Hari-hari di lalui begitu cepat, tak terasa sudah beberapa bulan terlewati. Revano selalu mencoba untuk mendekati Valencia. Sedangkan Valencia selalu mencoba menjauh, baik dirinya sendiri maupun menjauhkan putrinya dari Revano.
"Bisakah temani aku makan siang?" tawar Revano. Bukan niat menawari tapi lebih tepatnya berharap Valencia mau ikut dengan dirinya.
"Maaf Tuan Revano, saya tidak bisa. Mungkin lain kali saja," tolak Valencia.
"Ayolah Valencia kali ini aja, abis ini aku gak akan ajak kamu lagi," kata Revano. "Lagi pula, sore ini juga aku mau pergi ke Bali." sambung Revano.
Mendengar kata Bali, Valencia terdiam. Kenapa ia merasa tidak suka dengan pamitnya Revano pergi. "Oh, ke Bali. Semoga selamat sampai tujuan," kata Valencia. Lalu, ia berniat untuk pergi dari hadapan Revano.
Saat Valencia telah melangkah beberapa langkah, Revano menarik tangannya. "Kamu gak mau kah? Kalau aku pamit sama Devanka. Barangkali, nanti dia nyariin aku?" Revano menatap wajah Valencia dengan intens. Revano dapat menangkap kesedihan yang tersirat di mata Valencia.
"Kenapa harus pamit sama Devanka? Kamu bukan siapa-siapa! Dia putriku bukan putrimu!"
"Ya, memang! Tapi akan ku pastikan, dia akan menjadi putriku dalam waktu dekat ini!" Revano semakin dalam menatap wajah Valencia. Membuat Valencia berani menatap balik wajah itu, wajah mendiang suaminya yang begitu ia rindukan. "Aku akan buktikan, kalau Devanka begitu membutuhkan aku!" Revano begitu kekeuh dengan keyakinannya. Padahal, ia sendiri belum tahu apa penyebab Valencia bersikap tidak baik padanya.
"Terserah kamu mau ngomong apa. Tapi tolong, jangan beri putriku banyak harapan semu. Jangan buat batin anak itu selalu tertekan dengan semua keadaan ini," kata Valencia. Ia melepaskan tangan Revano yang menggenggam tangan kanannya menggunakan tangan kiri.
Setelah terlepas, Valencia segera berlari keluar dari gedung perusahaan itu dan meninggalkan Revano yang diam mematung di tempatnya berdiri.
Selepas kepergian Valencia, Revano pergi meninggalkan perusahaan. Niat awal nya ingin makan siang, tapi tidak jadi. Ia lebih memilih pulang dan bersiap untuk pergi ke pulau bali sore itu juga.
Revano melajukan mobilnya menuju mansion Grandma Liliana dengan kecepatan sedang. Pria itu masih terus bersabar untuk membuat Valencia membuka hati dan terbuka padanya.
Sesampainya dirumah, Revano menyapa Nyonya Liliana yang sedang duduk bersantai di ruang tengah rumah itu.
"Siang Grandma!" sapa Revano sembari mencium pipi Nyonya Liliana.
"Siang sayang, bagaimana? Udah ke tangkap belum janda nya?" Nyonya Liliana tersenyum kepada cucu sulung nya itu.
Mendelik mata Revano di buatnya, Revano tidak habis pikir. Dari mana Neneknya itu tahu. bahwa dia sedang mendekati Valencia yang berstatus seorang janda.
"Sejak kapan Grandma jadi penguntit? Grandma memata-matai Revan?" Revano melirik Nyonya Liliana dengan tatapan horornya.
"Hihihik!" Nyonya Liliana terkikih. "Apa yang tidak Grandma ketahui tentang kamu? Kamu tidak mandi pagi saja, Grandma bisa mengetahui kamu."
"Jahat sekali, cucu sendiri di mata-matai seperti ter*ris!" cetus Revano sembari pergi meninggalkan Grandma nya itu dengan wajah cemberut.
Nyonya Liliana hanya mengulum senyum melihat cucunya yang kesal. "Revano.. Menaklukan hati seorang janda saja tidak bisa," guman Nyonya Liliana sembari geleng-geleng kepala.
Di satu sisi Revano sedang kesal karena ulah Grandma nya yang memata-matai dirinya. Di sisi lain, Valencia di buat pusing oleh pertanyaan dan permintaan putrinya.
"My, dah pang?" tanya Devanka pada Mommy nya yang baru saja pulang dan memasuki rumah.
"Ya sayang," kata Valencia sembari mencubit dagu putrinya itu.
"My, ana Dy?" tanya Devanka lagi. Membuat Valencia menghela napas pelan. "Ka ngen Dy!"
"Daddy masih kerja, belum bisa pulang," kata Valencia berbohong.
"Pon Dy!" pinta gadis kecil itu.
"Gak bisa, ponsel Mommy lowbat," bohong Valencia lagi. Melihat Devanka berbalik badan dan berjalan menjauh dari nya, Valencia pikir putrinya itu diam dan berhenti meminta. Nyatanya dia salah, putrinya itu pergi menuju meja dan mangkat telpon rumah.
"My, pon kek ni!" Dengan susah payah, Devanka membawa telpon itu pada Mommy nya. Valencia sudah tidak bisa membuat alasan apapun lagi jika sudah seperti itu.
"Ya allah, putriku." batin Valencia terasa begitu pedih. Mau tidak mau, ia mengeluarkan ponselnya dan mencoba untuk menghubungi Revano.
"Kita telpon, tapi sebentar aja ya. Daddy lagi sibuk, nanti dia marah."
Maka, Valencia segera menelpon Revano. Dengan setia, Devanka berdiri di depan Mommy-nya sembari menunggu panggilan itu terhubung.
Revano yang sedang duduk di atas. ranjang, segera melihat layar ponselnya yang menyala. Senyum ya mengembang setelah melihat nama yang tertera di layar ponselnya. "NONA MISTERIUS" Ia segera mengakat telpon itu.
"[Hallo, Val!]"
"[Iya, ada apa?]" tanya Revano dengan nada dingin. Padahal di seberang telpon sana, ia berbicara sembari senyum-senyum.
"[Tolong katakan pada Devanka, bahwa kau sedang sibuk!]" Valencia memberikan ponselnya pada Devanka.
"My, Dy na?" tanya Devanka.
"Ini Daddy," kata Valencia.
"No! Gak iyatan." tolak Devanka.
"[Hay princes Daddy, tunggu! Daddy akan alihkan pada panggilan video!]" ujar Revano yang ada di seberang telpon.
Valencia terdiam, niat ingin menjauhi Revano tapi malah semakin dekat. Bahkan saat ini, Revano lebih tahu dan paham dengan apa yang di inginkan Devanka.
"Apa semua ini memang sudah menjadi bagian takdir hidupku?" batin Valencia sembari menatap sedih pada Devanka.
Valencia yang melamun, di kaget kan dengan Devanka yang mencubit tangannya. "My, apa ni?" tunjuk gadis kecil itu pada ponsel Mommy nya.
Valencia segera mengalihkan panggilan itu pada panggilan video. Devanka tertawa lebar setelah melihat wajah daddy-nya yang begitu ia rindukan beberapa hari terakhir.
"[Dy, lang!]" pinta Devanka pada Revano.
"[Daddy gak bisa pulang, Daddy masih banyak pekerjaan disini,] kata Revano yang ada di seberang panggilan. Pria itu ikut-ikutan Valencia berbohong.
"[Dy pet lang, ya!]" pinta Devanka lagi.
"[Ya, besok daddy pulang,]" kata Revano. Bukan Devanka saja yang rindu. Dirinya juga begitu rindu pada Devanka, sudah beberapa terakhir pula Valencia selalu melarangnya untuk menemui Devanka. Wanita itu juga, tidak pernah lagi membawa Devanka kemana-mana.
Cukup lama Devanka dan Revano mengobrol dengan bahasa masing-masing. Terkadang, Valencia yang menyimak obrolan kedua orang itu sedikit menyunggingkan senyumnya. Bagaimana tidak, Revano yang tidak mengerti dan tidak paham dengan perkataan Devanka, meminta gadis kecil itu mengulang-ulang perkataannya hingga membuat gadis kecil itu kesal.
Setelah panggilan video itu berakhir, Valencia mengambil ponselnya. "Karena Devanka sudah lihat Daddy, jadi Devanka gak boleh rewel dan nakal!" ujar Valencia dan Devanka mengangguk.
Di kamar Revano, pria itu tersenyum puas. Ia pasti akam segera menaklukkan Valencia melalui Devanka yang berada di pihaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
🔵🏘⃝Aⁿᵘɪᴎᴅ𝖺ʜpeak~fams●⑅⃝ᷟ
siapa di dlm mimpi 😴💭 hadeuh semangat
2022-09-23
0
𝐙⃝🦜aya𒈒⃟ʟʙᴄ
mungkin yang selalu menangis dalm mimpi revano itu devanka
2022-09-23
0
@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ
semangat Revano untuk mendapat kan hati janda🤭
2022-08-04
0