Salah satu teman Jennifer maju untuk menyerahkan ponselnya ke tangan gadis itu. Jennifer memainkan benda persegi itu di tangan kanannya. Kemudian dia menunjukkan sebuah foto yang memperlihatkan wajah Ovy dengan Ketua Kedisiplinan sedang asik bercumbu.
Wajah Ovy memucat, ucapan Jennifer tidak main-main ternyata. Gadis itu benar-benar merekam perbuatannya dengan Ketua Kedisiplinan.
"Bagaimana ya jika Erland tahu bahwa kekasihnya bercumbu dengan pria lain kala dirinya tidak ada di sini?" ucap Jennifer dengan nada main-main.
"Ja- jangan ka- katakan apapun padanya. I- Itu ti- tidak seperti yang terlihat!"
Ovy berupaya menjelaskan meski suaranya terdengar gagap tak karuan. Jennifer tersenyum licik.
"Aku tidak akan mengatakan apapun padanya," ucapnya yang membuat Ovy bernapas lega.
Namun, kalimat sambungan dari gadis itu membuat nyawanya hampir tercabut di tempat.
"Karena aku akan mengunggahnya di web sekolah. Jadi siapapun akan tahu bagaimana kelakuan aslimu itu, wanita busuk!" umpat Jennifer.
Ketika Jennifer hendak mengirim rekaman itu, Ovy langsung menerjang kakinya. Dia menangis dan memohon agar gadis itu mau memberikan belas kasihan padanya. Kening Jennifer berkerut, dia tak suka gadis itu menyentuh kaki jenjangnya.
"Apa yang kalian lihat?! Jauhkan wanita sialan ini dariku!" bentaknya kepada kedua dayangnya.
Kedua gadis itu langsung berlari dan menarik tubuh Ovy agar menjauh. Namun, gadis itu memberontak dengan kuat hingga membuat mereka kewalahan. Jennifer yang geram akhirnya menampar pipi Ovy dengan keras.
"Diam, sialan!"
Ovy langsung terdiam di tempatnya. Jennifer berdecih melihat betapa lemahnya gadis itu. Namun, kala tatapannya tanpa sengaja melihat kedua tangan yang terkepal itu, senyum miringnya kembali hadir. Tanpa basa-basi lagi dia segera mengirim rekaman itu ke web sekolah. Suara notifikasi terdengar di masing-masing ponsel canggih milik mereka. Para siswa bahkan guru berbondong-bondong melihat notifikasi tersebut.
Tak terkecuali Elicia yang langsung membuka ponselnya untuk melihat rekaman tersebut. Di dalam rekaman itu, terlihat Ovy dan juga Ketua Kedisiplinan tengah beradu mulut. Keduanya tampak menikmati pergulatan lidah itu.
Pada alur cerita yang sebenarnya, diceritakan bahwa Ovy dipaksa oleh Ketua Kedisiplinan. Ovy yang tidak bisa melawan hanya pasrah. Saat hal itu terjadi, Angelicia memergoki mereka. Gadis itu langsung dibakar amarah dan menyeret Ovy ke tengah lapangan. Dia marah-marah sambil membeberkan keseluruhan hal yang dilihatnya sebelumnya. Namun, karena tidak ada bukti membuat para siswa berpikir bahwa Angelicia hanya mengada-ngada untuk menjatuhkan nama baik Ovy.
Tetapi rupanya Jennifer lebih cerdik dibanding pemilik tubuh ini. Dengan begini nama Ovy akan semakin hancur. Tentu itu memudahkan dirinya, dia jadi tidak repot-repot memikirkan rencana licik demi mengungkapkan jati diri Ovy yang sesungguhnya.
"Sungguh wanita menjijikan!" decih Elicia.
Bagaimana mungkin penulis menggambarkan Ovy sebagai gadis polos yang berhati malaikat? Gadis itu tak lebih dari rubah licik yang haus atensi. Zavierro yang sejak tadi mengamati langsung merampas ponsel Elicia. Tatapan gadis itu sudah seperti predator yang hendak memangsa buruannya. Elicia melemparkan tatapan tajam.
"Matamu sudah hampir keluar dari tempatnya," ujar Zavierro santai.
Elicia berdecak, untuk sejenak dia memang tidak bisa menahan emosinya. Hampir saja dia hilang kendali dan melempar ponsel itu ke lantai saking geramnya akan sifat sang protagonis wanita.
Kenapa wanita seperti dia bisa digilai oleh banyak pria tampan? Apa mata pria-pria itu sudah buta? batin Elicia yang rupanya masih belum puas untuk mencaci Ovy.
Tapi aku lebih penasaran akan reaksi Erland. Apakah pria itu masih tetap mencintai Ovy setelah semua ini?
Suara yang sedari tadi memaki Ovy perlahan-lahan mulai senyap. Elicia lantas menoleh ke bawah. Ternyata kedatangan sang pemeran pria kedua membuat suasana menjadi senyap.
"Ada apa ini?"
Xaviero Arlando, putra tertua dari Keluarga Arlando. Dia adalah pemegang kekuasaan kedua setelah ayahnya di keluarga besar Arlando. Semua orang segan terhadapnya, tetapi banyak wanita yang memuja ketampanannya. Elicia akui wajah putra tertua Arlando memang sangat tampan. Rahangnya tegas, tatapannya tajam, bertubuh tinggi dengan otot-otot kekar yang semakin menambah nilai sempurnanya.
Dia bahkan heran, kenapa Angelicia tidak jatuh cinta saja kepada Xavier? Jika dibandingkan dengan sang pemeran utama pria, pemeran pria kedua ini jauh lebih sempurna!
Elicia tersentak kala matanya ditutup oleh tangan besar milik Zavierro. Tubuhnya juga dibalik dengan paksa agar tidak melirik ke bawah lagi.
"Apa yang kau lakukan?"
"Apa yang ku lakukan? Harusnya aku yang bertanya. Kenapa kau menatapnya dengan lekat seperti itu? Kau menyukainya?"
Mata Zavierro memicing tajam. Wajah itu terlihat kesal dengan urat menonjol di sekitar lehernya.
Apakah anak ini cemburu?
"Kenapa memangnya jika aku menyukainya? Kakakmu adalah pria yang tampan dan mapan. Dia sungguh tipe idealku."
Elicia berkata dengan jujur. Xavier memang tipe pria idealnya sejak dulu. Andai saja di dunianya ada pria seperti Xavier. Mungkin dia akan mencoba untuk membuka hatinya. Tetapi sayangnya itu sudah tak ada artinya. Tubuhnya mungkin sudah hancur sekarang.
Sudahlah, untuk apa dia mengenang masa lalu. Elicia mencoba berbalik lagi, dia ingin melihat pertunjukan di bawah sana. Namun, rupanya Zavierro tak membiarkan hal itu terjadi. Pemuda itu menahan posisi tubuhnya.
"Kau tidak boleh jatuh cinta padanya! Dia itu pria brengsek!"
Elicia berdecak kesal, "Aku tidak jatuh cinta padanya!"
Sekali lagi dia mencoba untuk berbalik. Lagi-lagi Zavierro menghalangi. Elicia hampir kehabisan kesabaran menghadapi tingkah pemuda di depannya ini.
"Jika tidak kenapa kau terus ingin melihat ke bawah?!"
"Aku hanya ingin menikmati pertunjukan di bawah sana, oke? Aku tidak akan melihat kakakmu lagi. Jadi lepaskan sebelum kesabaranku benar-benar habis!"
Akhirnya Zavierro membiarkan gadis itu berbalik membelakanginya. Elicia kembali mengamati peristiwa yang terjadi bawah sana. Sementara Zavierro sedang sibuk dengan pikirannya.
"Kau tak mau menyapa kakakmu?" tanya Elicia tiba-tiba.
Bukannya dia tidak tahu mengenai hubungan kedua saudara ini. Hanya saja dia ingin melihat langsung respon Zavierro. Apakah hubungan keduanya memang seburuk itu?
"Untuk apa? Dia bukan anak kecil," dengus Zavierro enggan membahas kakaknya. Tetapi berhubung yang bertanya adalah Elicia, jadi mau tak mau dia harus menjawab.
Elicia dapat melihat kemalasan dalam mata anak itu kala dia membahas kakaknya. Sepertinya Zavierro memang sangat membenci keluarganya, terutama ayah dan kakaknya. Akhirnya dia tak bertanya lagi dan lebih memilih menonton hal menarik yang terjadi di bawah sana.
Jennifer tanpa ampun menampar Ovy hingga sudut bibirnya terluka. Emosinya benar-benar mencapai ubun-ubun, bahkan dia tak peduli jika di sana masih ada Xavier. Elicia semakin tertarik untuk melihatnya. Meskipun dia tidak tahu adegan seperti apa yang terjadi sebelumnya hingga Jennifer bisa seemosi itu sekarang.
"Kau mencoba menggoda Tuan Xavier sekarang?" cecar Jennifer menarik rambut Ovy.
Xavier yang melihat aksi gadis itu langsung turun tangan. "Saya tidak suka dengan yang namanya kekerasan. Jadi hentikan ini!"
Pria itu menghempas tangan Jennifer yang tadi dipegangnya. Tatapannya beralih ke arah Ovy yang tampak menyedihkan dengan derai air mata dan wajah memerah.
"Tuan Xavier, Anda jangan terkecoh dengan wajah polosnya itu! Dia tak lebih dari seekor rubah betina yang licik!"
Ovy menggeleng untuk menyangkal tuduhan yang Jennifer layangkan padanya. Dia sesenggukan sehingga tidak bisa mengeluarkan suara apapun. Yang bisa dia lakukan hanyalah menangis dengan wajah menyedihkan seolah mencoba menarik simpati putra sulung keluarga Arlando tersebut.
"Tu- tuan, to- tolong aku. Me- mereka menindasku, Tuan."
Ovy hendak memegang tangan pria itu. Namun, Jennifer langsung melotot padanya sehingga gadis itu mengurungkan niatnya dan memilih menunduk. Xavier menajamkan tatapan matanya. Kedatangannya ke sini adalah untuk melihat bagaimana kondisi sekolah yang adiknya tempati menggantikan ayahnya. Tak disangka, dirinya akan dihadapkan dengan situasi seperti ini kala baru menginjakkan kakinya.
Kepala Sekolah yang baru tiba di sana langsung melotot. Tadi dia mendapat kabar dari salah satu siswa bahwa putra sulung donatur terbesar di sekolah tiba-tiba saja datang. Namun, terjadi keributan di lapangan. Hal itu tentu membuat Kepala Sekolah takut. Segera saja dia berlari menuju dari ruangannya menuju lapangan.
"Apa yang kalian lakukan?! Cepat bubar dan kembali ke kelas masing-masing!" teriak Kepala Sekolah dengan mata melotot ganas.
Para murid segera menuju ke kelas masing-masing walau enggan. Jennifer yang hendak berlalu pergi urung kala Xavier menahannya.
"Kau harus mempertanggung jawabkan sikapmu tadi," ujar Xavier yang membuat Jennifer menahan kesal.
Namun, dia tak bisa meluapkan rasa kesalnya kepada pria itu. Jadi dia hanya menahan umpatannya dalam hati. Memaki dirinya yang lepas kendali di depan Tuan Xavier.
Dasar bodoh!
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments