Teman ataukah Kawan?

"Eh? Rasanya kayak ada yang gerak-gerak ya di sekitar kakiku."

Meoww

"Kucing? Seekor kucing kenapa bisa ada disini?"

Ingatan semalam masih terngiang-giang di kepalaku, dimana suasananya cukup mencekam hingga membuatku ketakutan sampai setengah mati. Di tambah lagi dengan kondisi yang sangat-sangat tidak menguntungkan ku kala itu.

Dan semalaman ini aku tidur di lantai serta pintu pun agak terbuka sedikit.

Untungnya aku masih hidup untuk saat ini sehingga aku dapat menghirup udara pagi yang sangat segar, Itu saja sudah sekedar cukup bagiku. Sungguh pengalaman malam mengerikan yang membuatku jadi ngeri.

Kejadian semalam aku simpulkan adalah ulah si kecil bola bulu ini. Kemungkinannya bunyi-bunyian itu berasal dari pijakan kaki-kakinya.

Dari awal menaiki anak tangga lalu turun dan kembali menaikinya lagi serta yang paling mengagetkanku pas dia menabrak pintu.

Brakk!!

Suaranya mengagetkan sekaligus bikin jantung aku mau copot. Dan membuatku jadi pingsan ditempat.

Ya, tapi itu masih kesimpulan ku.

"Kalau ada kucing berarti ada kemungkinan... hmm?"

"Hm. Kayaknya ada orang yang mengurusinya!"

Dilihat dari kondisinya saja sudah dapat memberikan kesimpulan jelas.

Pagi yang cerah menyambut ku pagi ini. Ku lihat dari arah jendela burung-burung berterbangan ke sana kemari. Yang terlihat turun kebawah seperti ada sesuatu di sana, menarik perhatiannya.

"Burung-burung itu...!"

Aku pun mulai merangkak untuk mendekat kearah jendela untuk memastikan. Dan menengok dibalik gorden yang telah usang serta sobek.

"Ada orang rupanya!?"

Kulihat dari arah jendela ada seorang pria pirang yang sedang memberi makan burung-burung.

"Apa aku menempati rumahnya?" ucapku agak mengecilkan suara.

Bukan cuma tempat ini saja yang aneh tapi keberadaan ku saat ini yang berada di tempat yang entah dimana, dan aku menyebutnya tempat setelah terjadinya kiamat.

Dari awal hingga sekarang pun aku masih mencerna apa yang aku lihat.

Masih memperhatikan pria itu aku belum melihat hal aneh darinya sama sekali, sampai aku dibuat lelah karena menunggunya sejak tadi.

"Ku harap dia adalah orang yang baik."

"Tapi kenapa dia juga bisa berada disini? Apa mungkin dia tersesat lalu terdampar disini, sepertiku kah?"

"Hmm, nggak mungkin sih!"

Sudah di pastikan bahwa tempat ini belum selayaknya kosong tanpa kehidupan dan keberadaan manusia. Nyatanya, aku melihat pria itu dengan raut wajah biasa-biasa saja. Tanpa rasa khawatir sekali pun.

Wajahnya berseri-seri hanya sekedar memberikan makan para burung-burung itu.

"Ayo makan yang banyak supaya kalian dapat keluar dari sini!" ucap pria itu dengan raut wajah yang berubah menjadi sedih.

"Kenapa raut wajahnya berubah jadi sedih?" ucapku dengan suara kecil.

Jujur saja aku sedikit kesal dan penasaran dengan ucapannya itu.

Berpikir positif saja jika dia akan membantuku disini, maka aku pun memberanikan diri untuk keluar dari kamar menuju ke tempatnya.

Kreek...

"Seorang wanita!?"

"Huh!?"

"Gawat ternyata mereka berkelompok, tsh!

Ada tiga pria lagi yang aku lihat dan mereka telah membuka pintu kamar ini. Saat aku hendak pergi menemui pria pirang.

Yang satu memiliki badan kurus dan memakai kacamata.

Satunya lagi berotot kekar dengan tato di badannya.

Sedangkan yang terakhir dia berada di belakang pria berotot itu dengan penampilan bak aktor. Tampan namun ber-aura dingin.

Meowww

Tap! tap! tap!

"Dengan kemampuan beladiri yang aku pelajari selama asrama aku bisa dengan mudah menumbangkan mereka sekaligus, karena aku sebelumnya sudah berlatih dengan sangat keras tanpa henti."