"Hei, apa kalian tahu Ovy?"
Seorang gadis dengan dandanan modis memulai percakapan di antara teman-temannya. Teman-temannya langsung menoleh ke arahnya, siap mendengar berita yang akan dibawa oleh teman mereka itu.
"Aku tidak terlalu mengenalnya, tapi aku tahu orangnya," jawab salah satu dari mereka.
"Oh, apa dia gadis berwajah polos itu?" sahut yang lainnya.
"Gadis yang sangat dibenci oleh Angel karena dekat dengan tunangannya?"
Gadis yang memulai percakapan tadi menjentikkan jarinya. "Benar!"
"Ah, gadis miskin itu ternyata. Aku tahu, ada apa dengannya?"
"Kalian mungkin tidak akan percaya begitu aku mengatakan bahwa dia adalah selingkuhan Erland!" bisiknya yang mendapat reaksi seruan dari temannya karena terkejut.
"Benarkah?"
Gadis itu mengangguk dengan wajah serius, "Aku tidak berbohong. Semalam aku dan keluargaku menghadiri pesta keluarga Arlando. Kalian tahu bukan bagaimana selektifnya keluarga Arlando dalam mengundang tamu? Hanya orang dari kalangan atas saja yang bisa masuk ke dalam sana."
"Lalu kenapa gadis miskin itu bisa di sana?" sambar teman yang berada di sampingnya itu dengan nada penasaran.
"Karena Erland yang membawanya! Ah, sungguh, tadi malam itu seru sekali. Angel yang selama ini selalu marah-marah malam tadi terlihat lebih kalem."
Gadis itu tampak menerawang ke atas. Jujur saja dia sedikit terpesona akan aura angkuh dan elegan yang Angel keluarkan.
"Andai saja kalian datang kemarin malam. Mungkin kalian akan bereaksi sama sepertiku! Selama ini yang aku tahu, Angel adalah gadis sombong dan manja. Dia hanya bisa mengejar-ngejar Erland. Tapi semalam dia-- akh! Kenapa kau menginjak kakiku!" pekik gadis itu melotot marah ke arah temannya tanpa menyadari atensi seseorang yang berada di balik punggungnya.
"Di belakangmu!" ucap temannya tanpa suara.
Awalnya dia tak paham, tetapi saat pundaknya di tepuk, tubuhnya menegang.
"Aku apa?"
Gadis itu meneguk ludahnya saat mendengar bisikan itu. Dia tak berani bergerak, matanya hanya menyiratkan bahwa dia membutuhkan pertolongan. Tetapi temannya tak ada yang berani angkat suara.
"Hahaha, Angel?"
Dia tertawa kaku, tangannya bahkan mulai berkeringat saat jemari lentik itu membelai sisi wajahnya. Elicia yang melihat ketakutan di wajah mereka lantas menyunggingkan senyum sinis. Gadis itu berdiri tegak dan menjauhkan tangannya dari teman sekelasnya tersebut.
"Lain kali bicaralah di depanku. Aku tidak akan membunuhmu, teman."
Usai mengatakan kalimatnya, Elicia berlalu menuju bangkunya. Dia duduk seolah tak melakukan apapun. Memang apa yang dia lakukan? Mereka saja yang penakut. Tetapi dalam hati dia cukup puas karena berita itu tersebar dengan cepat bagaikan angin.
Ovy, citramu sebentar lagi akan hancur. Aku sangat tidak sabar menantikan hal itu.
...*****...
Jam istirahat terdengar, Elicia hendak pergi ke kantin menjadi urung saat tangannya tiba-tiba ditarik oleh seseorang.
"Apa yang kau lakukan?! Lepaskan tanganku!" bentak Elicia memberontak.
Pemuda yang menarik tangannya itu berhenti. Elicia kira pemuda itu akan melepaskan dirinya. Namun, perkiraannya itu salah.
"Diam!"
Tangannya tidak ditarik lagi, melainkan digenggam. Elicia tahu bahwa pemberontakannya akan berakhir sia-sia. Jadi dia membiarkan langkah kakinya mengikuti pemuda itu. Begitu sampai di atap sekolah, genggaman tangan mereka terlepas. Elicia dengan wajah dingin menatap tajam pemuda yang tidak lain adalah Zavierro.
"Katakan urusanmu!" ujar Elicia tak mau berbasa-basi.
Zavierro melangkah mendekat, Elicia tak gentar. Dia tetap berdiri di tempatnya dan menatap lurus mata tajam pemuda itu, terkesan sangat angkuh dan sombong. Tak berbeda jauh dari Angel sebelumnya. Namun Zavierro yakin, ada yang berubah di sini.
"Kau bukan Angelicia. Katakan siapa dirimu."
Pertanyaan tanpa adanya tanda tanya itu membuat Elicia menyunggingkan senyum kecil. Sebenarnya itu bukanlah sebuah pertanyaan, melainkan tuduhan. Itu artinya, pemuda ini tahu bahwa dirinya memang bukan Angel yang sebenarnya.
"Apa katamu? Jika aku bukan Angel, lalu siapa diriku?" tanya Elicia tertawa sarkas.
Zavierro menjauhkan dirinya dari Elicia. Dia menatap dalam mata gadis itu seolah mencari kebenaran.
"Ragamu memang milik Angel, tetapi bagaimana dengan jiwamu?" ucapnya yang telah membuat Elicia membeku sejenak.
Namun, dia kembali menormalkan ekspresinya. Sayangnya mata tajam Zavierro telah merekam semuanya. Diam-diam dia menyeringai.
"Jiwaku masih sama. Jika kau hanya ingin membicarakan hal tidak penting denganku, lebih baik aku pergi."
Elicia segera berbalik. Tetapi Zavierro tak membiarkan Elicia pergi begitu saja. Dia menarik tangan gadis itu cukup kuat, hingga punggungnya membentur dada bidang pemuda itu. Matanya membulat terkejut, tubuhnya terperangkap di antara lengan kekar Zavierro.
"Kenapa terburu-buru? Aku belum selesai berbicara denganmu," bisik Zavierro di samping telinga Elicia.
Gadis itu menahan geram. Bocah sialan ini! Apa dia ingin mati?! Tubuh kecilnya memberontak dalam pelukan Zavierro. Sepertinya bukan Zavierro yang akan mati, tetapi dirinya. Bagaimana tidak, tubuhnya saja kalah besar dari Zavierro.
"Berhenti sebelum kesabaranku habis," ucap Zavierro dengan suara yang mulai mendingin.
Akhirnya dia berhenti memberontak, "Lepaskan aku dulu!"
"Tidak. Kau akan lari jika ku lepaskan. Bukankah seperti ini lebih baik?"
Elicia memutar bola matanya jengah. Dia akhirnya diam untuk sejenak. Kala menyadari kelengahan Zavierro, Elicia segera menyikut perutnya sehingga pelukan itu terlepas. Matanya menatap tajam ke arah pemuda itu. Bukannya marah Zavierro malah terkekeh. Siapa sangka bahwa gadis ini pandai memanfaatkan kelengahan seseorang?
"Dilihat dari caramu tadi, aku semakin yakin bahwa kau bukan Angelicia."
"Jangan berbicara seolah-olah kau mengenalku dengan baik. Kita tidaklah sedekat itu," datar Elicia.
"Benar. Kita memang tidak sedekat, tapi bukan berarti aku tidak tahu bagaimana watakmu, Angel."
Zavierro melangkah maju, tatapannya lurus, membidik bola mata Elicia.
"Kita belum berkenalan secara resmi, bukan?"
Zavierro mengulurkan tangannya, "Perkenalkan, namaku Zavierro Arlando. Siapa namamu, cantik?"
Elicia melotot sinis padanya. Dia tentu sudah tahu siapa Zavierro, kemarin malam pemuda itu sudah memperkenalkan dirinya di hadapan semua orang. Gadis itu begitu terkejut karena ternyata dia adalah antagonis pria dalam cerita ini. Zavierro digambarkan sebagai orang dengan watak kejam. Perangainya yang dingin membuat orang takut padanya.
Namun, kenapa yang di hadapannya ini begitu berbeda dari ilustrasi yang telah dijelaskan? Dia tidak seperti Zavierro yang dingin dan kejam. Pemuda di depannya ini tak lebih seperti seorang buaya dengan mulut manisnya yang suka merayu wanita.
"Kau sudah tahu. Jadi untuk apa bertanya."
Elicia melengos tak peduli akan uluran tangan Zavierro. Pemuda itu menarik tangannya lagi, sama sekali tidak tersinggung dengan sikap angkuh gadis itu.
"Sepertinya kau memang tidak suka berbasa-basi."
"Memang tidak. Bukankah kau juga sama? Lalu kenapa kau mengajakku berbicara hal tidak penting?" sinis Elicia sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Baiklah. Aku tidak akan berbasa-basi lagi."
Wajahnya berubah dingin, Elicia melihat perubahan drastis pemuda itu. Seperti inilah Zavierro yang sesungguhnya.
"Bekerja samalah denganku. Aku tahu kau yang sekarang menyimpan dendam kepada tunanganmu itu."
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Cha Sumuk
klo smpe org lain tau.dia dr jiwa lain ga asik lh cerita nya jadi
2024-08-11
2