HAMPIR SAJA!

Valencia mengurungkan niatnya untuk kembali bergabung bersama Mama Mia, Papa Rahman dan juga Revano. Ia kembali ke kamar sekalugis ruangan bermain putrinya dengan perasaan bimbang.

Sesampai nya di kamar Devanka. Ia naik ke atas ranjang itu dan memeluk tubuh putrinya.

Valencia segera berpura-pura memejamkan matanya setelah mendengar suara langkah kaki yang mendekat ke arah kamar itu.

"Ketiduran lagi dia," guman orang itu yang ternyata adalah Revano. Ia menyusul Devanka dan Valencia karena Papa Rahman dan Mama Mia sudah pulang.

Revano mendekati Valencia yang tidur di samping Devanka. Di usap nya dengan lembut rambut panjang Valencia yang tergerai. "Aku mencintai kamu Valencia, aku yakin suatu saat aku pasti bakal bisa meraih hati kamu," ucap Revano dengan lirih di telinga Valencia.

Valencia yang mendengar semua perkataan Revano, menahan airmata nya agar tidak jatuh. Ia tidak ingin Revano tahu. bahwa ia hanya berpura-pura tidur.

***

Tiga hari kemudian, Revano masih tinggal di kediaman Valencia. Bahkan bukan hanya tinggal di satu atap tapi juga tidur di satu ranjang yang sama.

Seperti malam itu, Devanka sudah tidur lebih dulu. Dan tinggallah Revano dan juga Valencia yang berbaring di sisi kanan dan kiri Devanka. Kedua orang dewasa itu sama-sama begitu enggan untuk memejamkan mata.

Hingga, timbul lah ide modus Revano yang akhirnya menimbulkan kecanggungan di antara keduanya . "Van, kamu capek banget gak?" Revano bertanya pada Valencia.

"Enggak, kenapa?" tanya balik Valencia.

"Boleh gak sih kalo aku minta pijitin?" Revano menatap wajah Valencia dengan tatapan penuh harap.

"Kenapa gak boleh? Ya boleh lah, lagian kamu juga pasti capek banget. Mau berangkat kerja, gendongin Devanka, baru pulang anak itu udah nempel lagi," kata Valencia. Wanita itu segera berpindah posisi ke samping Revano, ia menggeser sedikit putrinya yang sudah tertidur pulas itu.

Valencia pun memijat punggung Revano dengan pelan. "Gimana? Enak gak?" tanya Valencia.

"Tangan kamu lembut banget, bukan di pijit malah di elus-elus," kata Revano. Pasalnya tangan Valencia berasa mengelus punggungnya.

"Terus kayak mana? Aku gak pernah mijitin orang loh!" ujar Valencia. Ia memang belum pernah memijat siapa pun kecuali putrinya, itupun cara yang sama yang ia lakukan pada Revano saat ini.

"Sini! Kamu yang tiduran, biar aku ajarin dulu," kata Revano. Ia meminta Valencia menggantikan posisinya. Dan dengan bodohnya, Valencia menuruti perkataan Revano.

Revano pun memijat punggung Valencia dengan pelan. Nyaman, itulah yang di rasakan Valencia ketika kedua tangan Revano memijat punggungnya.

"Gini nih kalau mijit, bukan gini!" Revano mempraktekan cara Valencia saat memijatnya tadi.

"Emmm!" suara itu lolos begitu saja dari bibir Valencia. Ia menahan rasa geli yang di berikan Revano. "Van, udah," ucap Valencia dengan pelan.

Valencia yang notabe nya seorang janda, tentu merasakan sesuatu yang aneh saat Revano memasukan tangannya kedalam piyama tidur yang di kenakan oleh Valencia dan mengusap-usap punggungnya. Apalagi, ia sudah menahan hasratnya lebih dari dua tahun lamanya.

"Van, udah.. Jangan pijit lagi," kata Valencia dengan suara yang semakin pelan.

"Kenapa? Hmmm!" Revano tersenyum tipis. Ia begitu mengerti dengan apa yang di butuhkan oleh Valencia saat ini. Revano adalah pria dewasa yang normal, ia tahu dan paham meskipun ia belum pernah melakukannya.

"A-a-aku a-a-aku!" Valencia bangkit dan hendak turun dari ranjang itu. Tapi, dengan cepat Revano menahannya.

"Mau kemana?" Revano mengungkung tubuh Valencia di atas ranjang itu. Ia lupa, bahwa ada Devanka yang tidur di samping mereka.

"A-a-aku mau minum, haus," kata Valencia dengan gugup.

Bukannya melepaskan Valencia dari kungkungannya, Revano malah menyambar bibir tipis Valencia dengan tiba-tiba.

"Eummmm!" leng*h Valencia. Bukannya menolak, Valencia malah memeluk tubuh Revano yang berada di atasnya.

Cukup lama bibir Valencia dan Revano bertautan, saling mel*mat bahkan bertukar air liur. Pada akhirnya, Revano melepaskan pagutan itu karena sudah merasa kehabisan oksigen.

"Van, a-a-aku," ucap Valencia dengan mata yang sayu. Belum selesai pula Valencia mengucapkan perkataannya, Revano kembali menyambar kembali bibirnya.

"Dengan cara ini, aku bakal bisa milikin kamu seutuhnya. Dan dengan cara ini juga, kamu gak akan bisa nolak aku buat gantiin Devano sebagai Daddy-nya Devanka." Batin Revano. Tangannya terus menggerayangi tubuh Valencia, bahkan kini tangan nakalnya telah membuka kancing piyama yang di pakai oleh Valencia.

Revano menelan ludahnya dengan kasar saat melihat bentuk tubuh bagian depan Valencia. Melihat Valencia yang memejamkan matanya dengan tubuh yang seperti cacing kepanasan, Revano tak menyia-nyiakan kesempatan. Ia terus memberikan sentuhan-sentuhan lembut di area leher dan dada Valencia, bahkan pria itu meninggalkan beberapa jejaknya.

Setelah merasa puas, Revano melepaskan kaos yang ia pakai dan melemparnya ke lantai , setelahnya ia kembali menggerayangi tubuh Valencia. Ia menyapu kembali area wajah dan leher Valencia dengan bibirnya.

Saat bibirnya turun ke area dada ibu dengan satu anak itu, tiba-tiba saja. "Dy, My, pain?" Valencia yang memejamkan matanya menjadi begitu terkejut. Ia mendorong tubuh Revano yang sudah polos bagian atas itu dari tubuhnya, setelah mendengar suara Devanka.

Revano juga tak kalah terkejutnya, pria itu melompat dari atas ranjang dan berlari menuju kamar mandi.

Valencia pun segera mengancingkan piyamanya dengan asal sembari melihat putrinya yang sedang mengusap-usap mata.

"Devanka kok bangun?" Valencia mendekati putrinya dan mengusap-usap rambut Devanka.

"Dy ana?" tanya gadis kecil itu.

"Daddy di kamar mandi, lagi buang air," kata Valencia sembari meringis.

"Ka au bobok di yuk Dy!" pinta Devanka dengan mata mengantuk.

"Iya, nanti di peluk Daddy kalo Daddy udah selesai buang air," kata Valencia. "Sekarang, Devanka bobok lagi aja dulu." Devanka mengangguk dan kembali memejamkan matanya.

Melihat putrinya yang kembali tertidur, Valencia bernapas lega. Bukan hanya lega karena putrinya itu kembali tertidur, tapi juga lega karena tidak jadi melakukan hubungan itu bersama Revano yang belum jadi suaminya.

"Hampir aja, kalau Devanka gak bangun. Mungkin sekarang aku lagi ngelakuin itu sama Revan." Batin Valencia.

Revano yang berada di dalam kamar mandi terus menggerutu sembari menuntaskan benda milik nya.

"Cih! Tinggal sedikit lagi, malah gagal!" gerutu pria itu. "Gak mungkin kan aku ngulangin modus kayak tadi, Valencia pasti nolak."

"Besok aku langsung ajak dia nikah aja deh, kalau gak mau. Baru aku paksa!"

Cukup lama Revano berada di kamar mandi, setelah ia membuang air yang di katakan Valencia kepada putrinya tadi, Revano pun segera keluar.

Ia melihat Valencia yang menundukkan kepalanya di atas ranjang itu. Ia pikir, Valencia marah padanya. "Val, aku minta maaf," ucap Revano dengan pelan sembari mendekati Valencia yang masih duduk di posisinya semula. Valencia mendongakan wajahnya dan menatap wajah Revano dalam-dalam.

Terpopuler

Comments

al faqih

al faqih

langsung aja di nikahi biar sah dn halal

2022-08-07

0

@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ

@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ

semoga dengan kejadian kibulan Revan,Valen jadi Nerima Revan untuk menggantikan devano

2022-08-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!