paras cantik Elicia membuat banyak murid laki-laki mengangguminya, termasuk siswa tersebut.

"Boleh aku memintanya?"

Elicia bertanya ramah dengan senyuman manis. Wajah pemuda itu memerah dengan raut terbengong, terpana melihat senyum tersebut.

"Si- silakan," jawabnya dengan gugup.

"Apa sekarang keluargamu jatuh miskin hingga tidak mampu membeli air mineral?" cibir Jennifer menyindir sinis.

Elicia tak menghiraukan sindiran Jennifer, ia mengambil sebotol minuman itu. Membuka tutup botolnya, saat hendak meminumnya dengan sengaja Elicia berpura-pura tersandung sambil menumpahkan air itu ke atas kepala Jennifer.

"Sialan! Apa yang kau lakukan, hah!"

Jennifer langsung beranjak dari duduknya dan berteriak kesal. Matanya melotot tajam ke arah Elicia yang bersikap santai.

"Ups! Maaf, kakiku tersandung tadi," kata Elicia dibuat-buat dengan seringai kecil, mengikuti gaya Jennifer sebelumnya.

"Kau!"

Jennifer bersiap menjambak rambut Elicia. Namun, dengan sigap Elicia menahan pergelangan tangan itu. Merematnya dengan begitu kuat sampai Jennifer merintih kesakitan. Pandangannya begitu datar dan tajam.

"Jangan mencoba-coba menggangguku, Nona Cornelia. Aku bukan wanita lemah yang bisa kau tindas begitu saja. Jika kau berani menggangguku lagi, aku tidak akan segan untuk membalas perlakuanmu lebih dari ini!"

Elicia menghempas kasar tangan Jennifer. Gadis itu sampai mundur beberapa langkah dan hampir terjatuh jika saja tidak ada temannya yang menahan. Setelah memberi Jennifer berupa ancaman dan peringatan, Elicia segera berlalu menuju kursinya. Sementara gadis itu menatap Elicia dengan penuh permusuhan.

Sialan! Dia pikir aku akan ketakutan mendengar bualannya itu?! Cih, tidak akan! Tunggu pembalasanku Angel!

...****************...

Sepulang sekolah, Elicia berhenti di sebuah Caffe yang tak jauh dari gedung sekolahnya. Ia memilih duduk di dekat jendela sembari memandangi para pejalan kaki dan kendaraan yang berlalu lalang.

Tak lama kemudian pesanannya datang, Caffe Latte dan Cheesecake.

"Terima kasih," kata Elicia tersenyum untuk menunjukkan keramahannya.

Pelayan itu turut tersenyum sebelum pergi untuk mengantar pesanan pelanggan yang lain. Dia mengangkat cangkir kopinya, meniupnya sebentar sebelum menyesapnya dengan penuh keanggunan. Rasa hangat yang melewati kerongkongannya serta sedikit rasa pahit dan manis membuat Elicia tersenyum puas.

Dia meletakkan cangkir itu kembali. Kini dia beralih mencoba cheesecake. Elicia mengangguk puas, rasa kue dan minuman ini benar-benar pas di lidahnya. Ketenangan yang belum lama dia rasakan harus musnah karena kedatangan sepasang kekasih.

"Angel, kau di sini juga?" sapa gadis yang tengah menggandeng tangan seorang pemuda dengan ramah.

Tanpa sadar Elicia mendengus malas melihat pasangan itu. Kenapa selalu ada mereka dimana-mana? Tidak di sekolah, tidak di luar, selalu saja bertemu dengan dua orang itu. Apa semesta tidak membiarkannya memutus takdir ini?

"Menurutmu?" kata Elicia bertanya balik dengan nada tenang. Berusaha sebisa mungkin untuk menjaga emosinya.

"Ovy sudah bertanya baik-baik padamu. Apa kau tidak bisa menjawab dengan baik-baik juga?" ketus pemuda yang tak lain adalah Erland.

Kurang baik apalagi ucapanku? Bersyukurlah aku tidak melempar kue ini ke mukamu! batin Elicia jengkel.

"Erland, sudahlah. Aku ke sini hanya ingin menyapa Angel saja." Ovy memberi pengertian dengan lembut. Pandangannya kembali terarah ke arah Elicia.

"Angel, apa kami boleh duduk di sini bersamamu?"

Alis Elicia berkerut, dia menatap sekeliling. "Masih banyak meja yang kosong. Kenapa kalian tidak duduk disalah satunya saja? Bukan maksudku untuk tidak memperbolehkan kalian duduk di sini. Hanya saja, aku tidak ingin menganggu dan dianggap pengganggu waktu kencan kalian berdua."

Elicia melengkungkan bibirnya ke atas, membentuk sebuah senyum ramah. Berbanding terbalik dengan kalimat akhirnya yang bagaikan sebuah sindiran halus bagi kedua orang itu.

Ovy termangu, dia merasa canggung untuk sesaat. "Ah, sebenarnya aku ingin duduk di dekat jendela. Jika kau keberatan kami akan mencari meja lain. Maaf sudah mengganggu waktumu."

Ovy menarik Erland agar menjauh dari sana. Namun, pemuda itu menahannya, Ovy kebingungan. "Ada apa, Erland?"

Erland tidak menjawabnya. Dia memberikan tatapan tajam ke arah Elicia yang lebih memilih membuang muka melihat keluar jendela.

"Kami tidak butuh persetujuanmu, jika kau tidak suka dengan keberadaan kami, pindah saja ke meja lain."

Erland menarik Ovy untuk duduk di depan Elicia. Gadis itu benar-benar dongkol dengan si pemeran utama pria. Namun, dia masih menahan emosinya yang hampir mencapai ubun-ubun.

"Atas dasar apa aku harus pindah? Sebelum kedatanganmu, meja ini sudah ku tempati lebih awal. Seharusnya kalian yang pindah ke meja lain."

"Kekasihku ingin duduk di dekat jendela. Jadi kau saja yang pindah!" angkuh Erland.

Ovy jadi merasa tidak enak kepada Elicia. Padahal dia berniat membangun hubungan yang lebih baik dengan sepupunya itu. Karena dia lihat, Elicia nampak berubah banyak dan menjadi lebih baik.

"Erland, aku sungguh tidak masalah duduk di meja lain. Meja ini sudah ditempati oleh Angel--"

"Ku lihat kalian begitu menyukai meja yang ku tempati ini. Berhubung suasana hatiku sedikit baik, jadi aku biarkan kalian menempatinya. Lagipula selera makanku juga sudah hilang."

Elicia menyela sambil membersihkan bibirnya menggunakan tisu. Lalu berdiri, menatap kedua pasangan itu dengan senyum ramah. Namun, pancaran matanya mengatakan hal yang sebaliknya.

"Selain menyukai meja yang ku tempati ini, apa kalian juga suka dengan Caffe Latte dan Cheesecake yang sudah aku cicipi?"

Elicia memindahkan Caffe Latte dan Cheesecake ke hadapan Ovy juga Erland. Memberikan senyum terbaiknya kepada dua orang itu seraya berucap. "Tenang saja, aku hanya mencicipinya sedikit. Kalian tidak keberatan, 'kan?"

Saat Erland hendak membuka mulut, Elicia segera berseru seolah tak membiarkan pemuda itu berbicara.

"Tidak perlu dijelaskan, aku sudah mengerti. Kalian pasti tidak akan keberatan dengan bekasku. Terutama untukmu, sepupuku. Ku lihat kau amat menyukai milik ku. Jadi, semua ini ku berikan kepadamu dengan sepenuh hati. Ku harap kau menyukainya."

Elicia memberikan senyum terbaiknya sebelum melangkah pergi. Tetapi baru beberapa langkah dia berbalik dengan senyum yang belum luntur. "Ah, satu lagi. Pesananku sudah aku bayar, jadi kalian tidak perlu cemas. Selamat menikmati agenda kencan kalian."

Dengan begitu, Elicia pergi meninggalkan kedua pasangan itu. Wajah ramah itu berubah dalam sekejap menjadi datar tak berekspresi.

Sungguh serasi. Yang satu bajingan dan satunya lagi bermuka dua. Benar-benar pasangan yang cocok. Cocok dibinasakan!

To be continued...

Terpopuler

Comments

JanJi ◡̈⋆ⒽⒶⓅⓅⓎ😊

JanJi ◡̈⋆ⒽⒶⓅⓅⓎ😊

memang cocok d binasakan😂😂

2024-12-12

0

Chauli Maulidiah

Chauli Maulidiah

BAGUUUUSSS

2024-10-02

0

Moza vin

Moza vin

betul sekaliii cocok dibinasakan!!n

2024-09-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!