BAB 2: INILAH TEMAN-TEMANKU ....

       Hari Rabu, di kelas 12 pukul 08:09 kini pelajaran Sosiologi akan dimulai.

Guru Sukada sudah duduk di bangku kehormatannya, pria berkacamata dengan kulit kecokelatan, dari tampilannya terkesan seperti anak kutu buku, padahal dia guru yang tegas dan pengertian.

”Oke anak-anak! Tulislah jawaban kalian, apa yang akan kalian lakukan jika pacarmu hendak bunuh diri hanya karena dia melihatmu selingkuh?“

Maka semua manusia di kelas ini mulai menuliskan jawaban mereka, sepertinya sih mereka serius, tapi aku ragu tentang itu.

Aku juga menuliskan jawabanku, tentunya aku serius.

Dan tepat, tiga puluh menit berlalu, sebetulnya aneh, mereka butuh waktu cukup lama hanya demi menjawab pertanyaan mudah?

Maka setelah aku mengambil buku-buku teman-temanku, yang tentunya untuk dikumpulkan di meja guru.

Guru Sukada berdiri tegap, sekaligus mulai membacakan jawaban kami.

”Bagi Anterta, aku akan ... oke guru akan melewatnya karena itu tidak bagus.“

Anterta, si laki-laki berambut hitam gimbal yang membingkai di wajah ovalnya, dagunya yang lentik terkesan dia seorang mantan model, serta tubuhnya yang kurus terasa seperti kurang gizi, dia laki-laki sadis, mata kantuknya melambangkan hati beku, dia selalu melamun selama berjam-jam, maka jelas, setiap teman-temannya bertanya padanya, jawabannya selalu bersengkarut, dia seperti orang mabuk tapi tanpa alkohol.

”Bagi Stovi, aku akan putuskan pacarku, lalu pergi dengan selingkuhanku.“

Stovi itu gadis egois, nakal, babil dan dia tak suka padaku, aku pun tak menyukainya, dia memang gadis paling cantik di sekolah, punya rambut pirang dengan wajah mulus layaknya orang Eropa, tubuhnya langsing lengkap dengan kulit putih nan bersih, matanya pun biru bulat, tapi aku pun memiliki mata biru nan bulat, jadi masalah kecantikkan itu tak masalah buatku.

”Bagi Elpan, aku akan menikahi kedua-duanya, kalau pun mereka tidak mau, apapun yang terjadi aku akan menikahi mereka!“

Elpan pria absurd dan agak mesum, tapi, dia pria paling tampan di sekolah ini, badannya pun tegap berisi, kulitnya kecokelatan tapi sangat eksotis, dia punya rambut hitam model belah tengah, matanya hitam tegas dan hidung nan mancung.

“Bagi Oteda, aku tidak peduli juga, jadi, terserahlah. Orang yang dosa mereka-mereka juga.”

Pria gemuk berbadi seekor siput, jadi dia pemalas, lamban dan memusingkan.

”Bagi Sentia, aku lebih baik nggak punya pacar kalau gitu caranya.“

“Bagi Kily, aku akan biarkan pacarku bunuh diri, dan pergi dengan selingkuhanku.”

”Bagi Oqde, aku, akan bicara dulu pada mama, kalau mamaku bilang pergi, maka aku pergi.“

“Bagi Nuita, aku akan putus dengan pacarku dan meninggalkan selingkuhanku, aku tidak mau ada yang terluka.”

Nuita, si gadis berkulit kuning langsat, berambut krem panjang dengan poni yang berjurai rata di dahinya, pemilik mata cokelat sayu, gadis yang selalu terlihat murung, filofobia adalah penyakit kejiawaan yang kini ia tanggung, jika dia jatuh cinta atau dicintai dia bisa menangis tersengut-sengut, bahkan menjerit demi rasa cinta itu lenyap dari batinnya.

”Bagi Tozka, aku minta maaf pada pacarku, lalu meninggalkan selingkuhanku.“

Tozka laki-laki pendek dengan wajah penuh jerawat hingga rambut hitamnya terkesan seperti bulu landak, dia mengidap teofobia, jadi, siapapun yang menyebut tentang Tuhan ataupun Dewa Dewi dia akan ketakutan hingga marah-marah menjadi puncak ketakutannya.

“Bagi Ovy, aku minta maaf pada keduanya, lalu kembali pada pacarku.”

Ovy si gadis keibuan, gadis bertubuh sintal berambut panjang kecokelatan dan ia pengidap noverkafobia, jika ia bertemu ibu tirinya atau mendengar sebutan ibu tiri, ia pasti akan pusing, melamun kemudian pingsan, padahal, ibu tirinya sangat baik.

”Bagi Loze, aku akan meminta maaf pada keduanya, lalu pergi dengan pacarku.“

Loze, pria berkulit secokelat buah sawo dengan wajah oval yang tirus, satu-satunya manusia berkepala botak di sekolah ini sang pengidap atazagorafobia, akan selalu mengingatkan bahwa dia tak mau dilupakan, jika ada yang lupa atau melupakan, maka kepanikannya menjadi musibah bagi kami.

”Bagi Cludy, aku minta maaf pada pacarku, kembali pada pacarku dan pergi dari selingkuhanku.“

Gadis dengan rambut panjang seputih awan di langit yang membingkai wajah berbentuk hatinya, pengidap nefofobia, jika dia melihat awan, dia bisa menjambak rambutnya karena ketakutan, bahkan hingga jatuh pingsan.

“Bagi Azopa, aku akan merundingkan masalah ini, mencari jalan terbaik, lalu membuat keputusan yang tidak merugikan kedua belah pihak, tapi, bila harus ada yang dirugikan maka cukup aku saja.”

Azopa anak paling bijak dan seorang juara kelas selama tiga tahun berturut-turut, berperawakan setinggi Guru Sukada, mata hitam bulat seperti gerhana bulan, rambut hitam pendek sekelam mimpi kegelapan.

”Bagi Vume, akan memberikan satu juta Dollar agar tak ada yang dirugikan.“

“Bagi Anka, akan kembali pada kekasihku.”

Anka, anak tengil nan jail, sahabat kecilku, pengidap metrofobia, jadi siapa pun yang membaca puisi, bersiaplah menghadapi amukan dari Anka, bahkan suamiku pernah kena pukul karena ketakutan terhadap puisi yang dibacakan untukku.

”Bagi Wisty, aku nggak tahu harus berbuat apa, jadi ... aku minta maaf, agar guru tidak memberiku nilai rendah.“

”Loh Wisty, jawab asal juga nggak apa-apa,“ Guru Sukada menyarankan dan memaklumi.

Wisty, si gadis berambut hitam sebahu yang membingkai dengan manis di wajah bulatnya, apapun yang akan dilakukan, kalimat pertamanya adalah 'aku nggak tahu harus berbuat apa' dan kalau dia kikuk, menggaruk bahunya menjadi tambahan keunikannya, pengidap antrofobia ini, akan bertindak brutal kalau diperlihatkan bunga-bunga berwarna-warni seperti mawar atau lily, kecuali bunga bank.

“Bagi Perto, aku minta maaf pada kekasihku, dan akanku tinggalkan selingkuhanku, aku berjanji untuk berubah, agar dia menghentikan perbuatannya.”

”Bagi Laisa, aku tinggalkan selingkuhanku dan tinggalkan pacarku, aku cari yang lebih baik dari mereka.“

Aku punya rambut krem panjang agak keriting seperti mie instan, dengan bibir tipis merah jambu, yang tentunya wajah ovalku secantik senja di pantai, hidungku agak lancip, kening lebar dan semua itu selaras dengan tubuh langsingku yang memancarkan aura gembira, ditambah cemerlangnya karismatikku yang tak dimiliki wanita di sekolah mana pun.

'DING-DONG-DING-DONG-DING-DONG'

Pada akhirnya, dari jam ke jam terlewati, aku telah melewati semua pelajaran hari ini tanpa ada kendala sedikit pun.

Pulang sekolah ini, aku diperintah Guru Sukada untuk menunggu di kelas, kabarnya ada seseorang yang hendak menemuiku, padahal, rasanya ingin pulang dan terlalu jenuh di sekolah.

Aku duduk di bangku paling depan, yang memang ini bangkuku, sempurna! Itu kata yang tepat menggambarkan perasaanku saat duduk di barisan paling depan, berhadapan langsung dengan papan tulis, tentunya aku membanggakan hal itu.

Anka sedari tadi menggambar hal-hal aneh di papan tulis putih, meme lucu yang ia lukis di papan tulis cukup membuat bibirku mengembangkan senyuman, malah aku hampir tertawa karenanya.

”Maaf-maaf, aku terlambat.“ Suara yang pernah kudengar, dan memang laki-laki berkarismatik itulah orangnya.

Kak Farka masuk ke dalam kelas, penampilan formalnya masih ia pampang, jas hitam yang membungkus kemeja birunya nampak menambah sisi ketampanan Kak Farka, tapi masih lebih tampan suamiku sih, harum parfumnya pun terasa semerbak menelusuk hidungku.

Sampai-sampai Anka langsung berhenti dari aktifitasnya dan cukup panik melihat kedatangan Farka, raut wajahnya menjadi kecut.

”Nah ... kita langsung saja ketopik.“ Kak Farka bicara tanpa basa-basi, dia seperti tak mau kehilangan setiap detiknya hanya untuk sebuah sapaan.

Anka berjalan ke arahku, berdiri tegap di samping kiriku, kepanikannya mulai mereda tapi agak kikuk, karena Kak Farka baru pertama kali ditemuinya.

Dan Kak Farka, berdiri dengan menyelipkan kedua tangan ke saku celana panjang formal hitamnya, tepat sekali berada di depan papan tulis yang masih dipenuhi gambaran iseng seorang Anka, meski begitu, Kak Farka tak sudi membuang waktu demi mengomentari gambaran nyeleneh Anka yang memang tak berguna juga, dia tak peduli.

”Jadi Laisa, apa kamu sudah berminat?“ Kak Farka menanyakan sejauh mana kesiapanku.

”Iya, aku berminat.“ Aku menjawab tanpa ragu, lagi pula tak ada ruginya menulis buku sebagai kenangan sekolah.

Kak Farka mengembangkan senyuman penuh makna, disertai beberapa anggukkan setuju.

Sedangkan Anka masih berdiri kebingungan tanpa tahu harus berbuat apa, aku memang belum memberi tahu siapapun kalau aku sudah bertemu dengan Farka alumni SMA Lily Kasih, karena memang tak penting juga.

”Ayo, ikut saya ke perpustakaan.“ Kak Farka melangkah keluar kelas dan mengajakku untuk mengikutinya.

Aku dan Anka langsung meraih tas gendong masing-masing, mengenakannya, kami mengikuti Farka dari belakang.

”Eh, dia itu siapa?“ Akhirnya jiwa penasaran Anka berhasil mendorongnya untuk melontarkan pertanyaan padaku, dan suaranya agak berbisik.

”Dia, alumni sekolah ini, kakak kelas kita dulu.“ Aku menjawab selancar mungkin tanpa intervensi dari siapapun.

”Ooooh ....“ Anka mengangguk paham tapi merenungi keanehan hari ini.

Kami berjalan di koridor sekolah, melangkah santai menuju perpustakaan, sekarang pukul 14:20 siang hari menuju sore, cuaca cukup cerah, awan bergerombol layaknya biri-biri yang digiring untuk jadi sembelihan.

”Sebenarnya, tadi kalian membicarakan apa?“ Anka kembali menanyakan hal yang masih mengganggu pikirannya.

”Nanti aku jelaskan.“ Jawabanku singkat membuat Anka harus menanggung rasa penasarannya lebih lama lagi.

Anka mengangguk, menerima pernyataanku, mau bagaimana pun, kami hampir sampai di tempat tujuan, jadi tak ada waktu jika aku menjelaskannya sekarang.

Maka, setelah melangkah dengan pasti, kami sampai di dalam perpustakaan sekolah, sebuah tempat yang terpisah dari kelas, namun perpustakaan ini dua kali lebih besar dari kelas kami, tunggu! Kami masih melangkah menuju sudut ruangan, Kak Farka menggiring kami ke suatu tempat yang seolah dia hendak menunjukkan rahasia berharga.

Dan benar saja! Saat kami berdiri di antara lemari buku, mataku serta mata Anka hingga terbeliak.

Kak Farka menarik sebuah buku, maka lantai keramik di depannya bergeser, membentuk sebuah pintu bawah tanah.

Ternyata ada pintu rahasia! Aku bahkan baru tahu tentang pintu ini, dan itu keren! Seperti film-film fantasi!

”Ya Tuhan! Ini luar biasa!“ Anka langsung buru-buru berdiri sedekat mungkin pada buku penyebab pintu rahasia itu tersingkap, Anka begitu terkesima seperti bocah yang baru pertama kali dibelikan ponsel oleh mamanya.

”Gila! Ternyata sekolah kita keren!“ Aku menyanjung pada keunikan perpustakaan ini, bukan pada bukunya, melainkan pada ruangan rahasia yang kini membuatku terpaku terkagum-kagum.

Tentunya aku pun langsung berdiri di samping kiri Kak Farka, memandang penuh ketakjuban pada pintu bawah tanah.

”Ya Tuhan ... kenapa sesuatu yang keren selalu tersembunyi ...?“ Anka tampak masih terkesima dengan ruangan rahasia perpustakaan, ia seperti melihat sebuah keajaiban sihir, padahal sih biasa saja, mungkin yang membuat ini luar biasa adalah, rahasianya.

”Ya, karena sesuatu yang berharga harus dijauhi dari tangan-tangan jail.“ Kak Farka menanggapi luapan kekaguman Anka.

”Ayo.“ Kak Farka kembali mengajak kami untuk mengikutinya.

Kali ini kami masuk ke bawah tanah, ruangan rahasia sekolah, atau mungkin masih ada lagi ruangan yang tersembunyi, tapi yang jelas, kami mulai menuruni anak tangga, lalu menapaki di dalam lorong dengan lampu gantung kekuningan yang berpendar sebagai penerang di lorong ini, kami menuju sebuah ruangan.

”Waaaaaahhh, buku-buku lagi.“ Anka menyorot seluruh isi di ruangan ini yang nyatanya hanya ada lemari buku, pandangannya terkesima, tapi ada sedikit kekecewaan, kala dirinya paham, bahwa ia tak suka membaca.

Ruangan yang seluas kamar Anka, terdapat dua lemari buku, lengkap dengan sebuah meja kayu Ulin, ditambah kursi goyang yang memberi kesan elegan, ruangan ini bersih serta wangi bunga melati.

Tapi tunggu! Salah satu lemari bergeser!

Tak ayal, ternyata masih ada lagi ruangan rahasia!

”Waduh.“ Anka tercengang.

Kak Farka menarik buku dan kembali menampakkan ruangan rahasia.

”Ayo ...,“ kata Kak Farka kembali menuruni anak tangga.

Kami pun tanpa bosan terus mengikuti Kak Farka dari belakang. Menuruni tangga lalu, menapaki lorong menuju sebuah ruangan, kemudian, berhenti dengan keheranan, sebab apa yang kini kami lihat adalah ruangan seluas ruang kelas kami.

Tujuh lemari buku, beberapa diantara lemari buku itu telah diisi oleh buku, sedangkan dua lemari buku lagi masih kosong, lantainya dari ubin kekuningan nan bersih, penerangan di sini telah menggunakan tiga lampu Neon Kompak yang melekat di langit-langit perpustakaan ini, sedangkan dindingnya terlapisi pula oleh batu bata merah, kesannya sih seperti ruangan belum jadi, namun sepertinya memang dibuat begitu, mungkin inilah yang disebut 'karya seni gagal'.

Sebentar! Ternyata Guru Sukada telah berdiri di samping lemari buku, memandang kami dengan tersenyum penuh makna, dan Kak Farka pun langsung berdiri di sampingnya.

Dan kudapati, Kak Farka lebih tinggi ketimbang Guru Sukada.

Kini kami telah berhadapan satu sama lain, berharap semuanya baik-baik saja, dan tentunya semoga cepat diperbolehkan pulang.

”Wah guru kenapa ada di sini?“ Aku bertanya untuk memastikan, takut-takut kalau Guru Sukada malah ternyata terjebak di ruangan ini.

”Jadi kamu mau menulis autobiografimu?“ Konyolnya Guru Sukada malah balik bertanya, seakan-akan pertanyaanku hanyalah angin lalu belaka.

”Ya'elah guru, bukannya dijawab malah balik nanya.“ Aku mengeluh tanpa menjawab pertanyaan Guru Sukada.

”Hehehehe.“

Eh? Konyolnya Guru Sukada malah tertawa tanpa beban.

”Guru menunggu murid selanjutnya, untuk merampungkan proyek sekolah, nah, katanya kamu mau gabung dalam proyek?“ papar Guru Sukada berusaha memastikan kebenarannya.

”Iya guru.“ Tanpa ragu aku menjawab dengan pasti, tapi memang tanpa alasan yang jelas.

Terpopuler

Comments

zien

zien

hadir 💗💗

2021-06-02

0

Li Na

Li Na

rate5

2020-06-24

0

ZalikaAngel 🤧🥀❣️

ZalikaAngel 🤧🥀❣️

Hallo like dan vote 5 bintang Uda mendarat🤧
jadi jangan lupa tinggalkan like dan vote 5 bintang di “playboy maniak sexx"

2020-06-10

0

lihat semua
Episodes
1 PROLOG.
2 BAB 1: INILAH AKU ....
3 BAB 2: INILAH TEMAN-TEMANKU ....
4 BAB 3: ALASAN NYELNEH ...?
5 BAB 4: OH ... ADA TAMU.
6 BAB 5: HARI MABAL ...
7 BAB 6: PESTA ...?
8 BAB 7: ANTAR AKU PADA SUAMIKU ...
9 BAB 8: HAHAHA ....
10 BAB 9: SEJARAH ORANG BODOH ....
11 BAB 10: TIDAK SAKIT HATI.
12 BAB 11: ORANG ITU LAGI?
13 BAB 12: BERLEHA-LEHA.
14 BAB 13: PATAHNYA KERAGUANKU.
15 BAB 14: CACAT LOGIKA?
16 BAB 15: BUKAN PSIKOTERAPI ...
17 BAB 16: DILECEHKAN ...?
18 BAB 17: LIDAH SETAJAM PEDANG.
19 BAB 18: BALAS DENDAM ADALAH HUKUM.
20 BAB 19: HANGUS TERBAKAR ADALAH PERUBAHAN.
21 BAB 20: KESEMPURNAAN ADALAH CITA-CITA.
22 BAB 21: JIWA ADALAH YANG DIKENAL.
23 BAB 22: SOLIDARITAS ADALAH KEUTAMAAN. (part1)
24 BAB 22: SOLIDARITAS ADALAH KEUTAMAAN. (Part 2)
25 BAB 23: MENYATAKAN CINTA ADALAH KEMAJUAN.
26 BAB 24: KENYATAAN ADALAH NOL. (Part 1)
27 BAB 24: KENYATAAN ADALAH NOL. (Part 2)
28 BAB 25: MALAM INI ADALAH BUKAN MALAM ITU.
29 BAB 26: PERMULAAN ADALAH AWAL PERANGKAP. (Part 1)
30 BAB 26: PERMULAAN ADALAH AWAL PERANGKAP. (Part 2)
31 BAB 27: PSIKOANALISIS ADALAH PERTAMA.
32 BAB 28: KEBENARAN ADALAH PEMECAH BELAH. (Part 1)
33 BAB 28: KEBENARAN ADALAH PEMECAH BELAH. (Part 2)
34 BAB 29: KEPINTARAN ADALAH KEJAHATAN. (Part 1)
35 BAB 29: KEPINTARAN ADALAH KEJAHATAN. (Part 2)
36 BAB 30: KONSPIRASI ADALAH KEBODOHAN. (Part 1)
37 BAB 30: KONSPIRASI ADALAH KEBODOHAN. (Part 2)
38 BAB 31: ANTAGONISME SOSIAL ADALAH CITRA MASA REMAJA. (Part 1)
39 BAB 31: ANTAGONISME SOSIAL ADALAH CITRA MASA REMAJA. (Part 2)
40 BAB 32: EGOSENTRISME ADALAH KEDUA. (Part 1)
41 BAB 32: EGOSENTRISME ADALAH KEDUA. (Part 2)
42 BAB 33: PENDERITAAN ADALAH PELAJARAN. (Part 1)
43 BAB 33: PENDERITAAN ADALAH PELAJARAN. (Part 2)
44 BAB 34: KEMATIAN ADALAH AWAL. (Part 1)
45 BAB 34: KEMATIAN ADALAH AWAL. (Part 2)
46 BAB 35: PERANG ADALAH HARAPAN. (Part. 1)
47 BAB 35: PERANG ADALAH HARAPAN. (Part 2)
48 BAB 36: ANTIMATERI ADALAH AKU. (Part 1)
49 BAB 36: ANTIMATERI ADALAH AKU. (Part 2)
50 BAB 37: Autobiografi Laisa. (Part 1)
51 BAB 37: Autobiografi Laisa. (Part 2)
52 BAB 38: DIA ADALAH POLA PIKIR. (Part 1)
53 BAB 38: DIA ADALAH POLA PIKIR. (Part 2)
54 BAB 39: KULMINASI ADALAH KETIGA. (Part 1)
55 BAB 39: KULMINASI ADALAH KETIGA. (Part 2)
56 BAB 40: SUBLIM SANG KEJORA. (Part 1: Tamat)
57 BAB 40: SUBLIM SANG KEJORA. (Part 2: Tamat)
58 EPILOG.
Episodes

Updated 58 Episodes

1
PROLOG.
2
BAB 1: INILAH AKU ....
3
BAB 2: INILAH TEMAN-TEMANKU ....
4
BAB 3: ALASAN NYELNEH ...?
5
BAB 4: OH ... ADA TAMU.
6
BAB 5: HARI MABAL ...
7
BAB 6: PESTA ...?
8
BAB 7: ANTAR AKU PADA SUAMIKU ...
9
BAB 8: HAHAHA ....
10
BAB 9: SEJARAH ORANG BODOH ....
11
BAB 10: TIDAK SAKIT HATI.
12
BAB 11: ORANG ITU LAGI?
13
BAB 12: BERLEHA-LEHA.
14
BAB 13: PATAHNYA KERAGUANKU.
15
BAB 14: CACAT LOGIKA?
16
BAB 15: BUKAN PSIKOTERAPI ...
17
BAB 16: DILECEHKAN ...?
18
BAB 17: LIDAH SETAJAM PEDANG.
19
BAB 18: BALAS DENDAM ADALAH HUKUM.
20
BAB 19: HANGUS TERBAKAR ADALAH PERUBAHAN.
21
BAB 20: KESEMPURNAAN ADALAH CITA-CITA.
22
BAB 21: JIWA ADALAH YANG DIKENAL.
23
BAB 22: SOLIDARITAS ADALAH KEUTAMAAN. (part1)
24
BAB 22: SOLIDARITAS ADALAH KEUTAMAAN. (Part 2)
25
BAB 23: MENYATAKAN CINTA ADALAH KEMAJUAN.
26
BAB 24: KENYATAAN ADALAH NOL. (Part 1)
27
BAB 24: KENYATAAN ADALAH NOL. (Part 2)
28
BAB 25: MALAM INI ADALAH BUKAN MALAM ITU.
29
BAB 26: PERMULAAN ADALAH AWAL PERANGKAP. (Part 1)
30
BAB 26: PERMULAAN ADALAH AWAL PERANGKAP. (Part 2)
31
BAB 27: PSIKOANALISIS ADALAH PERTAMA.
32
BAB 28: KEBENARAN ADALAH PEMECAH BELAH. (Part 1)
33
BAB 28: KEBENARAN ADALAH PEMECAH BELAH. (Part 2)
34
BAB 29: KEPINTARAN ADALAH KEJAHATAN. (Part 1)
35
BAB 29: KEPINTARAN ADALAH KEJAHATAN. (Part 2)
36
BAB 30: KONSPIRASI ADALAH KEBODOHAN. (Part 1)
37
BAB 30: KONSPIRASI ADALAH KEBODOHAN. (Part 2)
38
BAB 31: ANTAGONISME SOSIAL ADALAH CITRA MASA REMAJA. (Part 1)
39
BAB 31: ANTAGONISME SOSIAL ADALAH CITRA MASA REMAJA. (Part 2)
40
BAB 32: EGOSENTRISME ADALAH KEDUA. (Part 1)
41
BAB 32: EGOSENTRISME ADALAH KEDUA. (Part 2)
42
BAB 33: PENDERITAAN ADALAH PELAJARAN. (Part 1)
43
BAB 33: PENDERITAAN ADALAH PELAJARAN. (Part 2)
44
BAB 34: KEMATIAN ADALAH AWAL. (Part 1)
45
BAB 34: KEMATIAN ADALAH AWAL. (Part 2)
46
BAB 35: PERANG ADALAH HARAPAN. (Part. 1)
47
BAB 35: PERANG ADALAH HARAPAN. (Part 2)
48
BAB 36: ANTIMATERI ADALAH AKU. (Part 1)
49
BAB 36: ANTIMATERI ADALAH AKU. (Part 2)
50
BAB 37: Autobiografi Laisa. (Part 1)
51
BAB 37: Autobiografi Laisa. (Part 2)
52
BAB 38: DIA ADALAH POLA PIKIR. (Part 1)
53
BAB 38: DIA ADALAH POLA PIKIR. (Part 2)
54
BAB 39: KULMINASI ADALAH KETIGA. (Part 1)
55
BAB 39: KULMINASI ADALAH KETIGA. (Part 2)
56
BAB 40: SUBLIM SANG KEJORA. (Part 1: Tamat)
57
BAB 40: SUBLIM SANG KEJORA. (Part 2: Tamat)
58
EPILOG.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!