Zavierro melangkah lebar menuju Erland yang berdiri membelakanginya. Dengan kasar dia membalikkan tubuh pemuda itu dan langsung memukul hidungnya tanpa membiarkan Erland berkata lebih dulu. Erland terpekik, dia memegang hidungnya yang meneteskan cairan merah kental.
"Apa-apaan kau, brengsek?!" teriak Erland emosi.
Zavierro menarik kerah Erland, mata elangnya menatap tajam pemuda itu. "Dimana Elicia!"
Erland yang tadi memberontak mendadak berhenti. Apakah telinganya sedang bermasalah? Pemuda ini menanyakan Angel?
"Kenapa kau bertanya padaku! Aku bukan orang tuanya!"
Bugh!
Zavierro memukul pipi Erland, saking kerasnya pukulan itu, dia sampai oleng dan ponselnya terlempar jauh. Di seberang sana, Ovy berteriak panik memanggil nama Erland. Tentu saja dia mendengar keributan itu.
"Aku sudah mendengar semua ucapanmu tadi! Jangan membuang waktuku dan katakan dimana Elicia, sialan!" teriak Zavierro tak bisa menahan emosinya.
Bukannya takut, Erland justru tertawa sinis. "Apa urusannya denganmu? Kau bukanlah siapa-siapanya, Zavier."
Sebuah tendangan melayang ke wajahnya. Kali ini Erland tak bisa menahan bobot tubuhnya dan terjatuh dengan begitu keras di lantai. Zavierro mendekat dan berjongkok, kerah seragamnya dia tarik. Napas memburu Zavierro menerpa wajah Erland yang babak belur.
"Jika kau main-main denganku, aku tidak akan melepaskan kekasihmu, Erland," tekannya mengancam.
"Kau tidak akan bisa menyentuh kekasih--"
"Aku bisa! Kata siapa aku tidak bisa melakukannya, ha? Kau pikir aku adalah orang bodoh yang tidak bisa mengurus satu batu kerikil seperti kekasihmu itu?" sela Zavierro tersenyum miring. Tatapannya benar-benar buas seperti predator.
"Aaa! Siapa kalian?! Menjauh dariku!"
"Erland, tolong aku! Tolong aku!"
"Ovy!" teriak Erland panik kala mendengar isakan serta teriakan dari kekasihnya.
"Bagaimana? Masih tidak mau menjawab?" tanya Zavierro menyeringai.
Erland menoleh dengan raut murka, "Apa yang kau lakukan pada kekasihku, sialan!"
"Melakukan seperti yang kau lakukan kepada Elicia. Bukankah itu impas?"
Erland mencoba melepas cengkraman Zavierro di kerahnya. Namun, tenaga Zavierro ternyata lebih besar. Akhirnya Erland memutuskan untuk menyerah karena tak tahan mendengar tangisan Ovy.
"Jalan menuju villa keluargamu, aku meninggalkannya di jalanan itu."
Zavierro melotot, "Brengsek! Kau meninggalkan seorang gadis di jalanan seperti itu sendirian?!"
Jalanan itu sangat sepi pengendara, banyak preman busuk yang menjadikan jalanan tersebut sebagai markas mereka. Zavierro menghempas tubuh Erland dengan kuat. Dia bangkit dan berjalan menuju pintu keluar.
"Lepaskan Ovy dulu, sialan!" teriak Erland.
Zavierro berbalik seraya mengucapkan kalimat yang menyulut emosi Erland. "Aku bukanlah orang berhati mulia. Jadi selamat menyelamatkan kekasihmu itu. Itupun jika kau bisa."
Usai memberi senyum dingin, Zavierro pergi meninggalkan Erland yang dilanda emosi. Dia mengumpat dan bersusah payah untuk berdiri. Pukulan dari Zavierro membuat tubuhnya terasa sakit di setiap bagian. Namun, demi menyelamatkan Ovy, dia tak memperdulikan rasa sakit itu. Erland mengambil ponselnya dan berlari menuruni tangga sambil menahan rasa sakit di tubuhnya.
...****************...
Di lain sisi, Elicia harus yang sebelumnya berlari dengan santai tiba-tiba dihadang oleh para preman berbadan besar.
"Siapa kalian?" tanya Elicia waspada kepada para preman itu.
Totalnya ada lima, dan tubuh mereka sangat besar. Dia tak yakin bisa mengalahkan kelimanya dengan tubuh lemah ini.
"Hei, gadis kecil. Lebih baik kau ikut kami dengan suka rela supaya kamu perlu melakukan kekerasan kepadamu."
Salah satu dari mereka berucap sambil menjilat bibirnya. Elicia mengernyit dengan tatapan jijik. Dia memundurkan langkah, hendak berlari. Tetapi salah satu dari mereka berhasil menangkap gerak-geriknya. Alhasil dia kini terjebak di antara kelima pria tersebut.
Elicia berpikir keras, situasi ini jelas tak aman baginya. Namun, dia tak ingin berakhir sia-sia di tangan para bajingan ini. Ketika salah satu dari mereka hendak menggapainya, Elicia langsung menendang perut tersebut. Orang itu mundur beberapa langkah, mereka tercengang. Tak lama kemudian, Elicia menghajar pria di sisi kirinya.
Meski tangannya kecil, tetapi pukulannya cukup kuat dan mampu melumpuh dua di antara mereka. Itu karena Elicia tahu betul titik lemahnya. Namun, seberapa kuat dirinya, tetap saja dia kalah jumlah. Pukulan yang dia terima di bagian pipi membuat tubuhnya tumbang dan terbentur ke aspal. Darah segar keluar dari keningnya. Sudut bibirnya juga tampak terluka.
"Wow, tak ku sangka gadis kecil sepertimu ternyata kuat juga, ya?" remeh preman itu mengundang tawa dari mereka.
"Hahaha. Tapi sekarang kau tidak akan bisa lari lagi, Nona."
Sosok preman bertubuh gempal itu berjalan mendekati Elicia yang memundurkan tubuhnya. Ketika sosok itu semakin dekat, tanpa diduga Elicia melempar pasir ke arah mata pria itu.
"Dasar gadis sialan!" teriak pria bertubuh gempal itu dengan mata tertutup karena menahan perih akibat debu yang masuk ke dalam.
Elicia segera bangkit dan berlari menjauh. Preman-preman itu juga bergegas mengejarnya. Napasnya memburu karena kelelahan. Dalam hati dia tak henti-hentinya menyumpah serapahi Erland yang membuatnya terlibat kesialan di hari cerah seperti ini.
Sialan! Erland, aku tak akan memaafkanmu setelah semua ini! Aku akan membunuhmu, keparat!
Bruk!
Tubuhnya jatuh tersungkur akibat tersandung tali sepatunya. Elicia menoleh ke belakang, para preman itu sudah dekat dengannya. Gadis itu menatap sekitar, kebetulan ada sebuah kayu besar di seberang jalan. Dengan sisa tenaga yang dia punya, Elicia mencoba berdiri. Dia berjalan pincang menuju kayu itu dan mengambilnya.
"Hei, Nak. Apa kau tidak lelah? Sebaiknya diam dan menurut saja, oke? Agar ini cepat selesai!"
Elicia tersenyum sinis mendengar ucapan dari preman itu. "Jangan banyak bicara. Mari kita selesaikan ini semua!"
"Gadis ini ternyata sangat keras kepala, ya! Baiklah jika itu maumu, kami tidak akan segan lagi padamu!"
Elicia hanya menanggapi dengan senyum meremehkan. Para preman itu langsung menyerang, Elicia dengan sigap menahan pukulan mereka dan menyerang melalui celah yang bisa dia temukan. Beberapa pukulan mendarat di tubuhnya. Namun, dia tetap berdiri kokoh meski tubuhnya sudah sangat letih dan sakit.
Emosi sudah menguasai sebagian dirinya, sehingga dia kehilangan kontrol atas tubuhnya dan membabi buta dalam melawan preman-preman tersebut. Tiga di antaranya sudah berhasil Elicia lumpuhkan. Elicia menetralkan pernapasannya, begitupun dengan kedua preman itu.
Gadis itu menatap tajam keduanya, kedua preman itu saling bertatapan. Kemudian secara cepat mereka menyerang Elicia bersama-sama. Pukulan yang dia dapatkan pada bagian perutnya membuat cengkeramannya pada kayu itu terlepas. Tubuhnya jatuh terduduk di atas aspal, mulutnya memuntahkan darah segar. Dia sudah mencapai batas kemampuannya.
Kala dia hampir menyerah dan putus asa. Seseorang datang dan menghajar preman yang tersisa dengan pukulan berulang-ulang hingga mereka merintih kesakitan. Elicia berusaha mempertahankan kesadarannya hanya untuk melihat bagaimana sosok itu mengalahkan mereka.
"Bawa mereka semua ke tempat biasanya!" perintahnya dengan tegas sesaat setelah menghajar kedua preman itu hingga hilang kesadaran.
"Baik, Tuan Muda!"
Para pengawal yang baru tiba itu membungkuk dengan sopan ke arah sosok tersebut. Ketika sosok itu berbalik ke arahnya, Elicia akhirnya melihat wajah tersebut.
"Zavier?" gumam Elicia kecil.
Zavierro tanpa mengatakan apapun mengangkat tubuh lemah Elicia dan membawanya masuk ke dalam mobilnya. Tak lupa juga dia membawa tas milik gadis itu dan menaruhnya di belakang.
"Jaga kesadaranmu, jangan sampai tertidur," ucap Zavierro memasang seatbelt milik Elicia.
Dengan gumaman samar Elicia menjawab. Zavierro segera pergi dari jalanan sepi itu menuju rumah sakit terdekat dengan kecepatan tinggi. Selama perjalanan, dia mengajak Elicia berbicara agar gadis itu tidak menutup matanya. Diam-diam Elicia tersenyum kecil melihat bagaimana tenangnya Zavierro, padahal dia tahu betul bahwa pemuda itu saat ini tengah menahan rasa cemasnya. Dilihat dari tatapan serta tangannya yang tak berhenti gemetar membuat Elicia tahu bahwa pemuda itu tengah dilanda rasa cemas.
Terimakasih, Zavier. Aku akan membalas perbuatan baikmu ini padaku.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Ayu Dani
balas tuh c erlan jangan lupa Dengan lebih kejam tentunya
2025-01-16
0
JanJi ◡̈⋆ⒽⒶⓅⓅⓎ😊
masa ni pulalh tali sepatu terbuka😂😂😂
2024-12-12
0
T o R a 21
mantap bngt Thor..
2024-08-29
0