Dua tahun kemudian. Sebuah pesawat baru saja mendarat di bandara.
Pria tampan yang berpawakan tegap dan tinggi. Serta kacamata hitam yang bertengger di hidung mancung nya, membuat kharismanya sebagai pria tampan tidak dapat di ragukan lagi.
“Selamat datang kembali di tanah air, Tuan muda!” beberapa pengawal dengan stelan pakaian berwarna hitam yang sudah menunggu dua jam di bandara itu, akhirnya bernapas lega setelah melihat kedatangan Tuan Muda mereka yang sudah mendarat dari Negara Belanda dengan selamat.
“Mana Grandma?” tanya pria yang dipanggil dengan sebutan Tuan muda itu.
“Nyonya besar tidak bisa ikut menyambut anda, beliau sedang tidak enak badan!” jelas salah satu pengawal itu.
“Bawa semua barang-barangku.” Tuan muda itu memerintah pengawal yang dikirimkan Grandma nya untuk membawa semua barang-barangnya. “Ingat! Jangan sampai ada yang lecet sedikit pun, jika sampai terjadi. Maka, aku akan memotong kedua tangan kalian!”
“Baik, tuan!” sahut para pengawal itu ketakutan. Berada di samping Tuan Muda, membuat batin mereka selalu tertekan. Mereka selalu merasa di intimidasi dengan tatapan elang Tuan Muda mereka itu.
Tuan muda itu berjalan lebih dulu, para pengawal nya mengikuti dari belakang. Para pengawal yang membawa barang-barang Tuan muda itu sangat berhati-hati.
Satu jam kemudian, Tuan muda itu tiba di depan rumah megah yang berdiri kokoh dan menjulang tinggi.
“Grandma!” teriak pria yang di panggil Tuan muda itu.
“Revano! Kenapa kau berteriak seperti itu?” tegur seorang wanita paruh baya sembari menuruni anak tangga. “Disini bukan hutan!”
“Grandma, kenapa mengirim orang-orang bodoh ini untuk menyambut Revan? Kenapa tidak Grandma sendiri yang menyambut ku?!” protes pria yang bernama Revano itu.
Revano William Gilbert, itu namanya. Berusia 29 tahun. Blasteran jawa-belanda. Di lihat dari penampilan dan gaya hidupnya, tentu dia bukan lah orang sembarangan.
Di Belanda, ia adalah pengusaha sukses dengan usia yang begitu muda. GOLD GILBERT COMPANY adalah perusahaan yang di dirikan oleh Revano 5 tahun yang lalu. Dari namanya saja, sudah bisa di ketahui bahwa perusahaan milik nya adalah perusahaan EMAS yang terkenal.
“Grandma sedang tidak enak badan,” kata Grandma dari Revano. “Sekarang, istirahatlah lebih dulu, Grandma akan siapkan makan malam!”
Revano segera menaiki lantai atas dan memasuki kamarnya. Ia segera menghempaskan tubuhnya di atas ranjang yang berukiran king size miliknya itu.
Tak lama kemudian, ia pun terlelap begitu saja.
“Mas, bangun! Ku mohon, bertahan demi aku!”
“Akkkhhhh!” Revano terbangun dengan tubuh yang basah oleh keringat. Bisa di pastikan, pemuda itu mengalami mimpi buruk.
“Revano! Apa yang terjadi?” Grandma yang kebetulan datang, segera mendekati cucunya itu. Dan bertanya.
“Grandma, Revano tidak ingin tidur lagi! Sudah dua tahun belakangan ini, saat memejamkan mata, Revano selalu di usik oleh tangisan seorang wanita,” jelas Revano dengan napas tersengal. Ia menyeka keringat yang keluar di pori-pori wajahnya.
.
.
.
Di tempat lain, jam menujukan pukul 19:15 malam. Seorang wanita baru saja pulang bekerja.
“Mi, dah ang?” tanya seorang anak kecil perempuan bertanya pada Mommy-nya.
“Ya, sayang. Mommy baru pulang,” kata Mommy dari anak itu. Yang ternyata adalah Valencia. “Maafkan Mommy yang selalu sibuk.”
“Mi pek?” tanya gadis kecil itu.
“Enggak, Mommy gak capek.” Jawab Valencia.
“Devanka udah makan?” tanya Valencia kepada putrinya yang baru belajar berbicara itu.
“Ah, Ka mam ma eyon,” kata gadis kecil yang diberi nama Devanka Kamandaka itu.
“Duh! Mommy di kasih gak telor nya?” tanya Valencia.
“Ak, dah bis!”
“Emmm.. Vanka pelit, ya!” Valencia mencubit pipi putrinya itu dengan tangan kanan nya. Sedangkan tangan kirinya sibuk menyembunyikan sesuatu.
“Mi, wa apa?” tanya Devanka.
“Bawa hadiah,” kata Valencia. “Vanka mau?” tanya Valencia dan Devanka mengangguk cepat.
“Tadaaa!” Valencia mengeluarkan kado kecil dari belakangnya. Ia dan Devanka membuka kado itu bersama.
“Wah, ka ucu,” kata Devanka. Gadis kecil itu terus berceloteh.
“Bagus gak boneka nya?”
“Gus!” timbal Devanka.
“Kalau bagus, kiss Mommy dulu, dong!”
“Muachh!” Devanka mengecup pipi Mommy-nya.
“Vanka main dulu sama Mbok, ya. Mommy mau mandi sebentar,” kata Valencia. “Mbok, Valen mandi sebentar, ya!”
“Iya, non.” Kata Mbok Jumi yang sedari tadi duduk di samping Devanka.
Valencia pun segera berjalan ke lantai atas, ia meninggalkan putrinya bersama asisten rumah tangga. Ia segera masuk kedalam kamarnya dan membersihkan diri.
Lima belas menit kemudian, ia keluar dari kamar mandi. Ia memakai piyama tidur, setelah selesai ia kembali ke lantai bawah.
Di ruang tengah rumah itu, putrinya masih bermain bersama asisten rumah tangga yaitu Mbok Jumi. Sebenarnya, Mbok Jumi bukanlah bertugas untuk mengasuh Devanka. Tapi, karena pengasuh Devanka sedang pamit pulang kampung. Jadi semua tugas di alihkan sementara pada Mbok Jumi.
Valencia menghampiri putrinya dan Mbok Jumi. “Mi dah ndi?” tanya Devanka yang melihat keberadaan Mommy-nya.
“Udah, sayang. Mommy udah wangi,” kata Valencia. Ia mengakat dan menggendong putri nya itu.
“Iss mi!” kata Devanka, gadis kecil itu menyentuh pipi Valencia.
“Kiss dong!”
“Muachhh!” Devanka menciumi wajah Mommy-nya itu.
“Mommy mau makan, apa Vanka mau ikut?” tawar Valencia pada putrinya.
“Au, Ka dah apen gi,” kata Devanka. Gadis kecil itu begitu aktif. Ia selalu berceloteh dan menanyakan apa saja yang ia lihat.
“Duh, udah laper lagi ya? Cepet banget!” ledek Valencia.
“Kan bian pet edek,”
“Emang kalau udah gedek, mau ngapain?” tanya Valencia sembari menggendong putrinya menuju meja makan. Di belakangnya ada Mbok Jumi yang mengikuti.
“Au ali Dy,” kata Devanka. Seketika, Valencia menghentikan langkahnya. Apa lagi yang akan ia jadikan alasan jika putrinya itu kembali menanyakan Daddy-nya seperti malam-malam yang sudah lalu.
“Gimana ini? Aku gak tega beri tahu kenyataannya sama Devanka, dia masih terlalu kecil. Dia belum ngerti semuanya,” batin Valencia.
“Mi, pan Dy Ka, lang?” tanya Devanka saat sudah di dudukan Valencia di atas kursi.
“Daddy Vanka kerja di tempat yang jauh, besok kalau Vanka udah besar. Daddy pasti pulang!” Getir yang di rasakan Valencia setiap kali ia membohongi putri kecilnya itu. Bukan maksudnya seperti itu, tapi untuk mengatakan kebenarannya sangatlah sulit.
“Ka, ngen eyuk, Dy!”
“Besok kalau Daddy pulang bisa peluk Daddy, sekarang Vanka peluk Mommy aja dulu,” kata Valencia. “Ayo makan, udah ini kita tidur.”
Devanka pun mulai menyendok nasi dan sayuran yang di letakan Valencia di piring nya.
“Mi, ni pa?” tanya Devanka.
“Itu brokoli, sayang. Banyak vitamin nya,” kata Valencia.
“Li?” tanya Devanka lagi.
“Ya, brokoli!” Valencia mengulang kata-katanya.
“Ni pa?” tanya Devanka lagi. Semua macam yang ia makan, ia tanyakan pada Mommy-nya.
“Itu wortel! Sehat untuk mata Vanka,” kata Valencia lagi.
“Oh, ni pa?” tunjuk nya lagi dengan jari mungilnya.
“Itu ikan,” kata Valencia. Dengan sabar ia menjawab semua pertanyaan putrinya itu. Lelah nya bekerja hilang begitu saja setelah ia pulang dan melihat sajah chuby putrinya.
Ia begitu bersyukur bisa memiliki Devanka di sisinya. Malaikat kecil yang di percayakan TUHAN pada dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
𝐙⃝🦜aya𒈒⃟ʟʙᴄ
gemes bgt sama devanka
2022-09-23
1
𝕸y💞 Terlupakan ŔẰ᭄👏
ada typo Eneng Emma syantikkk
2022-09-23
1
𝕸y💞 Terlupakan ŔẰ᭄👏
apakah Revano yang nantinya akan menjadi pengganti nya Devano ya
2022-09-23
1