Disisi lain
Satu hari sebelumnya
Kantor Mawangsa
Heri jaya company
Mawangsa menatap tajam kearah langit yang membentang luas di hadapannya nya, dimana di sisi kanan ruangan kerja nya terdapat kaca besar transparan yang menghadap ke arah langit.
Laki-laki tersebut berdiri di sana sembari meletakkan kedua tangannya di sisi kiri dan kanan kantong celananya, Mawangsa sama sekali tidak bicara apa-apa sejak tadi hingga akhirnya sang asistennya telah berdiri tepat di depan meja kerjanya.
"Aku agak kesulitan mendapatkan kan rekaman asli kamera CCTV 6 tahun yang lalu tuan, tapi seorang tukang reparasi berkata dia memiliki nya"
Ucap laki-laki tersebut pelan.
Itu adalah Arif, sang asisten pribadi Mawangsa.
Mendengar ucapan Arif, Mawangsa terlihat tidak bergeming, dia masih menatap kearah hamparan awan biru yang ada di atas sana.
"Didalam video nona Shinta memang benar di tabrak oleh mobil berwarna biru di persimpangan jalan hari itu"
Lanjut Arif lagi.
Mawangsa sedikit membeku.
Dikala itu Maya memang baru saja mendapatkan mobil berwarna biru, jadi sesuai dugaan nya pelakunya memang Maya.
Mawangsa terlihat memejamkan sejenak bola matanya.
"Tapi...aku pikir sebaiknya tuan melihat Vidio tersebut terlebih dahulu"
Arif pikir ada yang sedikit aneh terjadi di sana tapi dia tidak bisa menjabarkan nya, namun Mawangsa malah menjawab.
"Tidak perlu, aku sudah cukup tahu jawabannya"
Ucap Mawangsa cepat.
"Tapi tuan.."
Arif pikir seharusnya tuannya melihat dulu rekaman nya.
"Letakkan rekaman itu di atas meja, pastikan kamu membayar tukang reparasi tersebut dan jangan sampai bicara omong kosong keluar sana"
lanjut Mawangsa lagi.
Mendengar perintah mawangsa Arif pada akhirnya menundukkan kepalanya.
Meskipun Mawangsa bukan tipe laki-laki yang baik kepada mantan istrinya, tapi dia pikir laki-laki itu pasti ingin melindungi nona Maya, dia tahu Mawangsa pasti tidak ingin Maya masuk ke penjara atas kasus 6 tahun silam.
Tapi dia berharap tuannya memiliki waktu untuk melihat kembali rekaman CCTV nya yang dia anggap sedikit ganjil Tersebut.
Pada akhirnya Arif kembali menundukkan pelan kepalanya, dia memutuskan untuk pergi dari ruangan tersebut dia meninggalkan rekaman CCTV tersebut tepat di atas meja kerja mewangsa.
Sedangkan Mawangsa sendiri masih terus sibuk berkutat dengan pemikiran nya.
******
Mansion utama Mawangsa
Masih satu hari sebelum nya
Ketika Mawangsa melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah, bisa dia dengar suara Shinta yang tengah berbincang dan bercanda dengan ibunya dimana adik perempuan nya Elsa juga terlihat tengah memainkan handphone nya dan terlihat begitu patuh duduk didekat kaki Shinta.
"Shinta mulai hari ini kamu harus terbiasa memanggil ku dengan sebutan ibu, kalian akan menikah tidak lama lagi, mendengar kamu memanggil ku bibi rasanya begitu aneh"
Dina bicara sambil melebarkan senyuman nya, dia mengintip sejenak kearah Mawangsa yang baru saja kembali ke rumah.
"Kalau begitu kakak juga harus terbiasa memanggil ku adik ipar"
Kali ini Shinta ikut bicara dan sedikit menggoda Shinta.
Mendengar penuturan kedua orang tersebut membuat Shinta mengeluarkan ekspresi malu-malu nya.
Mawangsa mengembangkan senyuman nya saat dia sadar Shinta melirik kearah nya dengan wajah malu-malu, dia paham betul bagaimana Shinta, perempuan itu pasti malu setiap kali di goda.
Dia mendekati Semua orang dan Berkata.
"jangan menggoda Shinta, dia type gadis pemalu setiap kali di goda seperti itu"
ucap Mawangsa.
Mendengar ucapan Mawangsa ibu dan adiknya terlihat mengulum senyuman mereka.
Shinta kali ini buru-buru berdiri dari posisi duduknya, dia bergerak berjalan mendekati mawangsa kemudian berkata.
"Mari kita melupakan soal masa lalu dengan Maya, melupakan kejadian kecelakaan 6 tahun yang lalu sebab aku sudah memaafkan Maya"
Perempuan itu bicara sambil mengembangkan senyuman nya, dia menyentuh dada Mawangsa secara perlahan.
Mendengar ucapan Shinta, Mawangsa langsung menatap dalam bola mata Shinta, secara perlahan dia menyentuh lembut kepala Shinta.
"Sejak dulu Kamu selalu baik kepada orang lain, bahkan meskipun orang itu sudah menyakiti kamu dan hampir membunuh kamu"
Jawab Mawangsa Pelan.
"Aku jadi ingat saat kita masih sering berkirim surat ketika menjadi sahabat pena dan belum bertemu di masa Kuliah, kamu menyelamatkan seekor tikus dan menyimpannya di dalam kamar hingga membuat ayahmu memarahi mu, kamu memang begitu baik sejak dulu"
Mawangsa mengenang masa lalu, dimana mereka masih menjadi sahabat pena, belum saling tahu wajah masing-masing dan belum tahu identitas diri masing-masing.
Lembaran tulisan kertas dan saling bertukar surat adalah cara komunikasi mereka berdua di kala itu.
Mendengar ucapan maungsa seketika membuat ekspresi wajah cinta berubah, senyuman perempuan itu perlahan menghilang dan sedikit membeku.
Pada akhirnya Sinta mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Itu masa lalu, lupakan saja"
Ucap Shinta cepat.
"Sayang tidak kah besok kamu ingin membawa ku menemui Nenek? Aku pikir aku sudah siap untuk pergi saat ini"
Mawangsa yang mendengar ucapan Shinta ingin menemui neneknya seketika langsung bahagia, dia mengangguk kan kepala nya dengan cepat sambil melebarkan senyuman nya.
"baiklah kita akan pergi besok"
Setelah berkata seperti itu memangsa langsung menyentuh kembali lembut ujung kepala Shinta, dan detik berikutnya laki-laki tersebut langsung naik menuju kearah kamar atas.
Bola mata Shinta mengikuti sosok memangsa yang perlahan menghilang menuju ke arah kamar mereka, begitu memastikan Mawangsa pergi dan semua orang menghilang, Shinta buru-buru mencoba menghindari seseorang.
"Aku ingin berita nya pecah sehari sebelum jamuan makan malam"
Ucap Shinta dibalik handphone nya sembari menggenggam erat telapak tangan nya.
Kemudian perempuan tersebut langsung mematikan panggilannya, sambil bola matanya menatap tajam ke arah lantai atas dimana kamar mawangsa berada.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
Amira Bae
thoor ko jadi memangsa 😂
2023-07-07
0
Shinta Dewiana
udah 6 thn sekarat tp begitu sehat tetap jahat,,,,aisss shinta...
2023-06-29
0
epifania rendo
terlalu bodoh
2023-06-01
0