Orlando Georgia

Happy Reading 🌹🌹🌹🌹

Seorang dokter tengah mengotak-atik ponselnya. Dia bahkan tak memperdulikan tumpukkan laporan pasien diatas mejanya

"Argghhhh". Dia meremes rambutnya kasar ponselnya dia lempar diatas meja "Ei kemana sih, sudah satu Minggu hilang tanpa kabar?". Desah nya.

"Apa dia bekerja dirumah sakit lain? Tidak mungkin". Kilahnya "Dia sudah menerima tawaranku bekerja dirumah sakit ini". Dia menghela nafas pelan.

"Permisi dokter ada yang bisa saya bantu?". Tanya asisten pribadinya.

"Apa kau sudah menemukan dimana Ei?". Tanyanya.

"Maaf Dokter, menurut informasi yang anak buah kita dapat bahwa satu Minggu yang lalu Nona Eidra, sudah tidak tinggal dirumahnya lagi". Jawab sang asisten yang juga merangkap sebagai dokter.

"Apa kau sudah bertanya pada keluarga nya?".

"Keluarganya juga tidak tahu Tuan. Mereka mengatakan jika Nona Eidra, pergi bersama seorang pria malam-malam". Sahut sang asisten

Kening pria itu berkerut "Pergi bersama laki-laki?". Tanyanya "Kau percaya begitu saja? Kau tahu kan siapa Ei?". Protesnya tak terima mendengar jawaban sang asisten.

"Maaf dokter, hanya itu informasi yang saya dapat". Sahut sang asisten.

"Kau boleh keluar". Usirnya.

Dokter itu menghirup udara. Dia memejamkan mata menahan emosinya. Sudah satu Minggu gadis pujaannya itu menghilang tanpa kabar. Ponsel Eidra juga tidak aktif. GPS diponselnya tidak bisa lacak. Sepertinya Eidra ganti ponsel baru.

Dokter itu memijit pelipisnya yang terasa berdenyut. Tanpa Eidra, hidupnya hampa. Gadis spesialis dokter tulang itu selalu saja membuatnya tertawa dengan wajah polos, ikut dan menggemaskan saat berbicara.

"Kemana kamu Ei?". Dia mendesah. Dia sudah mencari Eidra kemana-mana tapi tidak bertemu gadis itu.

Dokter itu adalah Dokter Orlando, 30 tahun. Pemilik Orlando Hostpital's. Dia dokter terbaik di negara ini. Prestasinya didunia medis telah mendunia. Dia bahkan berhasil menyelamatkan pasien penghindap kanker otak stadium lanjut dengan kemampuannya didunia kedokteran.

Orlando juga seorang Dosen disalah satu kampus ternama. Dia mengajar di ilmu kedokteran spesialis tulang dan penyakit kanker lainnya. Disanalah pertemuannya dengan seorang gadis muda difakultasnya yang bernama Eidra. Gadis kecil yang berpenampilan sederhana dengan jas dokter serta rambut yang tergerai indah mengenakan celana tissue berwarna hitam pekat kadang juga berwarna coklat menggoda.

Eidra pernah magang selama enam bulan dirumah sakitnya. Bahkan Orlando banyak membantu Eidra dalam dunia medis. Eidra yang memang pintar dan juga cerdas bahkan dia mahasiswi termuda difakultas kedokteran. Membuat Eidra menjadi incaran para laki-laki termasuk Orlando.

Orlando juga menawarkan pada Eidra agar bergabung dan bekerja dirumah sakit miliknya sebagai dokter spesialis tulang. Namun, gadis itu tiba-tiba menghilang setelah menandatangani surat penerimaan.

"Eidra". Desah Orlando memejamkan matanya. Rasanya dia ingin gila tidak melihat gadis itu. Kemana perginya?

Orlando bergegas meninggalkan ruangannya. Dia melepas begitu saja jas dokter kebanggaan nya. Tampilannya yang mengenakan kemeja putih panjang dengan dasi berwarna hitam serta celana hitam dan sepatu pantofel membuatnya terlihat begitu tampan dan juga seksi ketika roti sobek itu tercetak jelas dibagian perutnya.

"Sayang". Seorang wanita seksi menghadang jalannya

"Ada apa?". Tanya Orlando ketus dia menjauh dari wanita itu.

"Kau mau kemana sayang? Aku membawakan mu makan siang". Wanita itu menunjukkan bekal yang ada ditangannya.

"Berhenti memanggilku sayang Lisna. Kau bukan kekasihku". Bentak Orlando. Dia jijik dipanggil sayang oleh wanita yang seperti cacing kepanasan itu.

"Kau lupa, kalau kita ini dijodohkan?". Wanita itu mengelus dada Orlando berusaha menggoda dokter yang tampannya tak tertulung itu.

"Jauhkan tanganmu dariku". Orlando menepis tangan wanita itu dengan kasar

"Awwwwww".

"Dengarkan aku. Aku tidak akan pernah menerima perjodohan ini". Tegas Orlando menatap wanita itu dengan tajam.

"Ohh aku tahu, apa kau masih mencari gadis ****** itu?". Tuduh nya.

"Iya. Karena aku mencintai nya. Jadi berhenti mengejarku. Karena aku tidak akan pernah menyukaimu". Setelah berkata Orlando bergegas pergi dengan amarah.

Nafas Lisna memburu. Gadis kecil itu lagi yang menjadi penghalang hubungannya. Entah apa kelebihan gadis itu, cantik juga tidak bahkan biasa saja.

"Lihat saja nanti. Akan kusingkirkan wanita bernama Eidra itu". Dia melonggos pergi dari sana berusaha menahan malu saat menjadi tontonan para perawat dan dokter lainnya.

Orlando meninggalkan rumah sakit. Mobilnya melaju menuju kediaman keluarga Baskoro, keluarga dan orangtua Eidra.

"Permisi Bik". Panggil Orlando sopan.

"Dokter Orlando". Senyum paruh baya yang bekerja dirumah besar itu "Silahkan masuk Dok". Orlando masuk dan duduk.

"Ada apa Dokter datang kesini?". Tanya wanita paruh baya itu sopan.

"Maaf Bibi. Apa Eidra-nya ada?". Wanita paruh baya itu malah diam "Bi".

"Ehh iya Dok". Tersadar.

"Apa Eidra ada?". Tanya Orlando kedua kali.

"Nona Ei...".

"Ei kenapa Bik?". Cecar Orlando.

"Ehhh Nak Orlando". Datang seorang wanita paruh baya yang berpakaian glamor.

"Bik". Sapa Orlando "Apa Eidra ada?". Tanya Orlando tanpa basa-basi

Wajah wanita itu langsung berubah sedih "Hiks, maaf Nak Orlando. Ei kabur bersama seorang pria. Dia tidak mau tinggal dirumah ini, dia menjual diri pada pria itu, hikss". Ucap wanita paruh baya itu sembari menangis.

Orlando menggeleng "Tidak mungkin Bi. Ei bukan wanita seperti itu". Kilah Orlando tak percaya. Dia yakin jika Eidra bukan gadis yang tergila-gila dengan uang.

"Ini buktinya". Wanita itu menyerahkan ponselnya pada Orlando.

Orlando mengambil dengan sigap. Nafas Orlando serasa tersekat, jantungnya terasa berhenti berdetak saat melihat foto Eidra bersama seorang pria yang terlihat begitu mesra. Bahkan pria itu memeluk pinggang Eidra dengan posessif dan menatap Eidra dengan damba.

"Tidak mungkin". Orlando menggeleng tidak percaya.

"Ini benar Nak". Wanita itu berusaha menyakinkan Orlando.

Orlando menggeleng sambil berlari keluar. Dia tidak percaya gadis yang dia cintai bisa semesra itu dengan pria lain. Meski Eidra belum membalas perasaannya. Tapi dia yakin jika Eidra juga memiliki perasaan yang sama dengannya.

"Bagus. Semakin banyak yang membenci Ei. Semakin mudah juga aku menyingkirkan anak sial itu". Dia tersenyum licik menatap punggung Orlando yang mengulang dibalik pintu.

Orlando masuk kedalam mobil dengan membanting pintu mobil.

"Arghhhhhhhhh". Dia memukul stir mobil berkali-kali.

"Eidra kenapa?". Pekik nya "Hiks, kenapa Ei? Kenapa?". Dia terus bertanya kenapa?

"Aku kau benar-benar tak memiliki perasaan apapun padaku Ei? Aku mencintaimu Ei, hiksss". Orlando menangis sambil memukul stir mobilnya. Cinta yang pernah dia ungkapkan bertepuk sebelah tangan. Gadis yang dia harap akan menjadi belahan jiwanya kini malah pergi dan menghianati nya.

"Eidra". Lirihnya melemes.

Penampilan Orlando sungguh berantakkan. Dasinya entah kemana? Kancing kemeja nya juga sudah terlepas dari tempatnya.

"Ei". Dia bersandar lemah. Dokter itu terlihat begitu patah hati. Hancur dan juga kecewa.

Kenangan nya bersama Eidra kembali terngiang seperti sebuah tayangan ditelevisi yang direplay. Orlando yang begitu terhibur dengan celetukan gadis kecil itu. Eidra selalu berhasil membuat Orlando merasa nyaman