Revano pun bangkit dari sofa itu, dan alangkah terkejutnya Mama Mia dan Papa Rahman dibuat nya.
"Devano, putra mama!" Mama Mia segera menghampiri Revano yang berdiri bersama dengan Devanka. Wanita separuh baya itu mendekat dan mengamati wajah Revano. Sedangkan Revano, pria itu hanya diam sembari mendekap tubuh Devanka.
"Pa, coba lihat! Dia kayak Devan," kata Mama Mia kepada Papa Rahman.
"Ma, Pa. Dia partner kerja Valen yang baru, namanya Revano asal Belanda," ucap Valencia.
"Dia begitu mirip sama Devano, namanya juga," kata Mama Mia. "Boleh kah mama peluk, sebentar saja." pinta wanita separuh baya itu pada Revano.
Revano melirik Valencia, Valencia pun tersenyum kecil dan mengangguk. Akhirnya, Revano pun ikut mengangguk pada Mama Mia.
Mama Mia memeluk tubuh Revano yang sedang mendekap tubuh cucunya. Rindu Mama Mia pada almarhum menjadi sedikit terobati.
"Papa gak mau ikutan peluk?" Mama Mia melerai pelukannya dan menoleh pada Papa Rahman yang ada di belakangnya.
Papa Rahman ikut mendekat dan memeluk Revano sebentar. Setelah itu, mereka semua duduk di sofa ruang tengah itu dan mengobrol.
Valencia meninggalkan Revano, Devanka, Mama Mia dan Papa Rahman di ruang tengah itu. Ia pergi ke dapur untuk membuat kopi dan teh. Tak lama kemudian, ia kembali dengan dua bangkit kopi dan teh dan segelas air putih.
"Valen, kopi atau teh Nak Revan mana? Kenapa cuman punya Mama dan Papa?" tanya Papa Rahman.
"No! Saya gak minum," kata Revano. Valencia hanya diam di samping Revano yang terus memanjakan putrinya.
"Dy Ka num cu," kata Devanka. Revano menjadi malu di buatnya.
"Wah, bagus itu. Jadi Devanka harus kayak Daddy, minum susu biar sehat," kata Mama Mia.
"Ya dong, Ka ayang Dy," ucap Devanka sembari bangkit dan memeluk leher Revano.
"Di mana kalian bertemu saat pertama kali?" tanya Papa Rahman. Kedua mertua Valencia terus-terusan memandang wajah Revano. Membuat Revano menjadi salah tingkah.
"Di mall, Pa. Dia orang yang bikin Valencia panik waktu itu," kata Valencia. Ia mengingatkan di mana masanya ia kehilangan Devanka di mall bersama Tina.
"Aku gak sengaja nyulik dia, dia yang ikut," kata Revano membela diri. "Iya kan, princess daddy?"
"Ya, Ka eyuk Dy. Dy dong Ka," kata Devanka.
"Tuh kan, dia aja inget," ucap Revano.
"Pertemuan yang aneh ya," kata Papa Rahman. "Kamu udah punya istri?" tanya Papa Rahman pada Revano.
"Uhukk!" Valencia tersedak kue yang ia makan.
"Minum!" Revano panik, dengan cepat ia memberikan segelas air putih milik nya pada Valencia.
Mama Mia dan Papa Rahman saling pandang dan melempar senyum. Dalam hati mereka masing-masing begitu berharap, semoga saja Revano belum memiliki istri dan bisa menjadi suami serta ayah pengganti untuk Valencia dan Devanka.
"Papa sama mama, kenapa senyum-senyum gitu?" tegur Valencia.
"Hah? Enggak apa-apa, emang gak boleh senyum?" Mama Mia menatap Valencia sembari tersenyum manis.
"Mama dan papa mencurigakan, kayak punya niat tersembunyi!" Valencia balas menatap mama mertuanya dengan tatapan horor.
"Ishh.. Niat apaan? Orang mama dan papa cuman penasaran sama jawaban Nak Revan, dia udah punya istri belum," kata Mama Mia.
"Lagian kenapa kalau Revan belum punya istri?" tanya Valencia.
"Lah jelas, halal itu. Gak ada yang marah kalau dia jadi Daddy Devanka beneran!" jelas Mama Mia.
"Gak ada yang marah kok, Om, Tante. Saya masih lajang," kata Revano sembari tersenyum manis.
"Nah, bagus itu. Kamu bisa jadi Daddy nya Devanka!" celetuk Mama Mia.
"Mama!" tegur Valencia. Airmuka Valencia berubah, wajah putih itu memerah. Melihat raut wajah anak menantu nya berubah, Mama Mia pun menutup mulutnya.
"Please, help! Jangan bikin Devanka berharap terlalu banyak, ma. Kasian dia," kata Valencia. "Jodoh gak ada yang tau, sekarang Revano lajang kalau bulan depan dia ketemu jodohnya. Bakal makin sakit putriku!"
"Valencia, kamu ngomong apa? Aku gak akan menikah dan gak akan pernah! Aku gak akan ninggalin kalian, aku bakal disini!" tegas Revano. Entah apa yang pria itu pikirkan, kata-kata nya keluar begitu saja.
Valencia tersenyum kecut, ia mengambil alih putrinya yang sudah tertidur di pangkuan Revano. "Maaf, ma, pa. Valencia tinggal dulu nidurin Devanka," kata Valencia sembari meninggalkan area ruang tengah rumah itu.
Setelah Valencia pergi, Mama Mia dan Papa Rahman kembali mengobrol bersama Revano.
"Nak Revan udah lama tinggal di Indonesia?" tanya Papa Rahman.
"Belum, Om. Baru beberapa bulan, saya balik ke indonesia karena mengejar mimpi saya," kata Revano.
Revano berbicara seperti itu, karena ia yakin Papa Rahman dan Mama Mia akan mendukung nya.
"Mimpi apa?" tanya Mama Mia dan Papa Rahman bersamaan.
"Dua tahun terakhir, saya tidak bisa tidur dengan nyenyak. Setiap saya memejamkan mata, ada sosok wanita yang menangis. Dia selalu mengatakan. 'BERTAHAN MAS, DEMI AKU DAN CALON ANAK KITA!' mimpi itu selalu hadir berulang-ulang, dan saya yakin wanita yang ada di dalam mimpi saya itu ada," kata Revano. "Saya semakin yakin saat saya bertemu Valencia dan Devanka untuk yang pertama kalinya di mall pusat kota. Di sana Valencia sedang menangis mencari keberadaan Devanka yang menghilang karena saya bawa, tapi setelah dia melihat wajah saya, dia malah semakin menangis dan pergi."
"Dua tahun lebih sudah Devano meninggal, dua tahun itu pula kamu selalu bermimpi?" Papa Rahman menjadi bingung antara percaya atau tidak.
"Tapi saya sudah benar-benar yakin, bahwa wanita yang hadir dalam mimpi saya adalah dirinya. Karena semalam, saya bisa tidur dengan sangat pulas tanpa obat ini!" Revano merogoh saku celananya dan mengeluarkan botol kecil berisi butir obat.
"Kamu mengonsumsi obat tidur?" Mama Mia menatap obat yang ada di tangan Revano.
Revano tersenyum dan mengangguk. "Kadang saya begitu lelah dan merasa takut untuk tidur, maka dari itu saya mengonsumsi obat ini!" jelas Revano.
Papa Rahman dan Mama Mia mengangguk paham. Mereka mengerti dengan posisi dan kondisi Revano.
"Saya mohon Om, Tante, izinkan saya meraih hati Valencia. Tolong berikan restu kalian pada Revan," kata Revano sembari menatap wajah Papa Rahman dan Mama Mia bergantian.
"Papa dan Mama akan selalu mendoakan yang terbaik. Valencia begitu mencintai mendiang suaminya, tapi dia juga menyayangi putrinya lebih dari apapun. Jadi, bicarakan baik-baik pada Valencia niat baikmu. Dia pasti akan dengan bijak mengambil keputusan!" Papa Rahman berbicara dengan begitu serius pada Revano. Bahkan sampai tidak menyadari bahwa Valencia mendengar semua obrolan mereka.
"Mas janji, mas akan kembali! Dan di saat mas kembali dalam sosok orang lain, tolong siapkan hatimu!" perkataan mendiang Devano kembali teringat oleh Valencia.
Wanita itu menangis dengan membekap mulutnya sendiri. "Apakah itu kamu, mas? Aku harus gimana?" batin Valencia sembari menatap tiga orang yang duduk di sofa ruang tamu itu dari samping tembok pembatas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Apriyanti
lanjut thor
2022-08-06
0
ㅤㅤㅤIt's Meㅤㅤㅤ
makin greget aku kak, siapkan 1 untuk ku boleh gak😀
2022-08-05
0
ㅤㅤㅤIt's Meㅤㅤㅤ
kak typo kak, selamatkan typonya
2022-08-05
1