MOVE ON

Sudah seminggu sejak kepergian Devano. Bagi Valencia, semuanya jauh berbeda. Ia begitu merasa kesepian, meskipun seluruh keluarga berkumpul di satu atap guna untuk menemaninya. Tapi, ia merasa sendirian. Yang ia inginkan adalah suaminya, sosok Devano yang sangat ia cinta.

“Ciss! Senyum dong, yank. Suatu saat, kamu pasti merindukan masa ini.” Sepenggal kata-kata dari suaminya kala itu.

Tanpa sadar, airmata Valencia kembali menetes. Ia menyeka airmata itu dengan ibu jarinya.

“Sayang, ayo turun! Semua orang udah nungguin kamu,” kata Mama Mia. “Kita sarapan sama-sama.”

“Cia gak lapar, ma. Cia pengen disini aja,” kata Valencia. Ia menyebut dirinya dengan panggilan yang diberikan oleh mendiang suaminya.

“Ma, biar Nino yang ngomong sama Valen!” Nino masuk kedalam kamar itu, ia meminta Mama mertua adiknya pergi. Agar dia bisa berbicara empat mata bersama adiknya.

“Valen..” panggil Nino dengan lembut.

“Iya, kak!” sahut Valencia sembari menyeka airmata nya.

“Kakak dengar, kalo gak salah, Valen lagi hamil kan?” tanya Nino. Pria itu duduk di tepian ranjang adiknya.

“Iya,” kata Valencia dengan singkat.

“Valen gak sayang kah? Sama calon anak Valen?” tanya Nino lagi. Bukan niat bertanya, tapi lebih niat pada menyindir kepekaan adiknya itu.

Valencia menatap wajah kakak nya sekilas. “Sayanglah, kok kakak ngomong gitu?!”

“Kalau Valen sayang, Valen harus move on,” kata Nino. “Valen harus meneruskan hidup Valen, ada nyawa yang harus Valen jaga. Seharunya, dengan kepergian Devano, Valen harus lebih semangat lagi untuk berjuang. Karena tuhan telah menitipkan janin di rahim Valen!”

Nino semakin beringsut, ia menarik kepala adik perempuannya itu kedalam dekapannya. “Hidup itu berat, Mommy juga pernah berada di titik ini! Valen masih mending, masih sempat menikmati hari-hari terakhir bersama Devano. Sedangkan Mommy, di tinggalkan Daddy Valentino dalam keadaan mengandung kamu, dan mengurus kakak yang baru berusia tiga tahun. Saat itu, hanya ada Daddy Arya yang diam-diam menjaga Mommy. Gak ada yang lain!” terang Nino.

“Ayo, bang. Kita sarapan, Valen ingin menjadi wanita yang tangguh!” Valencia menarik kepalanya dari pelukan kakaknya itu. Ia beringsut, dan turun dari ranjang.

Saat sampai di lantai bawah, semua orang memandang Nino dan Valencia bergantian. Nino memberi kode, agar semua tetap diam dan membiarkan semua yang akan di lakukan oleh Valencia.

Terlihat, Valencia duduk dan menarik piring serta mengisinya dengan nasi dan juga lauk pauk yang banyak.

“Ayo, semuanya sarapan!” tiba-tiba, Valencia berbicara pada semua orang.

“Ayo! Ayo semuanya sarapan!” Mama Mia ikut bicara. Semua orang pun segera mengisi piring mereka masing-masing.

Zivanya dan Arya tersenyum pada Nino. Mereka bangga pada anak-anak mereka yang mampu menguatkan satu sama lain.

Valencia makan dengan sangat lahap. Sesekali, ia menyeka airmata nya masih menetes. “Aku harus kuat! Aku pasti mampu.” Batin Valencia.

Setelah mendengar semua nasehat dan cerita kakak nya saat berada di kamar tadi. Valencia telah berjanji, akan menutup dan mencoba menghapus semua kepedihan jiwa yang ia rasakan. Meskipun tanpa Devano, kehidupannya harus terus berjalan. Ia akan merawat kandungannya sebaik mungkin, ia tidak Bahkan membiarkan dirinya larut lagi dalam kesedihan.

.

.

.

Beberapa hari kemudian, pagi-pagi sekali. Valencia sudah tampil rapi dan cantik. Ia memakai dres selulut tanpa lengan dan di lapisi oleh blazer.

Ia menuruni anak tangga dan menyusul Mama dan Papa mertuanya yang ada di meja makan.

“Pagi, pa, ma!” sapa Valencia dengan senyum yang terbit di sudut bibirnya.

“Pagi!” sahut Papa Rahman dan Mama Mia.

“Aduh-aduh! Cantik banget anak papa,” puji Papa Rahman. “Mau kemana sih?” tanya nya.

“Ma, Pa, Valen ingin izin untuk mengurus perusahaan peninggalan Mas Devano. Sudah beberapa bulan perusahaan itu hanya di urus oleh Ratih dan juga Argo,” kata Valencia. “Kini, Valen ingin turun tangan sendiri mengurus nya!” jelas Valencia.

“Alhamdulillah! Mama dan Papa ikut senang mendengarnya,” kata Mama Mia. “Tapi, kamu harus perhatikan kesehatan kamu. Ingatlah! Ada nyawa lain di dalam perut kamu.”

“Iya, Ma, Pa. Kalau gitu, Valencia pamit, ya!” Valencia mencium punggung tangan mama dan papa mertuanya itu.

“Kamu gak sarapan dulu?” tanya Papa Rahman.

“Valen udah minum susu dan roti tadi!” teriak Valencia yang sudah berjalan menjauh dari area dapur itu.

Sepeninggalan Valencia, Mama Mia dan Papa Rahman mengobrol.

“Alhamdulillah, akhirnya Valencia bisa bangkit lagi,” kata Papa Rahman.

“Iya, pa. Awalnya mama sangat takut, kalau-kalau anak itu gak mampu menerima kenyataan yang terjadi dan depresi,” ucap Mama Mia. “Tapi ternyata, jiwa nya masih kuat untuk menampung semua ini.” Mama Mia tampak menyeka sudut matanya yang berair.

Valencia melajukan mobil nya dengan kecepatan sedang menuju perusahan dengan nama KAMANDAKA GRUP itu. Setelah menempuh perjalanan yang memakan waktu setengah jam, akhirnya mobil yang ia kendarai berhenti di parkiran perusahaan.

Ternyata, di lobi perusahaan itu sudah ada Argo dan Ratih yang menunggu kedatangannya. Asisten dan sekertaris kepercayaan mendiang suaminya.

“Selamat datang, Nona Valencia Kamandaka!” sapa Ratih dan Argo.

Valencia hanya menganggukkan kepalanya sedikit dan berjalan masuk kedalam perusahaan itu. Wanita itu memasuki lift khusus petinggi perusahaan itu. Argo dan Ratih mengikuti langkah Valencia.

“Umumkan! Jam 09:30 menit pagi, saya akan mengadakan rapat penting,” kata Valencia. “Saya harap, semua staf dan jajaran dapat hadir keseluruhan!”

“Baik, Nona!” Ratih menunduk hormat dan segera pergi meninggalkan Valencia.

“Kamu yang bernama Argo?” tanya Valencia.

“Ya, Nona. Saya!” sahut Argo dengan sopan.

“Sudah berapa lama kerja di sini?” tanya Valencia.

“Sejak awal perusahaan ini didirikan, tepatnya 7 tahun yang lalu,” kata Argo.

“Dekat dong sama mendiang Mas Devan,” kata Valencia.

“Bisa di bilang seperti itu, Nona. Saya dan Ratih adalah orang-orang yang beruntung, karena di tunjuk langsung oleh Tuan Rahman dan Nyonya Mia untuk mendampingi Mendiang Tuan Muda Devano!” jelas Argo.

Jam yang di tentukan Valencia sebelumnya sudah tiba, Valencia yang di dampingi oleh Ratih dan Argo. Berjalan menuju ruang rapat.

“Selamat pagi semuanya!” sapa Valencia dengan nada tegas tetapi datar itu. Ia menyapa seluruh staf dan jajaran perusahaan.

“Selamat pagi!” sahut semua orang bersamaan.

“Berhubung kalian semua sudah hadir, maka saya akan langsung berbicara kepada intinya!” Valencia menyapu seluruh staf dan jajaran perusahaan itu dengan pandangan matanya.

“Saya, Valencia Kamandaka. Istri dari mendiang Devano Kamandaka, akan memegang penuh kendali perusahaan ini dengan dampingan Ratih Mardiana dan juga Yogi Argo!” jelas Valencia dengan lantang.

“Jika ada keluhan, silahkan bicarakan sekarang. Karena saya tidak ingin mendengar gunjingan salah satu dari kalian di luar sana!”

Salah seorang staf mengacungkan tangannya. Wanita yang berpenampilan sexsi itu memberanikan dirinya untuk angkat bicara.

“Ya kamu!” tunjuk Valencia.

“Maaf sebelumya, kenapa Nona baru muncul setelah Tuan Muda Devano meninggal? Kemana saja anda selama ini? Apakah anda mengingkan kekuasaan dan harta peninggalan Tuan Muda Devano?” tanya wanita itu dengan sangat berani.

“Lidia!” tegur Ratih dengan sorot mata yang tajam.

“Biarkan Ratih, aku suka orang-orang yang to the point!” Valencia mencegah langkah Ratih yang hendak mendekati wanita yang bernama Lidia itu.

“Terimakasih sudah memberikan pertanyaan itu. Tapi, disini, saya sama sekali tidak kekurangan harta. Karena saya adalah putri dari dari mendiang VALENTINO AJISAKA, pemilik perusaha yang bergerak di bidang perhotelan terbesar di negara ini. Di samping semua itu, saya memiliki beberapa butik di beberapa kota besar, dan sebagian dari butik itu masih dalam tahap pengembangan!” jelas Valencia.

“Lebih dari itu, saya juga adalah putri sambung dari Arya Dirgantara! Pemilik perusahaan properti kedua terbesar di negara ini! Dan sebagian saham di perusahaan itu, adalah milik saya!”

Maka, wanita yang bernama Lidia itu bungkam seketika. Seluruh staf dan jajaran di buat tak berkutik sedikit pun. Mereka tidak menyangka, bahwa Presdir baru mereka adalah anak konglomerat hebat di negara itu.

Ratih dan Argo tersenyum puas mendengar ketegasan Valencia. Ternyata, semua perkiraan mereka berdua salah. Valencia jauh lebih kuat dari pada yang terlihat dari fisik dan wajahnya yang selalu teduh dan bertatapan sendu itu.

Terpopuler

Comments

🍭ͪ ͩ✹⃝⃝⃝s̊S𝕭𝖚𝖓𝕬𝖗𝖘𝕯☀️💞

🍭ͪ ͩ✹⃝⃝⃝s̊S𝕭𝖚𝖓𝕬𝖗𝖘𝕯☀️💞

Mantappp 👍👍👍👍 lanjut kan Valen...💪💪💪

2022-09-24

1

⸙ᵍᵏ 𝓓𝓲𝓲 𝓮𝓲𝓶𝓾𝓽

⸙ᵍᵏ 𝓓𝓲𝓲 𝓮𝓲𝓶𝓾𝓽

cia u harus kuat ya u pst bisa demi anak u cia😭😭

2022-09-23

0

тαуσηgㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ𝐀⃝🥀🏘⃝Aⁿᵘ

тαуσηgㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ𝐀⃝🥀🏘⃝Aⁿᵘ

keren valen wanita mandiri singleparen calon idaman

2022-09-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!