Erland berada di rooftop sekolah, pandangannya mengarah ke depan. Namun pikirannya melayang memikirkan kejadian tadi. Dia bertanya-tanya, kenapa sikap Angel hari ini berbeda? Perempuan itu tidak seperti Angel yang selama ini dia kenal.
"Kenapa dia bisa berubah dalam satu waktu yang singkat? Seolah dia bukanlah Angel," gumam Erland menerawang.
"Apa aku tertinggal sesuatu yang penting tanpa ku tahu?"
"Erland."
Suara lembut itu membuatnya menoleh. Ovy datang dan duduk di samping Erland. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya perempuan itu.
"Tidak ada, hanya sedang memikirkan sesuatu," jujur Erland apa adanya.
"Oh, jika boleh tau apa yang menganggu pikiranmu?"
Erland berpikir, haruskah ia mengatakannya kepada Ovy? Sepertinya tidak usah, biarkan ini menjadi urusannya sendiri. Tak ada yang aneh, mungkin Angel hanya ingin menarik perhatiannya seperti hari-hari sebelumnya.
"Sesuatu yang tidak begitu penting."
Erland memberi senyumnya, lalu bertanya untuk mengalihkan pembicaraan mengenai ini. "Apa yang kau lakukan di sini?"
"Aku mencarimu di kelas. Tapi kau tidak ada, maka ku putuskan untuk ke atap jikalau kau ada, benar saja dirimu berada di sini." Ovy menjelaskan diakhiri dengan senyum teduh yang mampu menenangkan Erland.
Erland mengangguk menjawabnya. "Bagaimana keadaan tanganmu?"
Ovy menyodorkan tangannya. "Sudah tidak apa. Ini hanya luka kecil, kau jangan terlalu khawatir."
"Meski begitu tanganmu jadi terluka karenanya." Erland berubah kesal begitu mengingat Angel.
"Erland, jangan begitu. Bagaimanapun juga, Angel adalah sepupuku. Dia menyukaimu, di sini juga salahku karena menabraknya lebih dulu." Ovy memberikan penjelasannya dengan tatapan teduh, ia berusaha menekan emosi Erland.
"Ku mohon jangan menyalahkannya," lanjutnya.
Bagaimana Erland bisa marah jika Ovy meminta seperti itu? Inilah hal yang ia sukai dari Ovy, perempuan itu sangat lembut dan baik. Sebab itu dirinya jatuh cinta pada Ovy dari pada Angel yang bersifat buruk, menurutnya.
...****************...
Elicia keluar dari toilet, membasuh tangannya di wastafel. Begitu selesai, ia keluar dari kamar mandi. Namun, tiba-tiba sekumpulan perempuan menghadangnya langkahnya. Keningnya berkerut samar. Siapa mereka? Pikirnya bertanya. Lalu saat matanya menangkap atensi seseorang yang familiar, Elicia akhirnya mengerti. Mereka adalah geng Jennifer.
"Hai, perempuan sombong," sapa Jennifer dengan senyum miring terkesan angkuh. Elicia membalasnya dengan tatapan datar.
Jennifer berdecih melihat tatapan datar itu. Dia maju lalu mendorong bahu Elicia. "Kau hanyalah perempuan lemah yang bodoh! Jangan besar kepala hanya karena tampilanmu berubah! Sebab, kau masihlah Angel yang dulu. Murahan, bodoh! Apa begini sikap seorang putri keluarga terpandang? Sungguh gelarmu sebagai putri pewaris keluarga terpandang Marceilious sama sekali tak pantas!"
Perkataan tajamnya diakhiri dengan senyum miring. Dia mencoba memprovokasi Elicia, yang nyatanya tak terpengaruh sama sekali.
"Oh ya?" jawab Elicia akhirnya dengan menantang.
"Tentu! Karena hal itulah, Erland tak menyukaimu dan lebih memilih sepupumu itu. Kau terlalu murahan dalam mengejarnya! Jika bukan karena kekuasaan keluargamu, kau tidak akan ada apa-apanya!"
Elicia tertawa kecil, terdengar begitu merdu dan elegan. Khas tawa putri bangsawan. Kemudian dia menatap Jennifer.
"Jennifer, jika aku tidak pantas menyandang gelar Marceilious di nama belakangku, lalu siapa yang lebih pantas? Apakah dirimu?"
Elicia melihat penampilan Jennifer dari bawah ke atas. Menggeleng dengan decak meremehkan. "Kau bahkan tak ada apa-apanya bila disandingkan denganku."
"Kau!"
Napas Jennifer tercekat menahan emosi. Kedua tangannya mengepal erat. Sementara Elicia tersenyum puas melihat lawannya berhasil terpancing oleh ucapannya.
"Apa yang kalian lihat?! Seret wanita sialan ini!!" bentak Jennifer.
Kedua teman Jennifer segera maju untuk melakukan hal yang disuruh olehnya. Namun, Elicia tidak akan tinggal diam. Dia mengangkat salah satu tangannya, menegaskan agar mereka berhenti diiringi dengan sebuah ancaman.
"Jika kalian berani melangkah maju atau bahkan macam-macam denganku, aku tidak akan segan-segan membawa hal ini ke jalur hukum. Kalian tidak lupa siapa keluargaku, bukan? Nama keluargaku tidak hanya terkenal akan kehebatan serta kebaikannya saja. Tetapi juga kekejamannya jika ada yang mengusik mereka."
Mereka meneguk ludahnya susah payah. Apa yang dikatakan oleh Elicia bukan bualan semata. Sudah bukan rahasia umum lagi jika Marceilious bisa menjadi kehancuran bagi mereka yang berani mengusik anggota keluarganya.
"Je- Jennie, maaf kami tidak bisa membantumu! Nyawaku lebih penting daripada ini!"
Setelah berkata demikian, perempuan itu berlari menjauh diikuti oleh perempuan lainnya. Kini tinggal Jennifer dan Elicia di sana. Jennifer berteriak memanggil mereka, tetapi percuma. Mereka tidak mendengarkan, bahkan menoleh pun enggan.
"Akhh! Sial!" umpat Jennifer kesal sambil menahan rasa malu juga.
"Kali ini kau lolos! Tetapi lain kali aku tidak akan melepaskan mu! Awas saja kau!" ancam Jennifer sebelum berbalik pergi.
Elicia menatap punggung Jennifer dengan dingin, sebelum pergi meninggalkan tempat itu.
...****************...
Erland dan Ovy melangkah menuruni tangga. Saat hendak mencapai tangga terakhir, mereka bertemu dengan seorang laki-laki bertubuh jangkung. Erland melemparkan pandangan sinis ke arah laki-laki berwajah dingin itu. Laki-laki itu hanya menatap sekilas mereka berdua, kemudian kembali berjalan tanpa menghiraukan kedua insan tersebut.
"Cih, apa-apaan dia?" decih Erland sedikit kesal.
Ovy yang sejak tadi mengamati langkah laki-laki itu mengalihkan perhatiannya ke arah Erland. "Kau mengenalnya?" tanyanya penasaran.
Erland mengangguk. "Dia Zavierro, rivalku."
Ovy terkejut, Zavierro? Siapa yang tidak mengenal Zavierro Arlando. Pemuda paling dingin dan misterius di sekolah ini. Tidak ada yang berani mengusiknya karena latar belakang keluarganya. Kekuasaannya sama kuatnya dengan keluarga Marceilious.
Di sekolah ini ada 3 keluarga paling berkuasa. Yang pertama adalah keluarga Arlando, kedua keluarga Marceilious dan terakhir keluarga Imanuel. Ovy sangat terkejut kala melihat langsung bagaimana rupa putra keluarga Arlando itu. Karena selama ini, dia hanya pernah mendengar namanya saja. Namun, tidak pernah bertatap muka secara langsung.
Ternyata ketampanan putra bungsu Arlando itu bukan hanya sekedar rumor semata. Namun, benar adanya, Ovy bahkan nyaris tak berkedip menatapnya. Kenapa ada manusia setampan itu?
"Ovy!"
Ovy tersentak kaget saat Erland berteriak memanggil namanya.
"Apa yang kau pikirkan hingga melamun seperti itu?" tanya Erland sedikit cemas lantaran Ovy hanya terdiam dengan tatapan kosong. Padahal Erland sudah memanggilnya berulang kali.
Ovy lantas menggeleng. "Bukan apa-apa. Ayo pergi."
Dia menarik tangan Erland meninggalkan tempat itu. Erland hanya diam menurut dengan hati yang mengganjal.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
bhunshin
firasatku mengatakan si Ovy pura² polos tetapi sering dioplos😅
2025-02-14
0
JanJi ◡̈⋆ⒽⒶⓅⓅⓎ😊
mana² novel mesti ada PPB macam mau rendam dlm airpanas😌😌
2024-12-12
0
Moza vin
aduh itu congornya minta ditampol sekali ya!!...
2024-09-02
0