Hampir setengah jam lamanya, Revano mendekap tubuh Devanka. Dan pada akhirnya, suhu tubuh gadis itu berangsur turun. Revano bernapas lega dibuatnya, begitu pula dengan Valencia.
"Alhamdulillah, akhirnya Devanka bisa tidur dengan nyenyak," ucap Revano dengan lirih. Perlahan ia bangkit dari ranjang itu. Ia menghampiri Valencia yang duduk termenung di sofa panjang yang ada di dalam kamar.
"Valencia.." sebut Revano, Valencia mendongakkan wajahnya pada wajah Revano.
"Makasih ya, kalau gak ada kamu. Aku gak tau harus gimana," ucap Valencia dengan airmata nya yang terus menetes.
"Gak perlu makasih sama aku, aku juga begitu kaget setelah dapat kabar kalau Devanka sakit. Saat itu aku benar-benar panik dan juga ketakutan," kata Revano. Ia duduk di samping Valencia dan dengan berani pula, ia menarik kepala Valencia agar bersandar di bahunya.
Tidak ada penolakan dari Valencia. 'NYAMAN' itulah yang singel parent itu rasakan ketika bersandar di bahu Revano.
Revano menyapu seluruh ruangan itu dengan pandangan matanya, ia terkejut saat melihat foto-foto yang bertempelan pada dinding kamar itu. Berulang kali Revano mengusap mata untuk memastikan penglihatannya.
"Maaf," ucap Revano sembari menggeser kepada Valencia. Ia bangkit dari sofa itu dan menuju tembok di mana foto-foto di pajang.
Valencia menatap langkah Revano yang mendekati foto dirinya dan juga mendiang suaminya.
"Valencia, ini!" Revano menyentuh foto itu dan menatap wajah Valencia yang sudah berdiri di sampingnya.
"Itu foto mendiang Daddy-nya Devanka," kata Valencia sembari memaksakan senyumannya.
"Ja-ja-jadi ini alasan kamu selalu menghindar dari aku?" terka Revano dan Valencia mengangguk. "Kenapa wajahnya mirip bahkan cenderung sama?" heran Revano.
"Itu salah satu alasannya, wajah kamu bikin aku teringat dimana masa-masa tersulit yang di hadapi Mas Devan," kata Valencia. "Kedua, aku gak mau putriku begitu bergantung dan terus berharap sama kamu." jelasnya.
Revano tampak berpikir. "Jadi, kamu yang selalu hadir di dalam mimpiku selama dua tahun terakhir ini?" batin nya. "Semua ini memang sudah di takdir kan tuhan atau bagaimana? Kenapa wajah ini begitu mirip? Apa aku memiliki saudara?" Revano menjadi larut dalam pikirannya sendiri.
"Revano!" Valencia menyentuh bahu Revano.
"Ahh! Iya, kenapa?" Revano terperanjat kaget.
"Kamu melamun?"
"Enggak, aku lagi mikir aja. Kenapa wajah kami begitu mirip, apa aku punya saudara kembar?" Revano menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Hari sudah semakin larut, Revano pun meminta Valencia untuk beristirahat.
"Udah makin malam, mending kamu tidur," kata Revano.
"Kamu juga tidur, tolong temenin Devanka ya," pinta Valencia pada pria itu.
"Terus kamu?" tunjuk Revano pada Valencia.
"Aku tidur di luar, kamu temenin anakku. Aku takut nanti pas dia bangun dia nyariin kamu lagi," ucap Valencia dengan mata yang sudah begitu mengantuk.
"Kamu gak perlu tidur di luar, aku janji gak akan meyentuh kamu," kata Revano. Ia tidak ingin, Valencia keluar dari kamar itu.
Valencia menatap mata Revano yang juga menatapnya dengan tatapan serius. Setelah itu, Valencia mengangguk.
Akhirnya, Valencia dan Revano tidur di atas ranjang yang sama. Kedua orang itu tidur di sisi kanan dan kiri Devanka.
Tak lama kemudian, kedua orang dewasa itu tertidur lelap dan menyelami alam damai.
Tanpa terasa, malam begitu cepat berlalu. Sang pemilik raga Valencia terbangun lebih dulu. Saat pertama ia membuka mata di pagi hari itu, pemandangan yang ia lihat adalah wajah Devanka dan Revano. Devanka masih begitu lelap di dalam dekapan hangat Revano.
Valencia menyentuh kening putrinya. "Alhamdulillah Ya Allah. Panas nya udah turun," ucap Valencia dengan begitu lirih.
Ia berpindah posisi, Valencia mendekat pada Revano yang juga masih terlelap. Ia memandangi wajah itu dalam-dalam, wajah yang selama ini begitu ia rindukan.
Dengan perlahan, tangannya bergerak tanpa sadar. Ia menyentuh wajah Revano yang di tumbuhi jambang halus.
"Aku kangen kamu, mas," ucapnya lirih. Valencia mendekatkan wajahnya pada wajah Revano. Ia ingin mencium kening pria itu, tapi tiba-tiba ia di buat kaget dengan Revano yang bergerak kecil. Pria itu mengakat tangannya sedikit.
Valencia segera mundur dengan perlahan, ia takut ketahuan oleh Revano.
"Ya tuhan, bodohnya aku," guman Valencia. "Gak boleh, aku gak boleh kayak gini! Dia Revano bukan Devano. Mereka cuman mirip!" Valencia memukul kepalanya. Pikirannya menjadi kalut, hatinya mulai resah.
Valencia segera turun dari ranjang itu dan pergi menuju kamar mandi. Ia mandi dan mengguyur kepalanya dengan air shower yang dingin. Wajah Revano yang begitu mirip dengan mendiang suaminya, membuat dirinya begitu gila.
Setelah cukup lama, ia menyudahi mandinya dan segera berganti pakaian. Saat ia keluar dari dalam kamar mandi, Revano belum juga bangun. Pria itu masih betah memeluk tubuh putrinya.
Singel parent itu segera keluar dari kamar, meninggakan putrinya dan Revano yang masih terlelap. Ia menuruni anak tangga dan menuju dapur.
Di dapur itu, sudah ada Mbok Jumi sang asisten rumah tangga dan juga Tina pengasuh Devanka.
"Gimana keadaan Nona Kecil?" tanya Mbok Jumi pada Valencia yang berdiri di sampingnya.
"Alhamdulillah, Mbok. Udah mendingan," kata Valencia.
"Mbok, tolong siapin sandwich ya. Buat sarapan Tuan Revano," kata Valencia.
Mbok Jumi menjadi bingung, siapa yang sarapan Sandwich pagi-pagi? Tuan Revano siapa lagi? Apa ada orang lain di rumah itu? Batin Mbok Jumi bertanya-tanya.
"Mbok, denger kan?" tegur Valencia.
"Iya-iya, Non. Mbok denger!" Mbok Jumi segera membuka lemari dan mengeluarkan bermacam-macam makanan dari dalam lemari makan itu.
Valencia pun segera pergi keluar rumah. Kebiasaan nya di pagi hari ialah keluar rumah dan menyiram tanaman bunga-bunganya yang ada di halaman samping rumah itu.
"Tina!" panggil Mbok Jumi pada Tina yang sedang mencuci piring.
"Nun, apa mbok?!" sahut Tina.
"Ini Sandwich buat siapa?" tanya Mbok Jumi pada Tina.
"Buat Tuan Revano, orang yang mirip sama almarhum," kata Tina. Setelah itu, Tina mencuekan Mbok Jumi yang semakin kebingungan.
Di satu sisi, Mbok Jumi sedang kebingungan. Di sisi lain, Revano baru saja terjaga dari tidurnya. Pria itu membuka matanya dengan perlahan.
"Emmm.. Jam berapa sih?" Ia melihat arlogi yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.
"Hah? Jam 07:13, nyenyak banget aku tidur," gumannya. Dua tahun terakhir, baru malam ini lah ia tidur tanpa bermimpi ataupun terganggu.
"Berarti bener, sosok wanita yang selalu hadir dalam mimpiku itu adalah Valencia."
Revano pun mengecek suhu tubuh Devanka. Ia bernapas lega setelah tahu, bahwa suhu panas pada Devanka sudah turun. "Alhamdulillah.. Daddy janji, gak akan ninggalin Devanka lagi, kalau Mommy marah Daddy bakal marahin balik," ucap Revano pelan di telinga Devanka.
"Dy dah lang?" tiba-tiba saja, Devanka bertanya dan membuka matanya. Membuat Revano terkejut bukan main.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
🔵🏘⃝Aⁿᵘɪᴎᴅ𝖺ʜpeak~fams●⑅⃝ᷟ
nah kan yg di mimpi wkwkwkkwkw😅
2022-09-23
0
Apriyanti
lanjut thor
2022-08-04
0
ㅤㅤㅤIt's Meㅤㅤㅤ
awalnya kan kak, aku mau numpukin bab, tapi penasaran aku, jadi ku baca lah
2022-08-04
1