18

Kenapa dia tidak memperjelas hubungan kami, apa tidak ada rasa pada nya untuk memiliki ku?. Terkadang memang lebih baik sekalian jauh ketimbang dekat tapi tak terasa, setengah setengah begini sangat tak menyenangkan. Namun tetap saja bukan diri nya yang harus ku hilang kan, tetapi harapan ku. Bukan salah keadaan yang mempertemukan, tetapi salah perasaan yang datang. Sebab jika memang hati nya bukan untuk ku dari sisi manapun aku mencintai nya luka tetap akan menjadi teman ku.

Dan semua itu kembali lagi ke inti masalah nya yaitu kejelasan hubungan, jika tidak ada kejelasan hubungan aku tidak bisa berhenti berharap kepada nya, karena aku tidak tau dia ingin aku dekat atau jauh. Seandainya saja dia mengatakan nya, mungkin itu lebih baik bagi ku.

...****************...

Malam ini aku sedang duduk bersama bunda ku di ruang tamu, bercerita tentang bagaimana hari hari ku di sekolah. menceritakan keseharian ku di sekolah namun tidak sedikit pun aku membahas nya pada bunda, lelaki itu bukan punya ku sama sekali tidak berhak ku sebut nama nya di antara keluarga ku. Sedang sibuk bercerita akhir nya ada sebuah panggilan masuk dari laki laki itu, laki laki yang bukan punya ku. Menyebut nya bukan punya ku saja membuat ku sedikit sadar diri.

“hallo ada apa an?”.

“na aku ke rumah kamu ya, mau ngambil uang buat beli cat, cat yang tadi udah abis”.

“bentar yaa nanti aku kabarin lewat chat aja”.

“okee,,, ku tunggu yaa”.

“iyaaa”. Fathan mematikan sambungan telepon nya.

Fathan dan beberapa teman laki laki lain nya memang memilih melanjutkan pekerjaan malam untuk kelas karena waktu yang kami miliki sangat lah singkat, hanya satu minggu dan sekarang hanya tinggal beberapa hari lagi.

“siapa kak?”. Tanya bunda

“temen bun, mau ke sini ngambil uang kas. Boleh ga?, temen ku laki laki”. Sengaja ku perjelas gender nya agar bunda tau keputusan apa yg harus dia berikan kepada ku.

“bunda juga ga tau nih, ayah mana?”.

“gatau bun, aku ga liat”.

“yaa kalau memang perlu banget suruh datang aja, nanti ayah pasti ngerti”.

“iya bun”. Kemudian aku memberi tahu fathan, memperbolehkan nya untuk datang.

Aku menunggu fathan datang dengan jantung dag dig dug,laki laki pertama yang datang ke rumah ku. Seperti nya harus ku catat dalam sejarah ku.

Keresahan lain nya adalah ketakutan terhadap reaksi ayah ku.

Sambil menunggu nya dengan ketakutan di hati,aku berjalan mondar mandir di ruang tamu. Bukan hanya aku yang pusing tapi bunda yang melihat ku juga ikutan pusing.

“udah ga usah takut”.

“tuh dia udah sampai”. Perkataan bunda membuat ku tambah takut. Ketakutan ku sungguh tak masuk akal, namun walau bagaimana pun ini pertama bagi ku.

“udah cepet,, kasian dia nunggu lama”. Lanjut bunda.

Benar kata bunda. Lagi pula apa yang aku takut kan, dia ke sini hanya ingin mengambil uang, tidak ada yang spesial dan setelah mendapatkan uang dia pasti akan pergi. Jika aku lama memberi nya uang maka akan lama pula ia di sini dan itu akan semakin berbahaya bagi ku.

aku keluar. Ku ikat rambut ku saat aku keluar menjumpai nya.

“ nih”. Aku memberikan nya .

“nanti kalo lebih di balikin yaa, itu sekalian uang untuk kalian beli makan”. Lanjut ku. Fathan mengangguk.

“di sini rumah mu na?”. Tanya alvi. Alvi adalah salah satu teman se geng fathan, kebetulan malam ini dia yang ikut menemani fathan.

“iya, kapan kapan kalo ada lewat mampir aja”. Kata ku basa basi.

“ehh,, btw kok kamu tau rumah ku”. Aku beralih bertanya kepada fathan.

“ini kali kedua nya aku kesini”. Tutur nya. Tapi aku tidak mengingat nya, yang aku tau ini ada lah kali pertama nya dia kesini.

“dulu pas aku kesini aku ngambil simbol baju Cuma kamu nya ga ada jadi ambil nya sama ibu mu”.

Jelas nya karena melihat wajah bingung ku.

Sedang ku berbincang bincang dengan mereka, ayah ku melewati kami dengan tatapan tajam nya.

“yaudah kalian cepetan balik ke sekolah, ntar kalian malah ga sempat ngecat”.

Sungguh tiada niat ku untuk mengusir mereka. Ingin ku berbincang lebih lama dengan nya namun tatapan tadi sungguh mengintimidasi ku dan secara terpaksa aku harus memberi kode kepada mereka agar lekas kembali.

“yaudah kamu masuk gih, aku balik dulu yaa”. Pamit fathan.

“iya, kamu hati hati bawa motor nya, jangan ngebut”.

“iya”. Jawab nya patuh.

Mendengar jawaban nya yang selembut itu saja hati ku meleleh, apalagi dengan perlakuan nya. tidak bisa ku deskripsikan lagi bagaimana kondisi hati ku.

“na aku balik ya”. Pamit alvi.

“iya al, hati hati ya”. Aku menunggu mereka hilang dari pandangan ku baru kemudian aku masuk ke dalam rumah.

Begitu masuk aku melihat ayah sudah duduk di sofa ruang tamu memandang ke arah ku.

“siapa tadi kak?”.

“temen yah, ngambil uang kas karena ada keperluan kelas yg harus di beli”.

“emang ga bisa besok pagi?”.

“ga bisa yah karna penting”.

“lain kali jangan ada laki laki yang datang kemari malam malam seperti tadi. Bisa di mengerti?”.

“bisa yah”.

aku menunduk kan pandangan ku hingga ayah menghilang dari hadapan ku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!