"Princess Daddy udah bangun?" tanya Revano sembari mengusap kepala Devanka.
"Ya, Dy pan lang?" tanya Devanka pada Revano yang terus mengusap kepalanya.
"Tadi malam, Mommy telpon Daddy. Katanya Devanka sakit, jadi Daddy langsung pulang," kata Revano. "Emm! Daddy mandi sebentar ya, nanti Devanka Daddy gendong kalau Daddy udah selesai mandi."
"Iya, Dy ngan gi agi," kata Devanka sembari menatap Revano yang beranjak dari ranjang itu.
"Daddy gak akan pernah pergi dan ninggalin Devanka lagi. Selamanya Daddy bakalan terus tinggal sama Devanka, Daddy sayang banget sama Devanka."
Setelah itu, Revano meninggalkan Devanka ke kamar mandi. Ia mandi secepat kilat dan segera keluar kembali dari kamar mandi dengan lilitan handuk di pinggangnya.
Di saat ia sedang berganti pakaian, Valencia datang dan masuk kedalam kamar itu.
"Ahhh!" Valencia menutup matanya saat melihat dada Revan yang di tumbuhi bulu-bulu halus. "Maaf, aku gak tau!"
Dengan cepat, Revano memakai kaos nya. Pria itu juga sama terkejutnya dengan Valencia. Apalagi, ini adalah kali pertama tubuhnya di lihat oleh wanita. "Udah, aku udah pakek baju," kata Revano sembari meletakan handuknya di gantungan.
"Maaf ya, aku lupa kalau ada kamu di kamar ini," kata Valencia. Jantungnya sudah seperti musik disco, berdetak lebih cepat dari biasanya.
"Aku yang minta maaf, aku gak bepikir kalau kamu bakal balik cepet," balas Revano.
"Dy, My, apa?" tanya Devanka yang tidak mengerti dengan apa yang terjadi antara Mommy dan Daddy-nya itu.
"Sayang, udah bangun?" Valencia segera mendekati putrinya dan naik ke atas ranjang itu. "Mana yang sakit sayang? Bilang ke Mommy biar Mommy obatin."
"Dia tuh udah bangun dari tadi, terus ku tinggal mandi," kata Revano.
"Ka dan mbuh, ada Dy. Dy dah lang," kata Devanka sembari tersenyum manis. Anak kecil itu sudah terlihat begitu sehat, ia sudah bisa tersenyum cerah. "Dy dah ndi? Ka tak ndong!" pinta Devanka. Gadis kecil itu menagih janji Revano sebelum mandi tadi.
"Yok, gendong. Seperti yang Daddy janjikan," kata Revano sembari mengangkat tubuh kecil Devanka dengan rambut hitamnya yang begitu lebat.
Valencia tersenyum, ia begitu haru melihat semua itu. Andai Revano benar-benar suaminya, pastilah hidupnya akan terasa begitu sempurna.
Setelah Devanka puas di gendong oleh Revano berkeliling di area lantai atas rumah itu. Valencia mengajak Revano dan putrinya sarapan.
"Kalau udah mainnya, kita turun ke bawah untuk sarapan," kata Valencia. Revano yang masih mengendong Devanka mengikuti langkah Valencia menuruni anak tangga.
Sesampainya di dapur, Mbok Jumi di buat terkejut setelah melihat kedatangan Revano yang menggendong Devanka.
"Astagfirullah.. Tuan Muda Devano!" pekik Mbok Jumi.
"Mbok, dia bukan Mas Devan, tapi Revan," kata Valencia pada Mbok Jumi.
"Dari kecil mbok ngurusin Tuan Muda Devano, tapi Mbok gak pernah tau kalau dia punya kembaran," ucap Mbok Jumi. Wanita separuh baya itu menjadi begitu keheranan dibuatnya.
"Dia bukan kembaran mendiang Mas Devan, cuman kebetulan mirip aja," kata Valencia.
"Sayang, sini sama Mommy. Biarkan Daddy sarapan dulu," ucap Valencia pada Devanka yang duduk di pangkuan Revano.
"No! Ti Dy pegi agi," kata Devanka. Gadis itu tidak mau turun dari pangkuan Revano.
"Daddy belum sarapan, kasian Daddy," kata Valencia.
"Udah, biar dia sama aku aja dulu. Lagi pula, Aku belum lapar," ucap Revano. Pria itu berbohong. "Sini buburnya Devanka, biar aku yang suapin!" Revano pun mengambil mangkok bubur yang ada di tangan Valencia. Singel parent itu membiarkan putrinya bersama dengan Revano.
Revano mendudukan Devanka ke pinggiran meja. Valencia pun menegurnya. "Daddy, kenapa di naikin ke meja? Gak baik, meja tempat narok makanan loh!"
"Gak apa-apa, cuman di pinggirnya doang," kata Revano. "Lagi pula gak lama. Nanti kalo udah makan, Daddy turunin lagi." Revano tersenyum manis pada Devanka, anak itu juga begitu senang dengan kehadiran Revano. Pria yang ia kira adalah Daddy-nya.
Setelah Devanka selesai makan. Barulah gantian Revano, pria itu memakan roti dan meminum segelas susu yang di berikan Valencia padanya.
"Dy ayak Ka, num cucu," kata Devanka meledek Revano. "Dy gak akan aci?" tanya gadis kecil itu. Revano yang di tanya, beralih melirik Valencia yang duduk di kursi tepat di sampingnya.
"Daddy kayak Devanka, minum susu, terus Daddy gak makan nasi?" Valencia menterjemahkan perkataan putrinya.
"Oh, itu," Revano tersenyum malu. "Daddy belum pernah makan nasi, sayang. Daddy juga gak minum kopi dan teh," kata Revano.
"Ka ga au akan aci ga," kata Devanka.
"Daddy sama Devanka beda, jadi Devanka gak boleh ikut-ikutan!" ujar Valencia.
"Apa ga leh?"
"Daddy sakit perut kalau makan nasi," kata Revano. Pria itu memang benar-benar belum pernah memakan nasi.
Setelah selesai sarapan, Revano mengajak Devanka bermain di ruang tengah. Dari kejauhan, Valencia terus memperhatikan putrinya yang begitu bergembira dan bahagia bersama dengan Revano. Padahal, semalam tubuh gadis itu begitu panas dan mengalami kejang. Tapi pagi ini, ia seperti anak yang tidak sakit, ia tampak begitu sehat setelah Revano datang dan menemaninya.
"Mommy bahagia liat kamu ketawa lepas kayak gitu, nak. Mommy harap, kamu bisa terus seperti ini," ucap Valencia dengan lirih. "Mommy akan lakukan apapun untuk kamu asalkan kamu bisa terus tertawa dan bahagia."
Di saat Devanka dan Revano sedang asik bermain. Tiba-tiba saja, Mama Mia dan Papa Rahman.
"Asalamualaikum, Valencia!" panggil Mama Mia sembari masuk ke dalam rumah.
"Waalaikum salam, ma!" sahut Valencia sembari menghampiri Mama dan papa mertuanya.
"Maafkan mama dan papa ya, yang baru bisa datang sekarang," kata Mama Mia.
"Gak apa-apa, ma. Lagi pula Devanka udah sehat," ucap Valencia seraya tersenyum manis.
"Di mana cucu papa?" tanya Papa Rahman.
"Ada di ruang tengah pa, lagi main," jawab Valencia. Ia pun mengajak papa dan mama mertuanya itu pergi menuju ruang tengah untuk menemui Devanka yang sedang bermain bersama Revano.
Papa Rahman dan Mama Mia begitu heran saat sudah tiba di ruang tengah rumah itu. Pasalnya, ini adalah kali pertamanya mereka mendengar tawa gadis kecil benih dari mendiang Devano.
Mama Mia dan Papa Rahman pun mempercepat langkah mereka menuju ruang tengah rumah itu.
"Valen, Devanka main sama siapa? Kok bisa ketawa kayak gitu?" tanya Mama Mia yang begitu penasaran.
"Sama Mas Devan," kata Valencia tanpa sadar.
"Hah! Devan?" pekik Mama Mia.
"Ehh, maksud Valen, Revan!" ralat Valencia.
"Devanka!" panggil Papa Rahman pada cucunya yang sedang bermain di sofa. Berhubung Revano berguling di sofa itu, jadi tidak terlihat oleh Mama Mia dan Papa Rahman.
"Dy, ada kek," kata Devanka sembari menarik Revano agar bangkit.
Revano pun bangkit dari sofa itu, dan alangkah terkejutnya Mama Mia dan Papa Rahman dibuat nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
🔵🏘⃝Aⁿᵘɪᴎᴅ𝖺ʜpeak~fams●⑅⃝ᷟ
semangat thor
2022-09-23
0
Yuliana Susanti
lagi up semangat penasaran banget siapa Revan sebenarnya uda nikah aja Valen Ama Revano thor
2022-08-05
0
safi
satu kata yg terserah pada mama mis ma papa rahman mirip...
2022-08-05
1