Bab. 5 Kabar baru

Semua sangat terkejut dengan fakta ini. Dan akhirnya mereka mengerti kenapa wanita yang baru saja muncul sebagai anggota baru bisa bertingkah seperti tadi.

 

Mereka saling menowel lengan temannya. Namun mereka tidak bisa lega karena ingat bahwa mereka sempat menunjukkan wajah kesal dan sebal karena tiba-tiba saja anak baru mengkritik mereka semua.

 

“Bagaimana hari pertamamu bekerja di sini? Oh, belum hitungan hari ya. Masih beberapa jam,” ralat Presdir dengan jenaka.

 

“Baik,” sahut Ruby dengan ekspresi enggan.

 

“Bagaimana dengan karyawan di sini?” tanya Presdir seraya menoleh ke semua anggota. Mendadak mereka terkena serangan jantung. Kembali ingatan mereka pada kejadian baru saja. Saat mereka menekuk wajah dan menipiskan bibir sebal pada Ruby.

 

“Mereka ...”

 

Dag, dig, dug. Jantung mereka disko. Apa yang akan dikatakan tuan putri cantik ini?

 

“Mereka ... karyawan yang aktif dan kompak,” sahut Ruby seraya tersenyum. Kalimat itu ambigu. Tidak jelas apa arti sebenarnya. Namun mereka setidaknya bisa lega karena Presdir terkekeh.

 

“Hahaha ... Tim perencanaan 1 memanglah aktif. Makanya mereka bisa memenangkan banyak iklan mahal yang tercipta dari tangan mereka.” Presdir begitu bangga. Semua tersenyum setuju. Bangga juga atas prestasi yang sudah di raih tim perencanaan 1. “Oh, ya kamu sudah kenal dengan Kikan?”

 

Kikan yang mendengar namanya di sebut, membungkuk sebentar. Memberi hormat. Ruby melihat ke arah Kikan.

 

“Ya. Aku sudah berkenalan dengannya. Namun aku belum melihat dia bekerja sepenuhnya,” ujar Ruby mengejutkan.

 

Semua raut wajah bahagia karena bangga berada di tim perencanaan langsung lenyap. Kalimat Ruby yang terkesan meremehkan Kikan membuat semua orang terkejut dan tidak percaya. Padahal banyak prestasi yang di cetak oleh tim ini dari tangan Kikan.

 

Semua melirik ke arah Kikan yang tampak tenang. Astra melirik ke arah Kikan saat mendengar itu. Kikan tersenyum tipis, menepis kekhawatiran Astra.

 

“Ah, kamu selalu begitu jika ada orang yang berprestasi. Jangan di teruskan. Itu buruk,” nasehat beliau. Semua mengangguk tanpa sadar. Mengiyakan pendapat Presdir.

 

“Aku bukan meremehkannya. Aku hanya berkata yang sebenarnya. Bukannya aku hanya baru beberapa jam, bahkan mungkin baru beberapa menit di sini. Jelas saja aku belum tahu bagaimana dia bekerja sesungguhnya. Hanya itu kok,” bela Ruby untuk dirinya sendiri.

 

“Sudah. Sudah. Kikan, jangan di masukkan ke hati perkataan putriku. Dia masih bocah,” kata Presdir.

 

“Tidak apa-apa. Kita baru bertemu jadi wajar belum tahu masing-masing,” kata Kikan berbesar hati. Presdir tersenyum.

 

“Aku akan pergi. Jadi lanjutkan rapat.” Semua menunduk memberi hormat. “Oh, iya. Jangan merepotkan Astra,” pesan beliau. Semua melihat ke arah ketua tim mereka.

 

“Ih, papa,” protes Ruby.

 

“Kamu di sini bekerja. Bukan mengekor pada Astra. Ingat itu,” ujar Presdir menekankan lagi pesannya.

 

“Iya. Lagipula Astra tidak apa-apa kok aku buat repot.”

 

“Jangan. Awas kalau kamu melanggar. Papa tidak akan segan membatalkan semuanya,” ancam presdir.

 

“Iya. Ruby mengerti,” sahut Ruby.

 

Kikan melirik ke arah Astra yang menunduk. Ada yang janggal di sini. Kika  merasakannya. Namun ia tidak mengerti apa itu.

 

Kepala Kikan menggeleng pelan. Dia kembali fokus pada pekerjaan karena rapat di mulai lagi.

 

***

 

“Kak Kikan!” panggil Arin saat Kikan muncul di pintu ruangan.

 

Langkah Kikan berhenti. “Eh, Arin.” Perempuan itu mendekat. Dengan gerak cepat, Arin menarik lengan Kikan menjauh dari pintu.

 

“Hei! Kita mau kemana Arin?” tanya Kikan yang heran kenapa dirinya di tarik-tarik. Arin tidak menjawab, perempuan ini terus saja mengajaknya pergi.

 

Sampai di depan pantry perusahaan, kepala Arin celingukan melihat keadaan.

 

“Kak, aku dengar kalau Pak Astra akan menikah. Jadi kakak akan segera menikah, nih?” tanya Arin sambil bersuara pelan.

 

“M-menikah?” tanya Kikan sangat terkejut. Namun bukan gosip soal menikah itu yang membuatnya terkejut, melainkan soal Arin yang tahu hubungan mereka. "K-kamu tahu soal aku dan Astra?" tanya Kikan gagap.

 

Kepala Arin mengangguk.

 

"Oh, astaga."

 

"Aku tidak akan membuka rahasia Kakak, kok. Aku bisa tutup mulut," ujar Arin seraya menggerakkan jarinya di atas bibir.

 

Aku tidak menyangka. Kikan masih syok. Dia terdiam.

 

"Aku bisa di percaya," bisik Arin lagi menenangkan. Kikan menghela napas. “Selamat ya. Kalau begitu, apa kakak akan berhenti bekerja?” Arin menjabat tangan Kikan. Sementara perempuan ini tampak kebingungan.

 

“Aku tidak mengerti,” kata Kikan.

 

Saat itu Mirna lewat.

 

“Hei, kalian ada di sini. Kalian dengar berita baru itu, kan?” tanya Mirna yang masuk ke pantry.

 

“Berita baru apa, Mir?” tanya Kikan.

 

“Soal Pak Astra.”

 

Lagi. Setelah sebelumnya Arin yang membicarakan soal Astra, kini Mirna.

 

“Kak Mirna pasti dengar soal itu, kan?” tanya Arin seraya menyenggol lengan Kikan. Berniat menggoda seniornya.

 

“Soal kabar Pak Astra, kan?” tanya Mirna dengan wajah penuh dengan gosip. Kikan melihat dua manusia itu dengan tatapan tidak mengerti.

 

“Benar. Dia mau menikah?” tebak Arin sok teka-teki. Kikan mengerutkan keningnya mendengar itu. Gosip apa ini? Menikah? Astra? Apakah itu sebuah kejutan untukku? Wajah Kikan tersipu tanpa sadar.

 

“Nilai seratus buat kamu. Itu memang benar.” Mirna memberi jempolnya yang besar pada Arin.

 

“Dia akan menikah dengan kekasihnya, ya?” Arin pura-pura tidak tahu secara detail. Dia hanya ingin menggoda Kikan yang berdiri menjauh dari mereka. Tepatnya mendekati mesin pembuat kopi di belakang mereka.

 

“Ya. Dan orang itu bukanlah orang biasa. Dia orang yang penting,” sambung Mirna. Kikan tahu apa yang di katakan mereka, tapi dia tidak mengerti apa sebenarnya isi dari pembicaraan itu. Karena tidak ada pembicaraan soal menikah dengan Astra tadi malam.

 

Menikah? Astra memang sempat bicara soal menikah, tapi itu tidak pernah terealisasikan. Dan dirinya dengan sabar menunggu.

 

Sekarang ada gosip dia akan menikah. Khayalan macam apa itu? Meskipun dirinya sangat ingin menikah, sepertinya rencana itu masih jauh untuknya dan Astra. Lalu apa yang sebenarnya mendasari gosip ini?

 

“Orang itu sangat beruntung," kata Arin.

 

“Aku rasa Pak Astra lah yang beruntung,” ralat Mirna.

 

“Ah, itu benar. Pak Astra lah yang beruntung mendapatkan perempuan itu,” ujar Arin seraya melirik ke arah Kikan yang menyeruput kopi cappucino. Perempuan itu memperhatikan dua manusia ini heboh sendiri.

 

Namun gosip ini terlalu heboh jika hanya sebuah berita hoax. Sebenarnya darimana gosip soal Astra menikah?

 

“Ya. Karena calon mempelai wanita ini adalah Ruby, putri pemilik perusahaan ini,” ungkap Mirna yang membuat Arin terkejut.

 

Pyaar! Bersamaan dengan itu, cangkir keramik yang di pakai Kikan pagi ini jatuh ke lantai. Kopi cappucino yang masih lumayan banyak itu tumpah.

____

Terpopuler

Comments

Arik Kristinawati

Arik Kristinawati

mudah2an kikan dpt CEO tjir yg bkerjasama ma prshaan Ruby....biar astra tengkleng

2023-01-08

0

Iga Wahyusari

Iga Wahyusari

astra mulai bertingkah ini 🤧

2022-12-30

1

Sriza Juniarti

Sriza Juniarti

sad🤣😭

2022-12-06

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!