DEVANKA SAKIT, VALENCIA PANIK!

Sore itu pula, Revano segera terbang ke pulau Bali. Mengurus pembukaan cabang perusahan Gilbert Gold Company di pulau itu.

"Semoga saja, setelah aku kembali nanti. Valencia akan lebih terbuka lagi," gumannya sembari memasuki mobil yang akan mengatarkan dirinya ke bandara.

Malam harinya, Revano baru tiba di di pulau bali. Ia memasuki hotel bintang lima yang sudah di booking oleh Marco untuk tuan nya itu.

"Akhirnya!" Revano mendorong koper pakaiannya ke pojok ruangan. Ia segera menghempaskan tubuhnya di atas ranjang hotel yang berukuran king size itu.

Karena merasa kelelahan, ia pun tertidur begitu saja.

"Hiks! Mas bangun, ku mohon jangan tinggalin aku. Mas harus berjuang demi aku dan calon anak kita." Lagi-lagi, mimpi itu hadir dan menganggu tidur Revano.

Pria itu terbangun dengan rambut dan juga tubuh yang berkeringat. "Sialan! Ada apa dengan diriku? Kenapa mimpi itu selalu saja muncul!" pekik nya.

Tubuh lelahnya, membuat ia terpaksa menelan dua butir pil tidur lagi dan lagi. Pil yang selalu ia bawa kemana-mana di dalam saku celananya.

***

Dua hari kemudian, Valencia di buat cemas dan khawatir dengan keadaan putrinya yang demam tinggi.

"Dy! Ka au Dy," racau gadis kecil itu dengan tubuh yang menggigil.

"Devanka, kamu kenapa sayang? Ini Mommy," kata Valencia sembari memeluk tubuh putrinya.

Ia sudah memberi putrinya obat penurun panas, akan tetapi demam nya tidak juga turun. Valencia pun memerintah Tina untuk menghubungi dokter Ryan. Dokter pribadi keluarganya.

"Tina, segera hubungi Dokter Ryan. Aku takut terjadi sesuatu pada Devanka," kata Valencia kepada Tina.

"Iya mbak." Tina segera bergegas keluar kamar dan menghubungi Dokter Ryan.

Setelah beberapa saat kemudian, akhirnya Dokter Ryan datang. Dokter itu segera di pinta Valencia memeriksa keadaan putrinya.

"Dokter, tolong cepat periksa keadaan putri saya. Saya takut terjadi sesuatu sama dia," kata Valencia dengan panik.

"Tenang lah Valencia, berdoa pada tuhan. Semoga putrimu baik-baik saja," ucap Dokter Ryan. Teman Valencia semasa kuliah dulu.

"Ya tuhan, tolong lindungi putriku," ucap Valencia dengan lirih.

Dokter Ryan segera memeriksa keadaan Devanka. Setelah beberapa saat, ia menghela napas dengan pelan.

"Gimana? Dokter!" tanya Valencia.

"Apa dia sering mengatakan bahwa dia merindukan seseorang atau ingin bertemu seseorang?" tanya Dokter Ryan pada Valencia.

"Kenapa dokter bertanya seperti itu? Putriku sedang sakit!" Valencia menatap wajah Dokter Ryan dengan intens. Ia tidak mengerti apa maksud dari pertanyaan dokter itu.

"Valencia, anakmu sakit seperti ini karena rindu pada seseorang yang sangat dekat di hatinya. Ia merasakan kecemasan berlebih saat berpisah dengan figur attachment atau seseorang yang dekat dengannya. Sakit ini juga di sebut dengan sapartion anxiety" jelas Dokter Ryan.

"Lalu aku harus gimana, Yan?" tanya Valencia. Ia tidak lagi menyebut Dokter Ryan dengan sebutan dokter. Karena memang pada dasarnya, pria itu adalah temannya.

"Segera pertemukan dia dengan orang yang ia rindukan. Jika tidak, bisa jadi keadaan putrimu akan semakin memburuk!"

"Bagaimana mungkin, bukankah Devanka merindukan Revano, pria yang ia pikir adalah Daddy nya," guman Valencia. "Saat ini, Revano ada di pulau Bali. Bagaimana bisa aku memintanya datang kemari."

"Aku gak tau, masalahnya ada di kamu. Bisa gak kamu pertemukan orang itu dengan Devanka secepatnya," kata Dokter Ryan. "Aku pastikan, keadaan putrinmu tidak akan membaik sebelum bertemu dengan sosok yang begitu ia rindukan!"

"Sudah sore, aku pamit ya. Mau balik ke rumah sakit lagi," kata Dokter Ryan. Valencia diam saja, ia tidak menghiraukan Dokter Ryan yang pamit pergi.

Singel parent itu sibuk dengan pemikirannya sendiri. Ia memikirkan cara, bagaimana mengatakan semuanya pada Revano. Haruskah dia memohon pada Revano agar kembali ke kota itu dengan segera, demi putrinya yang bukan bagian dari Revano sendiri!

"Persetan dengan harga diriku! Keselamatan putriku jauh lebih penting." Valencia segera meraih ponselnya yang terletak di ujung ranjang dekat dengan putrinya di baringkan.

Ia segera menekan nomer Revano dan menelponnya.

Revano yang fokus pada layar laptopnya yang menyala. Segera mengalihkan fokus nya saat ia mendengar dering ponselnya, ia segera meraih ponsel itu dan mengakat panggilan itu tanpa melihat nomer sang pemanggil.

"[Hallo!]"

"[Tuan Revano!]" sebut Valencia. Membuat Revano yang ada di seberang telpon segera menatap layar ponselnya.

"[Valencia, ada apa?]" tanya Revano pada Valencia.

"[Tolong putriku, dia sakit dan ingin bertemu denganmu,]" ucap Valencia.

"Sakit! Sakit apa? Bagaimana bisa?]" Revano begitu terkejut. Ia menjadi khawatir dengan keadaan Devanka.

"[Kata dokter, Devanka sakit partion anxiety karena terpisah dengan figur attachment. Seseorang yang begitu dekat dengan hatinya, yaitu kamu.]" suara Valencia yang ada di seberang telpon semakin kecil dan lirih.

"[Aku pulang sekarang, aku pastikan! Malam ini juga, aku sampai di sana!]" Revano segera mematikan sambungan telpon itu. Ia panik, ia takut terjadi sesuatu yang buruk pada Devanka, ia tidak tahu kenapa ia bisa begitu khawatir pada Devanka yang tidak ada hubungan darah dengannya.

Maka, Revano segera mengemasi barang-barang nya dan pergi menuju bandara dengan tergesa-gesa. Ia tidak perduli lagi dengan apapun, yang ia pikirkan saat itu hanyalah Valencia dan Devanka.

.

.

.

Jam sudah menujukan pukul 21:19. Valencia kembali di buat panik dengan tubuh Devanka yang kembali kejang.

"Ya tuhan, putriku!" pekik Valencia. Ia sudah memberi putrinya itu obat pemberian Dokter Ryan sore tadi, tapi keadaan Devanka tetap sama. Suhu panas pada tubuh gadis kecil itu, tidak turun-turun. Tubuhnya masih saja demam tinggi, dan beberapa waktu sekali tubuh itu akan mengejang.

"Sayang, ini Mommy. Vanka harus kuat," lirih Valencia sembari mencium wajah putrinya. Wajah Valencia kembali di banjiri oleh airmata. Ia begitu takut kehilangan putrinya, bayangan dirinya kehilangan Devano kembali terlintas.

Tak lama kemudian, bel rumah itu berbunyi. Tina yang berada di lantai bawah, segera membuka pintu rumah itu.

Revano yang berada di depan pintu dengan koper pakaiannya segera masuk. Ini adalah kali pertama dirinya menginjakkan kaki di rumah Valencia. Tanpa toleh kanan dan kiri, ia segera mengikuti langkah Tina menuju lantai atas, dimana Valencia dan Devanka berada.

"Valencia!" sebut Revano saat sudah berada di depan pintu kamar.

Melihat kedatangan Revano, Valencia segera bangkit dari duduknya. Ia berlari kearah Revano dan memeluk tubuh pria itu dengan sangat erat.

"Devanka, mas. Dia sakit," ucap Valencia dengan lirih.

"Kamu tenang, dia pasti sembuh. Aku udah disini!" ujar Revano.

Valencia melerai pelukannya, ia menatap wajah Revano dengan airmata yang mengalir di pipinya.

"Ku mohon, sembuhkan Devanka." pinta Valencia. "Aku gak mau kehilangan untuk yang kedua kalinya."

Revani segera berjalan menuju ranjang, dimana Devanka berada. Pria itu segera memeluk tubuh Devanka yang masih kejang dan terua menyebut kata Daddy. "Dy.."

"Sayang, bangunlah! Daddy pulang, Daddy janji gak akan ninggalin Devanka lagi," ucap Revano dengan lirih sembari memeluk tubuh gadis kecil itu.

Suatu keajaiban, setelah mendengar suara Revano. Dengan perlahan tubuh Devanka tak lagi mengejang. Gadis kecil itu tertidur dengan lelap.

Terpopuler

Comments

🔵🏘⃝Aⁿᵘɪᴎᴅ𝖺ʜpeak~fams●⑅⃝ᷟ

🔵🏘⃝Aⁿᵘɪᴎᴅ𝖺ʜpeak~fams●⑅⃝ᷟ

😢😢 semangat thor

2022-09-23

0

𝐙⃝🦜aya𒈒⃟ʟʙᴄ

𝐙⃝🦜aya𒈒⃟ʟʙᴄ

aneh ya devanka langsung sembuh

2022-09-23

0

@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ

@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ

udah kode ni devanka biar Valen mau sama Revano

2022-08-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!