Berhati-hati

"Apa-apaan kalian ini! Kalian ingin membuat malu nama sekolah kita!" bentak Pak Kepala Sekolah kepada ketiga muridnya; Jennifer, Ovy dan Ketua Kedisplinan.

"Saya tidak bersalah, Pak! Yang membuat malu di sini adalah mereka berdua!" protes Jennifer menunjuk ke arah dua manusia berbeda gender tersebut.

Ovy yang senantiasa menundukkan kepalanya kini menggeleng. Menatap wajah Kepala Sekolah dengan ekspresi menyedihkan.

"Ti- tidak, Pak! Sa- saya adalah korban! Di- dia memaksa saya saat itu, Pak! Percayalah pada saya!" jelas Ovy memohon.

Pemuda itu lantas melotot tidak terima. Kenapa jadi dia yang ditumbalkan? Jelas-jelas Ovy sendiri yang datang kepadanya!

"Bohong! Saya tidak pernah memaksa dia, Pak! Justru di sini saya lah yang seharusnya dijadikan korban! Wanita ini yang lebih dulu mendatangi saya!" tunjuk pemuda itu kepada Ovy.

Jennifer yang berada di tengah-tengah keduanya menyeringai. "Wow, ternyata kau memang jalang, ya?" bisiknya kepada Ovy.

Tentu saja dia tidak bisa mengatakan hal itu secara terang-terangan. Terlebih lagi di sini tidak hanya ada Pak Kepala Sekolah, tetapi juga Tuan Xavier. Pria itu duduk di single sofa sembari mendengarkan perdebatan mereka. Dia juga sudah menonton rekaman Ovy dan Ketua Kedisplinan yang asistennya berikan. Setidaknya dia tahu akar permasalahan yang terjadi di sini.

Ovy mengepalkan kedua tangannya yang berada di sisi tubuhnya. Ucapan Jennifer semakin menyulut rasa marah dalam dirinya. Matanya menatap penuh permusuhan ke arah gadis itu. Jennifer agaknya menyadari pandangan yang dilayangkan Ovy padanya. Namun, dia hanya tersenyum sinis lalu membuang muka.

Tiba-tiba saja Xavier berdiri yang mana membuat Pak Kepala Sekolah terkejut. "Tuan--"

Xavier mengangkat salah satu tangannya agar pria tua itu berhenti bicara. Kepala Sekolah langsung menutup rapat mulutnya. Pria itu berdiri di hadapan ketiga anak sekolahan tersebut. Seketika mereka menunduk. Sementara Xavier menatap mereka satu persatu.

"Jennifer Cornelia, Ovy Verlinza dan Mikael Jeffrey. Itu nama kalian, bukan?"

Ketiganya mengangguk kaku, Xavier menatap ketiganya dengan pandangan dingin, "Tahu kesalahan apa yang sudah kalian perbuat?"

Mereka meneguk ludahnya dengan kasar. Rasa takut menguasai mereka, apalagi Ovy yang sudah berkeringat dingin. Di dalam hati dia terus mengumpat dan memaki Jennifer.

"Jawablah. Saya tidak suka diacuhkan," tekannya.

Jennifer langsung mengangguk, dia mengakui bahwa perbuatannya salah. Seharusnya dia tidak melakukannya di depan Tuan Xavier. Xavier mengalihkan pandangannya ke arah kedua manusia lainnya yang masih diam.

"Kalian berdua tidak mau menjawab?"

Ovy semakin gugup, dia lantas mengangkat wajahnya. "Tu- tuan, saya tidak bersalah! Saya hanya korban di sini, Tuan! Me- mereka lah yang bersalah. Hiks, sa- saya dipaksa oleh la- laki-laki itu. La- lalu perempuan itu langsung menuduh saya tanpa mendengar penjelasan saya dulu, Tuan! Bah- bahkan dia juga melakukan kekerasan terhadap saya! Hiks, tolong selamatkan saya, Tuan Xavier."

Ovy memegang tangan Xavier. Jennifer mendelik ke arah gadis itu. Tangannya terkepal, dasar wanita busuk! Apa dia ingin mati di tangannya?! Lihat saja, gadis itu tidak akan lolos setelah ini!

Xavier menghempas tangan Ovy, wajahnya terlihat begitu risih. Dia tidak suka disentuh oleh orang asing.

"Kau pikir saya buta sehingga tidak bisa melihat kebenarannya?" kata Xavier tajam.

Pria itu mendengus, "Di dalam rekaman itu tidak terlihat bahwa kau telah dipaksa olehnya."

"Keputusan sudah saya buat. Kalian bertiga dikeluarkan dari sekolah ini!"

Serentak mereka bertiga terkejut, termasuk Kepala Sekolah. Jika hanya Ovy saja yang dikeluarkan, dia mungkin tak akan peduli. Namun, Mikael dan Jennifer? Jelas Kepala Sekolah tidak bisa membiarkan mereka berdua dikeluarkan. Keluarga mereka tak kalah berpengaruh di sini.

"Tuan Xavier, apa itu tidak terlalu kejam?" ucap Pak Kepala Sekolah.

"Anda menentang keputusan saya?"

Kepala Sekolah meneguk ludahnya melihat tatapan dingin itu mengarah padanya. "Ti- tidak, Tuan. Saya tidak berani menentang keputusan Anda. Tetapi jika mereka dikeluarkan dengan tidak terhormat, itu akan merusak masa depan mereka. Sebagai seorang guru, saya tidak mungkin membiarkan murid-muridku menjadi sengsara seperti itu."

Xavier mendengus mendengar ucapan Kepala Sekolah yang terdengar sendu. "Mereka yang merusak masa depannya sendiri."

"Jika Anda memang tidak ingin siswa siswi di sekolah ini sengsara. Bukankah seharusnya Anda bisa bersikap tegas sebagai Kepala Sekolah? Namun, nyatanya apa? Anda menutup mata saat terjadi kekerasan di sekolah ini."

Perlahan-lahan Xavier melangkah mendekati Kepala Sekolah. Kepala Sekolah gelagapan, tatapan intimidasi dari Xavier membuat dirinya tertekan.

"Anda tidak pantas disebut sebagai guru jika pilih kasih terhadap muridnya!" tekannya.

Xavier berhenti melangkah, dia melirik ke arah asistennya. "Selidiki hal apa saja yang terjadi di sekolah ini! Tidak hanya para murid saja, tetapi juga para guru. Saya mau dalam waktu tiga hari semua data sudah terkumpul."

"Baik, Tuan.”

Pria berkacamata itu mengangguk, menyanggupi permintaan sang Tuan. Tak berlama-lama lagi, Xavier segera melangkah pergi. Ovy tidak bisa tinggal diam, dia hendak mengejar Xavier. Namun, asisten pria itu tak membiarkannya.

"Jangan bertindak sembarangan jika Anda masih ingin hidup bahagia."

Setelah memberi kalimat peringatan, pria itu langsung pergi menyusul tuannya meninggalkan mereka yang meratapi nasib sialnya.

...****************...

Elicia termenung di kursinya. Dia tampak memikirkan hal apa yang terjadi setelah ini. Pada alur cerita, Xavier digambarkan sebagai pria yang tegas dan bijaksana. Pria itu tak segan dalam mengambil keputusan yang menurutnya baik. Jadi Xavier tidak akan asal dalam memutuskan suatu pilihan.

Jika dia menilai pada situasi yang terjadi tadi. Kemungkinan besar Xavier akan mengeluarkan mereka bertiga dari sekolah ini. Apabila itu terjadi, tidak hanya ketiganya yang akan ditelusuri. Tetapi juga seluruhnya.

Sial! Sepertinya aku juga akan terkena dampaknya!

Elicia baru memprediksi hal ini. Kenapa sebelumnya dia tidak terpikirkan semua itu? Dia harus membuat rencana yang matang untuk menghadapi Xavier.

Keluarga Arlando memang tidak bisa diremehkan. Aku harus berhati-hati kepada mereka.

To be continued...

Terpopuler

Comments

Salsabila Arman

Salsabila Arman

lanjut

2024-08-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!