TUAN MUDA DEVANO?!

“Valen, kamu beneran mau bawa Devanka ke kantor?” tanya Mama Mia. Ibu mertua Valencia.

“Iya, ma. Valen gak mau kejadian kemaren terulang lagi,” kata Valencia kepada Mama mertuanya. “Valen takut terjadi sesuatu sama Devanka, Valen gak bisa tanpa dia, ma. Valen gak tau gimana jadinya hidup Valen tanpa Devanka.”

“Tinggalkan saja dia sama Mama, Mama akan merawat dia,” kata Mama Mia. Tetapi, Valencia tetap kekeuh untuk membawa putrinya itu bersamanya.

“Enggak, ma. Valen bisa jaga Devanka sambil kerja kok.” Valencia menggendong Devanka, gadis kecil yang berusia 19 bulan itu tersenyum didalam dekapan Mommy-nya.

“Ka, kamu tinggal sama nenek, ya!” bujuk Mama Mia pada cucu semata wayangnya itu.

“No!” tolak Devanka. “Ka, au ma My.” Devanka menyembunyikan wajahnya di ketiak Valencia.

“Ayo Tina!” ajak Valencia pada pengasuh putrinya itu.

“Iya, mbak.” Dengan takut, Tina mengikuti langkah Valencia yang menggendong Devanka berjalan keluar dari rumah itu.

“My,” panggil Devanka.

“Ya sayang!”

“Ta pat Dy, ya!” pinta gadis kecil itu. Ia meminta untuk bertemu dengan Revano.

“Enggak, sayang. Kita bukan ketempat Daddy, kita ke kantor,” kata Valencia kepada putrinya itu.

“Ti pat Dy, ya.” Devanka kembali berceloteh.

Valencia, Tina dan Devanka sudah berada di dalam mobil. Valencia memberikan putrinya itu pada Tina.

Singel parent itu melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah dengan kecepatan sedang. Setengah jam kemudian, mobil yang dikendarai Valencia berhenti di parkiran perusahaan peninggalan mendiang suaminya, yaitu Devano Kamandaka.

Valencia turun dari mobil itu, begitupun Tina yang menggendong Devanka.

“Selamat pagi, Nona Muda!” sapa karyawan yang sudah ada di perusahaan itu.

“Pagi!” balas Valencia.

“Ehh! Nona kecil ikut,” kata salah satu karyawan. Valencia hanya menyunggingkan sedikit senyum nya.

Ia pun segera memasuki lift khusus petinggi perusahaan. Di ikuti Tina yang menggendong Devanka dibelakang nya.

“Selamat pagi, Nona Valencia!” sapa Ratih dan Argo yang selalu tiba lebih awal di perusahaan itu.

“Pagi!” balas Valencia. “Kalian berdua sarapan enggak sih? Mandi enggak? Perasaan datang nya pagi terus.” Canda Valencia.

“Hahahaa! Nona Valencia, kami selalu datang lebih awal. Agar anda tidak menunggu kami!” Argo angkat bicara.

“Ya.. Ya ya!” Valencia mengangguk, sembari melangkah memasuki ruangan kerjanya. “Tina, kamu ajak Devanka main di dalam aja, ya!” Ujar Valencia pada Tina. Dalam yang di maksudnya adalah kamar yang ada di dalam ruangan kerjanya yanf luas, tempatnya beristirahat saat merasa lelah.

“Iya, mbak,” kata Tina dengan patuh.

“Nanti dulu dong mainnya, gendong Uncle Argo sebentar,” kata Argo. Pria itu merebut paksa Devanka dari gendongan Tina.

“Cle iyek,” kata Devanka.

“Uncle gak jelek, masa ganteng begini di bilang jelek,” ucap Argo. Ia cemberut di hadapan wajah Devanka.

“Hehehee, Cle ngan ngis.” Gadis kecil itu mengecup pipi Argo. Cukup lama bibir gadis kecil itu menempel pada wajah Argo, dan tiba-tiba saja Argo berteriak dengan kencang.

“Akkkhhh! Jangan digigit!” teriak Argo.

Membuat Ratih, Valencia dan Tina terbahak-bahak.

“Bwahahahaa!” tawa ketiganya pecah dan menggema di dalam ruangan kerja Valencia.

“Sakit,” rengek Argo. “Kok pipi Uncle digigit?”

“Cle emes,” kata Devanka.

“Gemes sih gemes, tapi jangan digigit dong! Nanti Uncle nangis,” ucap Argo.

Cukup lama Argo dan Ratih bermain dengan Devanka sebelum memulai pekerjaan mereka.

“Ar, apa agenda kita hari ini?” tanya Valencia pada Argo, sekretarisnya.

“Kita ada temu client baru untuk membahas kerja sama perusahaan kita. Di restoran senja pagi ini, jam 09:15 menit!” jelas Argo.

“Setelah itu?” tanya Valencia lagi.

“Gak ada lagi sih, kosong,” kata Argo.

“Ratih, nanti kamu ikut, ya!” ujar Valencia.

“Ya, Nona!” timbal Ratih.

“Kalau begitu, kalian boleh kembali ke ruangan masing-masing. Nanti kalau saya butuh sesuatu, akan saya hubungi!”

Akhirnya, Argo dan Ratih pergi meninggalkan ruangan kerja Valencia. Sedangkan Devanka, ia sibuk bermain boneka bersama Tina.

.

.

.

“Grandma! Tolong pasangkan dasi ini, Revan kesulitan!” teriak Revano.

“Revano, kau sudah tua. Tidak bisakah semua pekerjaan sepele seperti ini kau urus sendiri,” kata Grandma Revano yang bernama Liliana itu, sebut saja Nyonya Liliana.

“Ribet!” sahut Revano.

“Jika ribet, cepatlah mencari istri! Agar semua pekerjaanmu menjadi mudah,” kata Nyonya Liliana.

“Revano tidak berpikir sampai sejauh itu, Grandma. Revan masih ingin menunggu wanita yang selalu hadir di dalam mimpi Revan setiap malamnya,” kata Revano. “Revan yakin, wanita itu benar-benar ada. Jika tidak, gak mungkin dia selalu datang setiap malamnya. Bahkan membuat Revan sulit untuk tidur dalam waktu dua tahun terakhir ini!” jelasnya.

“Grandma penasaran, seperti apa wanita yang ada di dalam mimpi kamu itu?!” tampaknya Nyonya Liliana begitu penasaran dengan sosok yang sering di ceritakan oleh Revano.

“Revan juga penasaran, wajah wanita itu gak jelas Grandma. Kayak banyangan,” kata Revano sembari memakai sepatunya.

“Cepatlah pergi, sudah jam 08:47. Jangan buat orang menunggu lama,” ucap Nyonya Liliana kepada cucunya itu.

“Revan telpon Marco aja deh, suruh dia kesana duluan. Revan malas banget kalau di buru-buru.” Revano merogoh ponsel yang ada didalam saku celana dasar hitam yang ia kenakan.

“Kamu ini, gak suka diburu-buru. Tapi kamu selalu memburu-buru pekerjaan irangi lain,” kata Nyonya Liliana.

“Kalau itu beda, Revano bosnya sedangkan mereka itu bawahan, jadi wajar kalau Revan tegas dan disiplin sama mereka!” jelas Revano, membuat Nyonya Liliana geleng-geleng kepala. “Kalau Revano gak tegas, bisa besar kepala mereka.”

.

.

.

Di Restoran senja. Valencia, Ratih, Argo dan juga Tina yang mengasuh Devanka sudah tiba.

Baru saja mereka duduk, Dua orang datang dengan tergesa-gesa menghampiri mereka.

“Dari KAMANDAKA GRUP?” tanya salah satu dari dua orang itu.

“Ya,” kata Argo.

“Oh, maaf membuat kalian semua menunggu. Kami adalah utusan dari cabang perusahaan GILBERT GOLD COMPANY!” jelas salah satu dari orang itu.

“My, Ka ana ya!” tunjuk Devanka.

“Ya sayang,” kata Valencia. “Tina, kamu jagain jangan sampai lengah lagi.”

Tina pun menuntun tangan Devanka keluar dari restoran itu. Saat sampai di luar restoran, Devanka menarik tangan Tina menuju tangga yang mengarah ke jalan masuk restoran itu.

“Dy!” panggil Devanka pada Revano yang baru saja tiba dan berjalan ke arah tangga restoran itu.

Lagi-lagi, Revano yang berjalan di buat terkejut dengan Devanka yang memeluk kakinya untuk kedua kali.

“Loh! Baby ini lagi, kemana lagi ibunya? Kenapa dia bisa di tempat ini?” guman Revano.

“Dy, ndong!” Devanka mengulurkan tangannya. Revan yang kasian dan juga memang menyukai Devanka segera mengangkat dan menggendong anak kecil itu.

“Nona kecil!” Tina mencegah Revano yang berjalan masuk ke dalam restoran itu. Tina tidak ingin dimarahi lagi, apalagi saat ini. Devanka berada didalam pelukan orang yang tidak di kenal.

Revano yang menggendong Devanka. Menepis tangan Tina yang mengalangi nya. Pria itu segera masuk ke dalam restoran dan menuju di mana meja yang di sebutkan Marco.

“Selamat pagi!” sapa Revano yang baru saja tiba.

“Tuan Muda Revano, anak siapa yang ada di dalam dekapan anda?” tanya Marco sembari bangkit dari duduknya.

“Devanka!” sebut Valencia, ia yang menunduk, mendongakkan wajahnya. Ia kaget saat melihat Devanka berada didalam dekapan pria yang mirip dengan mendiang suaminya.

Argo dan Ratih juga dibuat terkejut dengan kehadiran Revano.

“Tuan Muda Devano?!”

Terpopuler

Comments

🔵🏘⃝Aⁿᵘɪᴎᴅ𝖺ʜpeak~fams●⑅⃝ᷟ

🔵🏘⃝Aⁿᵘɪᴎᴅ𝖺ʜpeak~fams●⑅⃝ᷟ

revano apaa kembar tapi tak saling mengenal

2022-09-23

0

𝐙⃝🦜aya𒈒⃟ʟʙᴄ

𝐙⃝🦜aya𒈒⃟ʟʙᴄ

bukan weh itu revano copasan devano😂

2022-09-23

1

🌈 єνιʝυℓιє ♓ℹ️🅰🌴

🌈 єνιʝυℓιє ♓ℹ️🅰🌴

ketemu lagi 🤗

2022-09-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!