05

"Juna.... Ada tamu untukmu!."

Teriakan petugas polisi yang berjaga pagi ini tentu saja mengagetkan Juna. Juna yang memang sedang tidur sehabis subuh mau tidak mau harus membuka kedua matanya yang masih mengantuk. Juna bangkit, beberapa kali ia menguap karena memang Juna baru bisa tertidur setelah subuh.

Sejak pertemuan Juna dengan Diandra kemarin malam, Juna tidak bisa tidur. Entah virus apa yang disemprotkan oleh mantan kekasihnya sehingga kedua matanya sangat sulit terpejam.

Juna selalu teringat bayangan Diandra yang memeluknya sambil mengutarakan cintanya. Namun, beberapa saat kemudian mantan kekasihnya itu akan mengamuk, melampiaskan amarahnya kepada Juna.

Juna sempat berfikir jika Diandra mulai gila. Tapi secepat mungkin fikiran itu ia buang. Tidak mungkinlah mantan kekasihnya itu gila karena menurut Juna, Diandra sudah mendapatkan kebahagiaan yang belum pernah ia berikan.

"Juna, mengapa melamun? Itu tamu untukmu sudah menunggu dari tadi!!!" tegur Pak Joko, petugas berkumis tebal yang berjaga pagi ini. Ia kembali berteriak memanggil Juna yang tak kunjung bangkit dari posisi duduknya.

"Huh...!!!"

Juna mendengus kesal. Ia segera bangkit dan keluar dari ruang tahanannya. Juna berjalan mengekori Pak Joko dengan sangat malas.

"Sebenarnya kau kerja apa sih, Jun? Tampang orang desa tapi tamu-tamu yang menjengukmu tampilannya orang gedongan semua. Heran aku" kata Pak Joko sambil terus melangkah keluar.

"Saya memang orang desa kok, Pak. Guru honor di sekolah SMA" jawab Juna jujur.

"Guru honor? Kena kasus apa kau? Kenapa bisa ada di sini? Pasti kau sudah melakukan hal buruk pada muridmu" tuduh Pak Joko ngasal sehingga membuat Juna ingin sekali memukul kepalanya dengan sandal.

"Hanya salah paham kok, Pak. Bukan dengan murid tapi dengan tetangga saya" jawab Juna.

"Oooo... " beo Pak Joko.

Mereka terus melangkah hingga akhirnya langkah Juna terhenti ketika memasuki ruang kunjungan.

Deg...

Juna menghela nafas panjang.

"Hmmm... Wanita itu lagi!!!" kata Juna dalam hati.

Diandra nampak sedang duduk menunggu Juna seorang diri. Kali ini ia berpenampilan lebih berani dari pada semalam.

Juna menggigit bibir bawahnya. Ia kesal, marah, malu bercampur menjadi satu. Juna benar-benar tidak habis pikir dengan Diandra. Mantan kekasihnya itu datang dengan berpakaian kurang bahan seperti itu. Kemana urat malunya?

Lima tahun Juna menjalin kasih dengan Diandra, tak pernah sekalipun Juna melihat Diandra berpakaian sexy seperti itu. Jangankan baju kurang bahan, memakai rok setinggi lutut saja tidak pernah.

Juna mengelus dada. Ia merasa beruntung sudah tidak menjalin hubungan dengan Diandra. Andai saja ia masih berhubungan, pasti Juna akan menanggung malu dengan tingkah Diandra.

"Juna, dia siapamu hah? Sejak subuh sudah berada di sini, memaksa ingin menemuimu. Apa dia istrimu? kurang belaian sampai tak sabar menyusulmu kesini?" bisik Pak Joko dan Juna hanya menanggapi pertanyaan itu dengan dengusan sebal.

"Dia tetanggaku, Pak" jawab Juna dengan berbisik juga.

"Mungkin dia cinta padamu. Sejak subuh dia sudah datang kesini untuk membesukmu padahal jam besuk kan dimulai jam 09.00" bisik Pak Joko lagi.

Juna tak menyahut. Ia memilih tidak melanjutkan langkahnya agar jarak dengan Diandra tidak semakin dekat.

"Ada apa?" tanya Juna ketus.

Juna merasa jika dirinya tak perlu berbasa-basi pada Diandra karena itu akan membuat Diandra tak kunjung pergi. Juna muak melihat Diandra, muak melihat tingkahnya yang labil.

Sejujurnya Juna ingin sekali kembali ke ruang tahanan untuk melanjutkan tidurnya. Bertemu Diandra membuat kedua netranya risih. Tampilan Diandra dengan wajah penuh make up dan baju kurang bahan membuat Juna malu sendiri. Junapun bertanya-tanya sejak kapan mantan kekasihnya berubah menjadi seperti ini?

"Hai, sayang. A...."

"Jangan panggil aku dengan sebutan itu! Telingaku jijik mendengarnya!!!" gertak Juna langsung memotong ucapan Diandra dengan cepat.

"Hmmm... jijik rupanya. Tapi bukannya kau cinta mati padaku, Jun? Harusnya kau senang aku tetap memanggilmu seperti itu meski kita sudah tidak bersama" kata Diandra penuh dengan percaya diri dan tak tahu malu.

"Jaga ucapanmu, Di!!!"

"Ohhh.... sudah berani menggertakku rupanya"

"Sudahlah, Di! Jangan membuang-buang waktuku! Katakan apa maumu dan pergilah dari sini!" usir Juna.

Diandra menaikkan sudut bibir kanannya, menampakkan senyum mengejek kepada Juna. Ia kemudian berjalan perlahan mendekati Juna. Tak lupa dengan tatapan tajamnya yang seakan - akan mengintimidasi Juna.

"Aku kesini hanya ingin memastikan jika kau masih hidup, sayang" ucapnya dengan nada suara yang dibuat sexy.

"Kau tahu suamiku yang kaya itu sudah membayar orang agar kau bisa mendekam disini saaaaa.....ngat lamaaaa.... kalau perlu sampai kau dan ibumu yang tak tahu diri itu mati membusuk di sini" kata Diandra.

Deg.

Perkataan Diandra membuat Juna teringat Bu Tias. Juna lupa jika ibunya juga ditahan di kantor polisi. Namun, di ruangan berbeda. Entah, Junapun tidak tahu dimana Bu Tias ditahan.

Juna memaki dirinya sendiri yang malah melupakan keberadaan Bu Tias. Ia terlalu nyaman di ruang tahanannya, menghabiskan waktu dengan rebahan dan berbincang dengan tahanan yang lain. Juna benar-benar bersyukur karena berada bersama orang-orang baik yang tidak bar-bar ketika ada anak baru.

Seketika perasaan Juna menjadi kalut. Ia ingin melihat keadaan Bu Tias. Bagaimana ruang tahanan Bu Tias? Apakah Bu Tias diperlakukan baik oleh sesama penghuni tahanan? Semua pertanyaan itu berputar di otaknya.

"Junaaaaa.... kau terlihat gelisah. Apa kau takut setelah mendengar perkataanku tadi?" cibir Diandra dan kini ia berjalan semakin mendekat ke arah Juna.

"Kalau tidak ada hal penting yang ingin kau bicarakan lagi, silakan pergi, Di."

"Pergi??? Tentu saja aku belum mau pergi. Aku masih ingin mengobati rasa rinduku kepadamu, sayang" ucapnya sembari mengelus pipi kiri Juna dengan jari telunjuk kanannya.

Juna memundurkan wajahnya. Ia merasa tidak nyaman disentuh oleh Diandra apalagi di tempat umum seperti ini. Diandra benar-benar menjelma menjadi sosok yang tidak Juna kenal. Diandra bukannya berhenti malah semakin maju meskipun sudah jelas jika Juna telah mengusirnya.

Lelah dengan tingkah Diandra yang menyebalkan membuat Juna memilih untuk segera angkat kaki. Juna membalikkan tubuhnya, hendak melangkah pergi meninggalkan Diandra. Namun, sialnya Diandra dengan cepat memeluk tubuh Juna dari belakang dan lebih sialnya lagi kedua tangannya malah menyentuh belalai langka milik Juna.

"Ouughhh" teriak Diandra lirih. Ia sepertinya kaget ketika kedua tangan laknatnya menyentuh belalai langka milik Juna.

Diandra bukannya langsung menjauhkan kedua tangannya, ia malah mengusap belalai Juna dengan perlahan. Diandra nampak sedang meraba seberapa besar milik Juna dan sialnya Juna mendengar Diandra mendesah.

Juna mengeram kesal. Rupanya Diandra sangat menikmati kegiatannya. Ia bahkan semakin mencengkram belalai Juna sambil bergeliat di punggu Juna layaknya cacing kepanasan.

"Dasar wanita sialan!" maki Juna. Ia menggigit bibir bawahnya agar tidak terbawa arus sesat yang dibuat Diandra.

Juna melirik di sekitarnya. Ia khawatir jika ada petugas yang sedang berjaga di ruang ini memperhatikan mereka. Untung saja petugas polisi yang berjaga sedang sibuk dengan berkas masing-masing sehingga Juna bisa sedikit tenang. Namun, ia tetap tidak bisa membiarkan Diandra terus-terusan bermain di daerah terlarang. Karena itu bisa berakibat fatal untuknya.

Juna menepuk tangan Diandra dengan keras dan itu sepertinya membuat Diandra terkejut.

Tangan Diandra berhenti sebentar lalu kembali memainkan belalai milik Juna.

"Hentikan, Di!!! Kau membuatnya bangun" kata Juna yang mulai frustasi dengan tingkah Diandra.

Diandra bukannya berhenti. Ia malah semakin cepat memainkan sang belalai. Tangan kiri Diandra bahkan sudah masuk ke dalam kandang sang belalai tanpa permisi.

"Oh my god!!! Besar sekali!!!" desisnya dan ia semakin menjadi dengan mengurut-urut belalai Juna.

"I want you, Juna. I want you" ceracau Diandra.

Juna yang sudah tidak tahan dengan tingkah Diandra, memilih untuk menginjak kakinya. Juna tidak peduli jika Diandra nantinya akan merasa kesakitan. Juna segera mengeluarkan tangan laknat Diandra dari dalam kolornya dan segera dihempaskannya dengan kasar.

Juna melihat ke bawah. Ia kembali mengumpat ketika mendapati belalainya berdiri tegak seperti tiang listrik. Juna mengusap wajahnya dengan kasar. Ini sangat memalukan sekaligus menyakitkan untuk Juna.

Juna benar-benar tidak habis pikir dengan tingkah Diandra yang agresif seperti itu. Diandra bukan lagi gadis polos yang Juna kenal dulu. Diandra yang sekarang lebih mirip seperti wanita kupu-kupu malam yang haus akan belaian.

"Aku harap kau pergi sekarang juga, Di, dan jangan temui aku lagi!!!" teriak Juna.

Diandra bukannya mendengarkan Juna malah fokus menatap belalai Juna dengan tatapan lapar. Diandra menggigit-gigit bibirnya seakan-akan tak sabar ingin melahap benda keras itu.

Juna menggeleng-gelengkan kepala dan dengan cepat berjalan meninggalkan Diandra menuju ruang tahanannya. Juna tidak peduli dengan Diandra yang terus berteriak memanggil Juna. Sepertinya Juna harus berpesan kepada petugas polisi agar tidak mengizinkan Diandra untuk menemuinya lagi. Diandra, sang mantan kekasih benar-benar meresahkan.

Terpopuler

Comments

Nenk Shila

Nenk Shila

sangat menjijikkan knp yg nulis jorok banget ya?

2025-01-05

0

💞Amie🍂🍃

💞Amie🍂🍃

Syukurin tuhh diandra

2022-12-21

2

Dika

Dika

sombong nya kelewatan

2022-12-18

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 136 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!