Elicia membuka lemari pakaiannya. Mengambil setelan baju seragam barunya dan memakainya. Seragam lama yang sering dipakai Angelicia asli sudah ia dibuang.
Seragam itu terlalu ketat untuknya, Elicia tidak suka. Jadi ia menggantinya dengan yang baru. Bukan hanya seragam saja, semua baju yang tidak sesuai dengan seleranya akan ia buang.
Lagipula, orang tua Angelicia kaya, jadi tidak akan masalah jika ia membuang baju lama dan menggantinya dengan yang baru.
Elicia menggerai rambut indahnya. Memakai bedak tipis, lalu memoleskan sentuhan akhir di bibirnya. Garis miring terbentuk di bibir yang sudah ia poles.
"Perfect!"
"Oh, tinggal satu lagi." Elicia berseru pelan, kemudian mengambil sebotol parfum wangi dan menyemprotkan di leher serta pergelangan tangannya.
Tak lupa ia juga mengambil sebuah jam tangan mewah dan memakainya. Kini penampilannya terlihat begitu cantik.
"Mari kita tunjukkan kepada dunia kecantikan wajah ini," ujar Elicia tersenyum angkuh.
Angelicia yang dulu selalu dianggap sampah dan tidak berguna, akan berubah menjadi permata bersinar.
Elicia mengambil tasnya, ia menyampirkan tali tas itu di sebelah sisi bahunya. Setelah itu keluar dari kamar menuju lantai bawah untuk sarapan pagi bersama keluarga barunya.
Di bawah sana, Gerald dan Celine sudah ada di meja makan. Mereka menunggu Angelicia untuk turun dan sarapan bersama. Hingga suara langkah kaki membuat mereka menoleh.
Elicia tersenyum menatap Gerald dan Celine. "Selamat pagi, Papa, Mama," sapanya dengan suara halus.
"Pagi, sayang," balas Celine hangat.
Sementara Gerald membalas dengan senyum sekilas. Elicia duduk di kursi sebelah Gerald. Sementara Celine ada di depannya.
"Kamu ingin rasa apa, Angel?" Celine hendak mengambilkan Elicia makan. Tapi dihentikan olehnya.
"Sa- aku bisa mengambilnya sendiri, Ma." Hampir saja ia menggunakan panggilan formal.
Celine mengangguk dan kembali duduk. Sedangkan Elicia mengambil dua lembar roti tawar dan memolesnya dengan selai rasa coklat. Kemudian memakannya dengan tenang.
Setelah menghabiskan rotinya, ia meminum susu yang sudah disediakan. Lalu mengelap bibirnya menggunakan tisu dengan gaya anggun.
"Ma, Pa, Elicia berangkat dulu," ujarnya sambil berdiri.
"Kamu ingin berangkat bersama Papa?" tawar Gerald.
Elicia menggeleng, menolak ajakan sang Papa untuk berangkat bersama. "Tidak, Pa. Aku bisa berangkat sendiri."
"Kau ingin berangkat bersama supir, sayang?" tanya Celine.
"Tidak, Ma. Aku ingin berangkat menggunakan mobil pribadi, tanpa supir," jawab Elicia lugas.
Gerald diam-diam melirik Celine, begitupun Celine yang ikut melirik Gerald. Kedua orang itu saling bertatapan seolah sedang menyampaikan sesuatu lewat tatapan itu.
Tentu Elicia paham dengan tatapan kedua orang tua barunya. Itu adalah sebuah tanda bahwa kedua orang tuanya tidak yakin dengan apa yang baru saja dia katakan.
Memang tak mudah untuk membuat mereka yakin, karena selama hidupnya Angelicia tak pernah mau berangkat sendiri. Tetapi hari ini tiba-tiba saja dia berinisiatif untuk berangkat sendiri tanpa sang supir.
"Apa kamu yakin, sayang?" tanya Celine dengan sedikit bingung dan ragu
"Yakin, Ma. Sudahlah, Elicia berangkat dulu sebelum telat." Elicia melirik jam tangannya kemudian kembali menghadap kedua orang tuanya. Ia tersenyum sekilas dan berlalu pergi menuju basemen mobil.
Dia memilih mobil yang menurutnya paling bagus dan sesuai dengan seleranya. Mobil berwarna merah mengkilat yang tampak mewah dan juga elegan. Sangat cocok dengan seleranya yang berkelas.
Elicia masuk ke dalam dan menjalankan mobil keluar dari pekarangan rumahnya. Bibirnya tersenyum miring.
"Di kehidupan sebelumnya aku bekerja keras untuk membeli mobil dan memenuhi biaya hidupku. Namun, kini semuanya berubah, tanpa bersusah payah untuk bekerja, aku bisa langsung mendapatkan kemewahan ini," gumam Elicia.
Di kehidupannya dulu, dia berjuang sendiri untuk hidup tanpa bantuan dari ayah dan ibunya. Karena sejak kecil Gracia sudah tidak memiliki orang tua.
Dia yang pada saat itu baru berusia 8 tahun, dipaksa untuk bekerja oleh orang yang mengadopsinya. Orang yang tak lain adalah pamannya sendiri.
Gracia sering mengalami kekerasan fisik yang disebabkan oleh pamannya sendiri. Hingga pada saat ia berusia 13 tahun, seseorang datang menolongnya.
Sejak saat itu kehidupannya mulai berubah. Kehidupan yang dulunya suram perlahan mulai kembali berwarna. Ia kembali bersekolah dan selalu mendapat juara kelas.
Kepintaran dan kecerdasan Gracia membuat gadis itu disukai banyak orang. Apalagi sifatnya yang riang dan ceria.
Namun, saat bahagia itu mulai datang, lagi-lagi Gracia harus merasakan apa yang namanya kehilangan untuk kedua kalinya.
Pria tua yang sudah ia anggap sebagai ayahnya sendiri meninggalkan dirinya untuk selamanya. Tepat saat ia berhasil lulus dari kuliahnya pada umur 22 tahun.
Gracia berjuang keras untuk mewujudkan mimpinya dan membalas budi pada pria yang sudah menolongnya itu. Tetaapi sayangnya pria itu lebih dulu meninggalkan dirinya, sebelum ia sempat membalas semuanya.
Dia sedih karena kehilangan orang yang paling berjasa dihidupnya. Orang yang membuat dirinya sukses. Tapi Gracia juga tak ingin terlarut dalam kesedihan.
Dia kembali berjuang dan berhasil dalam karirnya. Ia diterima di sebuah perusahaan besar dengan gaji yang cukup besar untuk membiayai hidupnya. Ia juga membangun sebuah panti asuhan untuk anak jalanan.
"Sudah lama aku tak menikmati hidup bebas seperti ini," gumam Elicia menyenderkan diri dengan santai untuk menikmati suasana yang jarang sekali ia lakukan dihidupnya dulu.
Karena biasanya ia akan berangkat pagi dan pulang sore atau bahkan malam hari. Hal itulah yang membuatnya tak dapat menikmati hidup bebas seperti ini. Namun, sekarang ia akan menikmati hidupnya ini dengan ketenangan yang damai.
Tak terasa Elicia sekarang sudah sampai di depan gedung sekolahnya. Beruntung ia hafal jalan menuju ke sekolah ini. Karena di Novel sudah dijelaskan secara rinci jalan menuju gedung tempat Angelicia bersekolah.
Matanya menatap gedung tinggi di depannya. "Aku kembali bersekolah," ucapnya terkekeh kecil. Sedikit merasa lucu saat ia harus mengulang materi pelajaran yang sudah dikuasainya.
Elicia membenarkan rambutnya. "Baiklah. Mari kita jalani hari di sekolah ini. Tentunya dengan sedikit kejutan, maybe?"
Ia berkaca di spion mobil bagian atas, sebelum membuka pintu dan keluar dari mobil mewahnya.
Semua pasang mata menoleh padanya dengan tatapan takjub, khususnya para laki-laki. Sementara para perempuan memandangnya dengan tatapan sinis, ada juga yang kagum.
Tak berselang lama datang sebuah mobil mewah berwarna hitam yang melintasi Elicia. Mobil itu terparkir di sebelah mobilnya.
Seorang laki-laki tampan keluar dari mobil itu. Semua perempuan langsung berteriak, wajah yang awalnya sinis berubah antusias.
Terdengar teriakan yang menyebutkan nama Erland, membuat Elicia menoleh untuk menatapnya. Ia penasaran, setampan apa Erland hingga membuat Angelicia tergila-gila padanya.
Elicia menatap Erland dengan tatapan menilai, ia berkomentar dalam hati tentang penampilan serta fisik pria itu.
'Jadi dia yang bernama Erland? Ck, bagaimana bisa gadis ini menggilai pemuda sepertinya? Dia tak memiliki kelebihan apapun selain kekayaan yang selalu dipamerkannya itu. Wajahnya pun masih jauh di bawah idamanku. Bukan tipeku sekali.'
Tak ingin terlalu lama memandang wajah yang memuakkan itu. Elicia berlalu pergi melewati kerumunan yang terus memuja ketampanan milik Erland.
Namun ada satu hal yang membuat langkahnya tiba-tiba berhenti.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
terus sabar
2024-08-12
1
Miyura Rajati
kok gak up2 othor...pada seru ceritanya othor...tetap sehat dan semangat othor ...
2022-12-20
1
Katiani Katiani
lnjut Thor💪
2022-12-19
1