PEMBODOHAN REVANO!

Revano mendekati Valencia dan memberanikan diri untuk menggenggam jemari wanita itu. "Val, maafin aku ya. Aku udah lakui-"

Dengan cepat Valencia menggeleng dan memotong perkataan Revano. "Aku yang minta maaf, Van. Aku udah dengan sengaja mancing kamu," ucap Valencia dengan pelan.

"Aku seneng kamu bisa agresif kayak gitu," kata Revano tiba-tiba. Membuat Valencia kembali menundukkan kepalanya. "Dengan begitu, itu artinya kamu udah mulai nerima aku. Mungkin tanpa kamu sadari, aku udah ada di sini!" Revan menyentuh dada bagian kiri Valencia. Bukan berniat mesum lagi, tapi Revano menujukan hati Valencia.

"Aku gak tau, aku bimbang," kata Valencia dengan pelan. "Di satu sisi, hati aku masih milik Mas Devano dan di sisi lain, kamu udah bikin aku nyaman, Van." terang Valencia dengan jujur.

"Aku gak akan maksa kamu dengan cepat untuk membalas perasaan aku. Setelah menikah, aku juga gak akan menuntut kamu buat lupain Devano. Biarlah dia memiliki tempatnya sendiri di hati kamu!" ujar Revano. Pria itu kembali mendekap tubuh Valencia.

Valencia menangis, ia begitu haru dengan semua perkataan Revano. Revano begitu bijak mengucapkan sesuatu, sama seperti mendiang suaminya.

"Jangan menangis Valencia, airmata ini begitu berharga. Aku gak suka airmata ini terbuang sia-sia!" Revano mencium kedua mata Valencia. "Udah larut, mendingan sekarang kita iatirahat." Ajak Revano.

Akhirnya, Revano dan Valencia memutuskan untuk tidur. Tak lama kemudian, Valencia terlelap tapi tidak dengan Revano. Bayangan leluk tubuh indah Valencia terus menari di kepalanya. Ia begitu merasa gila di buatnya.

"****! Otakku benar-benar sudah tidak waras!" umpat Revano sembari memukul kepalanya.

"Haruskah aku lakukan itu dengan paksa? Tapi bagaimana kalau Valencia jadi membenciku?" guman nya.

Revano tidak bisa tidur malam itu hingga pagi, akhirnya ide gila muncul kembali di otak nya.

Ia menelpon kedua orangtua Valencia, Mertuanya serta Grandma nya sendiri untuk datang ke kediaman Valencia pada sore hari. Tak lupa, ia juga sudah meminta Marco untuk menyusun dan menjalankan semua rencananya.

"Heheee! Dengan begini, Valencia gak akan bisa menolak." Revano tersenyum smirk.

Revano berani merencanakan hal nekat dan gila. Ia akan menjebak Valencia pagi ini.

"Dy, dah ngun?" tanya Devanka sembari mengerjapkan matanya dan menatap Revano. Jika dulu saat bangun, gadis kecil itu akan langsung mencari keberadaan Mommy nya. Kini, posisi mommy nya sudah tergantikan oleh kehadiran Revano.

"Udah sayang," kata Revano. Ia mencium lembut kening Devanka. "Devanka sayang gak sama Daddy?" tanya Revano.

"Ayank dong!" sahut Devanka dengan cepat.

"Kalau Devanka sayang sama Daddy, Devanka main dulu sama Aunty keriting di luar ya. Daddy mau- .. .. ..!"

Devanka tersenyum cerah, gadis kecil itu. segera di antarkan Revano untuk menemui Tina. Gadis muda berkulit hitam manis dengan rambut panjang yang keriting. Yang di panggil Revano dengan sebutan Keriting jelek.

"Keriting, saya titip Devanka! Jangan sampai lecet sedikit pun!" Revano menurunkan Devanka di atas meja makan, di mana Tina berada saat itu.

"Tuan mau ngapain?" tanya Tina sembari menatap gerak gerik Revano yang mencurigakan.

"Jangan mau tau urusan orang dewasa!" cetus Revano sembari manaiki anak tangga dan kembali ke kamar.

Saat sampai di kamar, dengan pelan Revano naik ke atas ranjang itu. Ia membuka kancing piyama yang di kenakan Valencia dan melucutinya.

Dada Revano bergemuruh, sebenarnya ia begitu takut kalau-kalau Valencia terbangun.

"Emmm!" pergerakan dari Valencia membuat aksi exstrem Revano semakin menegangkan. "Demi apa? Demi cinta!"

Akhirnya, Revano berhasil melucuti semua pakaian yang melekat di tubuh Valencia. Wajah dan tubuh pria itu sudah di bajiri oleh keringat karena takut.

Setelah itu, Revano pun melucuti pakaiannya sendiri. Ia masuk ke dalam selimut dan memeluk tubuh Valencia, seperti orang yang sudah benar-benar melakukan hubungan suami istri. Di tambah lagi dengan tubuhnya yang berkeringat dingin, membuat semua itu tampak seperti nyata dan benar-benar terjadi.

Jam menujukan pukul 05:57. Valencia mengerjapkan matanya, ia mengucek matanya dengan perlahan. Ia begitu heran saat merasakan sesuatu menindih perutnya. Ia pun melihat tubuhnya yang ada di balik selimut. Expresi Valencia sungguh aneh, bukannya berteriak atau menjerit, ia malah memegangi kepalanya yang terasa pusing.

Revano yang belum sampai lima menit berada di dalam selimut itu, terus berpura-pura tidur dengan tangan yang melingkar di perut Valencia.

"Apa aku udah lakuin semua ini? Perasaan tadi malam gak sampai ke tahap ini?" guman Valencia. Wanita itu sudah hampir menangis karena meratapi kebodohannya.

"Val?" Revano pura-pura mengerjapkan matanya perlahan. "Kamu udah bangun?" tanya Revano.

"Van, kita abis ngapain? Dimana Devanka?" tanya Valencia seperti orang bodoh yang linglung.

"Kamu lupa? Subuh tadi kamu maksa aku buat main?" Revano tersenyum smirk pada Valencia. "Devanka juga udah sama Tina."

"Kamu mau kan nikah sama aku?" perkataan itu keluar begitu saja dari bibir Valencia. Ia sudah begitu bingung. Pembodohan yang di lakukan Revano membuat ia tidak sadar sama sekali. Ia percaya akan semua itu karena semalam ia memang menginginkan sentuhan dari Revano dan pagi ini, tubuh Revano yang terasa panas dan juga berkeringat telah menambah keyakinannya.

"Mau, sore ini juga kita akan nikah," kata Revano dengan raut wajah yang begitu semringah.

Hari itu juga, Valencia tidak keluar sama sekali dari kamar. Ia terus memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Semalam ia tidur dengan begitu nyenyak nya hingga tidak menyadari dan merasakan apapun termasuk penipuan yang di lakukan oleh Revano.

"Maafin aku, Val. Semua ini aku lakuin supaya aku bisa cepet-cepet nikahin kamu." batin Revano sembari menatap Valencia yang duduk di tepian ranjang. Singel parent itu sedang melamun.

Revano pun meninggalkan Valencia keluar, ia segera menghubungi Marco dan menanyakan apakah tugas yang di berikannya tadi pagi.

"[Bagaimana?]" tanya Revano pada Marco yang ada di seberang telpon.

"[Sudah, Tuan. Saya juga sudah memberi tahu Nyonya Liliana seperti yang tuan perintahkan tadi pagi!]" jelas Marco.

"[Bagus, jangan sampai telat. Jam 15:30 kalian semua sudah harus ada di rumah ini.]" tegas Revano.

***

"Pintar sekali Revano, ia mampu mengelabui putriku dengan cara seperti itu," ucap Arya yang sedang duduk berdua dengan Zivanya di ruang tengah rumah mereka.

"Sama seperti kamu yang manfaatin aku dulu, Beng," kata Zivanya. Wanita separuh baya itu bernostalgia di mana saat ia menikah Dengan Arya, suaminya saat ini.

"Hehehee! Kalau begitu, bukan kami yang pintar tapi kalian lah yang begitu bodoh," Arya terkekeh. Ia melepaskan kacamata nya dan meletakan kacamata putih itu ke atas meja.

"Tapi yang di lakukan Revano memang begitu EXTREM," kata Zivanya. "Bagaimana jika seandainya dia tidak berhasil? Pastilah Valencia akan mengamuk dan mengusirnya dari rumah itu."

Itulah Revano, ia tidak berbohong kepada keluarga Valencia dan mertuanya. Ia berkata jujur bahwa ia sudah menipu dan membodohi Valencia, demi untuk menikahi wanita itu dengan segera.

Terpopuler

Comments

@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ

@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ

duh Revan ya ngelabui Valen lagi demi cinta dia sampai ngelakuin itu

2022-08-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!