TIDAK INGIN LEPAS!

Siang harinya, Revano di buat bingung dengan Devanka yang tidak mau lepas dari dirinya. Gadis kecil itu selalu menempel, seakan-akan takut berpisah dengannya.

"Devanka, ayo kita pulang sayang," bujuk Valencia pada putrinya.

"Gak au, Ka au Dy!" ujar Devanka. Gadis kecil itu begitu betah berada dalam dekapan Revano.

"Ayolah sayang, nanti sampai rumah. Mommy akan buatkan Devanka pudding coklat," kata Valencia. "Gimana? Vanka mau?" tawarnya.

"No, Ka gak au." tolak Devanka mentah-mentah.

"Ya tuhan, gimana ini," batin Valencia. "Haruskah aku maksa Devanka dan bikin dia nangis lagi?"

"Kita main lagi sebentar, tapi habis itu. Devanka pulang sama Mommy, ya!" ujar Revano. "Soalnya, Daddy harus pergi. Daddy gak bisa bawa Devanka."

Gadis kecil itu mendongakkan wajahnya pada wajah Revano. Setelah itu, ia mengangguk.

***

Di mansion Nyonya Liliana, yaitu Grandma dari Revano. Marco sedang memberi tahu keanehan Revano di restoran santui pagi itu.

"Benar, Nyonya! Tuan Muda Revano begitu dekat dengan anak itu, bahkan anak itu memanggilnya dengan sebutan Daddy!" jelas Marco, asisten pribadi Revano.

"Ini aneh," guman Nyoya Liliana. "Bukankah Revano begitu anti dengan anak kecil?" Nyonya Liliana begitu tidak percaya dengan semua penjelasan asisten cucunya itu. Pasalnya, Revano adalah sosok yang kasar dan cuek. Ia begitu anti pada anak kecil, apa lagi anak kecil itu sedang aktif-aktif nya. Ia akan pusing sekali meskipun hanya sekedar melihat anak itu.

"Sekarang pun, Tuan Muda Revano masih berada anak itu dan ibunya. Mereka sedang membujuk anak itu agar mau lepas dari gendongan Tuan Muda!" jelas Marco lagi. "Jika Nyonya tidak percaya, saya akan coba menghubungi Tuan Muda dan menanyakan keberadaannya."

Marco pun mengeluarkan ponselnya dan segera menghubungi Revano.

"[Hallo, Tuan Muda!]"

"[Ada apa?]" tanya Revano yang berada di seberang telpon.

"[Tuan ada dimana? Apakah masih di restoran tadi?]" tanya Marco.

"[Ya! Aku masih bersama Nona Valencia dan putrinya. Anak kecil ini sama sekali tidak mau pulang!]" jelas Revano.

"[Ya sudah kalau begitu, Nyonya Liliana mencemaskan anda!]" setelah memastikan keberadaan Revano, Marco segera mematikan sambungan telpon itu.

"Benarkan, Nyonya. Saya tidak berbohong," kata Marco pada Nyonya Liliana.

"Aku penasaran dengan anak itu, dia pasti sangat istimewa sehingga bisa menarik perhatian cucuku," kata Nyonya Liliana.

"Apakah anda ingin bertemu dengan anak itu?" tanya Marco.

"Tidak, aku tidak akan ikut campur dengan urusan cucuku." setelah berkata demikian, Nyonya Liliana pergi meninggalkan Marco di ruang tengah rumah itu.

Setelah kepergian Nyonya Liliana, Marco menyunggingkan senyumnya. Itulah yang membuat Marco betah bekerja pada keluarga itu, Nyonya Liliana tidak pernah memandang rendah pada orang lain, meskipun derajat mereka tidaklah sama.

Di satu sisi Marco sedang berada di mansion Nyonya Liliana. Di sisi lain, Argo dan Ratih berada di kediaman mertua Valencia.

"Apa yang kalian katakan?" tanya Mama Mia dengan tatapan intens.

"Benar, pemilik perusahaan Gilbert Gold Company itu sangat mirip dengan mendiang Devano, nyonya!" jelas Ratih. "Yang dapat membedakannya adalah rambutnya yang pirang dan juga kornea matanya yang berwarna biru. Jika mendiang Devano selalu berpenampilan klimis dan tidak membiarkan jambang halus nya tumbuh sedikitpun, maka orang ini sebaliknya."

"Iya, jika saja Ratih tidak mengatakan kornea matanya berbeda dengan mendiang Devano. Saya pasti akan mengira bahwa dia adalah jelmaan mediang," kata Argo.

"Gak mungkin, Devano gak memiliki kembaran. Aku melahirkan tunggal," guman Mama Mia. Ia bingung, harus berbicara bagaimana? Percaya atau tidak?

"Itulah yang ingin kami tanyakan, apakah Mendiang Tuan Devano memiliki kembaran?" Ratih memastikan.

"Tidak ada, Ratih. Saya melahirkan tunggal, Devano tidak memiliki kembaran. Dia putraku satu-satunya." timbal Mama Mia.

"Jadi, mereka hanya kebetulan mirip saja," kata Argo. Tampak, pria itu memegangi kepalanya. "Tapi aneh, dari yang di katakan Nona Valencia tadi. Ini adalah kali keduanya Nona kecil Devanka di gendong oleh orang itu. Saat hilang di Mall, orang itulah yang membawa Nona Devanka pergi bermain." Jelas Argo, Mama Mia sedikit terkejut di buatnya.

.

.

.

Revano membantu Valencia membawa Devanka yang sudah tertidur masuk ke dalam mobil. Valencia meminta Revano membaringkan putrinya itu kasur khusus yang di bentangkan di bagian belakang dalam mobil itu.

"Terimakasih untuk waktunya, Tuan Revano!" Valencia menundukkan sedikit kepalanya pada Revano. Revano pun membalas ucapan terimakasih Valencia dengan menyunggingkan sedikit senyumnya. "Tapi, saya harap ini adalah yang terakhir kalinya." seketika, senyum yang tersungging disudut bibir Revano sirna.

"Kenapa?" tanya Revano dengan tatapan nanar kepada Valencia.

"Saya tidak dapat menjelaskan alasannya, yang pasti saya tidak ingin putri saya menganggap terus menerus bahwa anda alah Daddy-nya!" setelah berbicara seperti itu, Valencia memasuki mobilnya, meninggalkan Revano yang berdiri di samping mobilnya. "Sekali lagi, terimakasih banyak!"

"Heng! Aneh, kenapa dia gak berani natap aku?" guman Revano. Pria blasteran jawa-belanda itu menatap mobil Valencia yang melaju meninggalkan parkiran restoran.

"Semakin dia menolak dan bersikap dingin sama aku, aku jadi semakin penasaran seperti apa latar belakang kehidupannya." Revano memegangi dadanya yang bergemuruh. Ia tidak tahu dan tidak paham dengan apa yang terjadi pada hatinya.

"Aku harus beritahukan ini semua sama Grandma," kata Revano dan akhirnya pria itu juga segera pergi meninggalkan restoran santui itu.

Valencia yang sudah tiba di kediamannya. Segera menggendong Devanka turun, sedangkan pintu rumah itu sudah di buka oleh Tina.

"Biar Tina aja, mbak. Yang gendong Devanka," kata Tina pada Valencia yang menggendong Devanka.

"Biar, Tin. Saya aja," ucap Valencia sembari memasuki rumah itu. Ia menidurkan putrinya itu di kasur lantai yang ada di ruang bermain. Di ciumnya wajah chuby Devanka, lalu menyelimuti tubuh kecil itu.

"Tin, titip ya. Saya mau mandi dulu sebentar, badan saya gerah dan capek," kata Valencia pada Tina. Ia menitipkan putrinya itu pada pengasuh anaknya.

"Iya, mbak," kata Tina. Maka, Valencia segera menaiki anak tangga dan menuju lantai atas. Sesampainya di lantai atas itu, Valencia meraih foto Devano yang ada di atas nakas, ia menghempaskan tubuhnya di atas ranjang sembari memeluk erat foto itu.

"Dosa gak sih mas? Kalo aku memandang orang lain dan berharap kalau orang itu adalah kamu?" sudah seperti orang gila, itulah Valencia. Ia mengajak foto mendiang Devano mengobrol untuk mencurahkan semua keluh kesahnya.

"Beberapa hari ini, putri mu selalu tersenyum cerah, mas. Dia bahagia dengan kehadiran orang itu, orang yang begitu mirip sama kamu. Putri kita pikir, dia adalah kamu, mas. Daddy-nya," Valencia menceritakan semua yang ia jalani beberapa hari terakhir ini. Niatnya ingin mandi, malah berakhir tertidur di ranjang itu sembari memeluk foto mendiang suaminya.

Terpopuler

Comments

🔵🏘⃝Aⁿᵘɪᴎᴅ𝖺ʜpeak~fams●⑅⃝ᷟ

🔵🏘⃝Aⁿᵘɪᴎᴅ𝖺ʜpeak~fams●⑅⃝ᷟ

ingetan nyaa kuat ya bun🤭

2022-09-23

0

𝐙⃝🦜aya𒈒⃟ʟʙᴄ

𝐙⃝🦜aya𒈒⃟ʟʙᴄ

bukannya lupa malah makin rindu ya valen

2022-09-23

0

🌈 єνιʝυℓιє ♓ℹ️🅰🌴

🌈 єνιʝυℓιє ♓ℹ️🅰🌴

Semakin ke ingat ya 🤗

2022-09-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!