Pilihan

*

*

Mereka tiba di depan sebuah rumah sakit swasta di kota Bandung pada hampir malam. Namun kehidupan di kota itu seperti tak ada habisnya. Tetap ramai seperti hari tak pernah berakhir.

Clarra turun lalu membenahi penampilannya yang agak berantakan. Berkendara tanpa henti dari Jakarta membuatnya sedikit limbung, apalagi mereka menggunakan sepeda motor untuk jarak sejauh itu. Dan ini pengalaman pertama baginya.

"Kamu nggak apa-apa?" Galang merentangkan tangannya saat menangkap sinyal kelelahan dari perempuan itu.

"Hu'um ... hanya sedikit pegal di sini." Clarra menepuk-nepuk pinggangnya sendiri.

"Sudah aku kasih tahu kan, tapi kamu tidak mau mendengar?" Pria itu juga turun dari motornya.

"Sudah tanggung." Clarra menjawab.

Kemudian mereka memasuki gedung rumah sakit, dan segera menuju ke kamar inap di mana ayahnya Galang di rawat.

"Bu?" Pria itu masuk setelah mengetuk pintu.

Tampak Mayang, sang ibu yang berada tak jauh dari suaminya. Dan ada juga orang lain di sana.

"Kamu kapan datang?" Angga yang berada di dekat pintu menyambut kedatangan anak tetangganya itu.

"Baru Om." Galang berhenti di ambang pintu. "Om ngapain di sini?" lalu dia bertanya.

"Ya nungguin ayah kamu lah. Kasihan ibu kamu seharian sendirian."

"Oh, ...."

"Sendiri aja?" Angga berlagak tidak tahu namun dia menyeringai. Melihat seorang perempuan di belakang pemuda itu, membuatnya ingin melontarkan ejekan seperti biasa. Namun terpaksa harus dia tahan.

"Pura-pura nggak lihat?" Galang melenggang masuk, kemudian melebarkan pintu untuk Clarra.

"Pak Angga, apa kabar?" Clarra mengangguk ke arah Angga. Tentu saja dia mengenalinya sebagai mertua dari atasannya, juga mentor dari pembalap andalan Nikolai Otomotif.

"Baik Bu Clarra, silahkan." jawab pria itu.

"Ayah gimana Bu?" Galang segera menghambur menghampiri sang ibu.

"Lebih baik, nggak seperti tadi." Mayang menjawab.

"Lagian kenapa sih pakai naik-naik ke genteng segala? Nggak inget umur apa?"

"Dirumah ada yang bocor, kalau hujan rembes." Sang ibu mejawab lagi.

"Suruh orang kenapa sih? Pasti ada yang mau? Malah di kerjain sendiri, udah tua juga?" Omel Galang.

"Ayah kira bukan di atasnya. Pas mau turun lagi malah ke pleset." Arif yang menjawab.

"Baru sadar setelah kejadian." Galang mendelik.

Mayang memiringkan tubuh dan melihat perempuan yang berdiri dibelakang putranya. Dan hal tersebut membuat Galang menyadari sesuatu.

"Clarra, Bu. Sekretarisnya Pak Dimi. Aku pernah cerita kan?" katanya, memperkenalkan.

"Umm ... apa kabar? Saya Clarra." Perempuan yang di maksud pun maju dan memperkenalkan diri.

"Saya ibunya Galang, dan ini ayahnya." Balas Mayang, yang kemudian menatap Clarra dan putranya secara bergantian, lalu tersenyum.

"Duduk Cla, mungkin kamu capek." Galang menunjuk sofa di ujung ruangan di mana Angga berada.

"Kamu pakai motor dari Jakarta?" Mayang bertanya.

"Iya."

"Dan bawa Clarra?"

Sang putra mengangguk.

"Keterlaluan."

"Dia yang mau." jawab Galang, dengan acuh seperti biasa.

"Jakarta-Bandung itu jauh lho, Clarra pasti capek?" ucap Mayang.

"Lumayan, kaki dan pinggang pegel." Clarra menjawab, sambil melepaskan sepatu hak tingginya dan memijit kakinya, kemudian terkekeh. Lalu dia duduk di tempat yang Galang tunjuk.

"Aku juga capek, tapi Ibu nggak pernah mikir gitu?" Galang menggumam.

"Masa?"

"Iya."

"Kalau kamu kan sudah biasa. Dari SMA naik motor terus." Mayang bangkit, lalu menuangkan air hangat dari dispenser, kemudian menghampiri Clarra dan memberikan benda tersebut.

"Minumlah, agar kamu tidak masuk angin." katanya.

"Terima kasih." Clarra menerimanya.

"Aku juga mau minum, mungkin aku masuk angin?" melihat sikap sang ibu yang seperti itu membuat Galang bereaksi.

"Ambil sendiri, dispensernya di belakang kamu."

"Dih, ibu jadi aneh?" Pria itu mendelik.

"Om, pulang gih. Nggak apa-apa deh, aku aja yang nemenin ibu." Galang beralih kepada Angga yang menyimak percakapan mereka sambil menahan senyum.

"Galang!"

"Kamu usir saya?" Angga menunjuk wajahnya sendiri.

"Bukan ngusir Om, cuma kan ada aku. Kalau Om mau ya pulang aja. Nggak apa-apa."

"Beneran?"

"Iya. Kan Bu?" Galang menoleh kepada ibunya.

"Iya Pak Angga, nggak apa-apa. Sudah ada Galang. Lagian cuma malam ini kok, besok pagi atau siang juga pulang." Mayang mengamini.

"Ya udah kalau gitu." Pria itu bangkit sambil merapatkan jaketnya.

"Tapi kalau ada apa-apa kabarin ya? Kalau mau pulang juga bisa telefon saya."

"Iya Pak Angga, terima kasih. Sama Bu Rani juga terima kasih sudah kirim makanan." Mayang menjawab.

"Iya." Pria itu bersiap pergi.

"Om bawa motor?"

"Iyalah, apalagi?"

"Jangan ngebut-ngebut Om, nanti masuk angin." Galang tergelak karena pikiranya sendiri.

"Apa kamu bilang?"

Pria muda itu terlihat menahan tawa, namun Angga mengacungkan kepalan tangannya sambil memicingkan mata.

"Bercanda Om." Akhirnya Galang tak dapat lagi menahan diri. Dia tertawa terbahak-bahak hingga kedua matanya terpejam membentuk seperti bulan sabit.

"Puas kamu ya? Awas nanti!"

"Sana-sana cepat pulang! Aki-aki nggak boleh lama-lama ada diluar rumah, nanti masuk angin." ucap pria muda itu.

Angga tak menjawab lagi, dan dia segera pergi dari tempat itu.

"Jangan gitu Lang." Mayang memperingatkan.

"Apaan sih Bu?"

"Gitu-gitu Om Angga itu orang tua."

"Lah, yang nyebut dia abege siapa? Kan aku juga nyebut dia aki-aki?" Galang tertawa lagi.

"Ya jangan gitu juga."

"Ah, ibu nggak tahu sih gimana dia kalau udah bully aku. Apalagi kalau udah ketemu si Oneng. Sakit Bu, sakit!"

"Ah, cemen. Gitu aja kamu merasa sakit."

"Ibu nggak tahu sih rasanya."

"Ya mana Ibu tahu, kamu kan nggak pernah bilang?"

Galang terdiam.

"Kenapa ini omongannya kayak menjurus gitu ya?" Dia menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Perasaan kamu aja kali."

"Dahlah, aku keluar dulu cari angin." Galang melepaskan jasnya, kemudian menyerahkannya kepada Clarra yang terdiam menyimak percakapan ibu dan anak itu.

"Hum?" Perempuan itu mendongak.

"Siapa tahu kamu dingin cuma pakai rok begitu?" Galang menatapnya dari atas kebawah.

"Umm ...."

"Aku keluar dulu, kamu mau titip sesuatu?" ucapnya kemudian.

"Nggak usah."

"Nggak lapar? Kita kan makan tadi pas istirahat siang?"

Clarra menggelengkan kepala.

"Ya sudah." Lalu dia melenggang keluar.

"Dia kadang masih seperti anak kecil." Mayang berbicara, melihat perempuan yang usianya lebih tua dari putranya itu masih menatap pintu yang tertutup.

Clarra menoleh.

"Mungkin karena anak tunggal."

"Saya juga anak tunggal." Entah mengapa Clarra menerangkan dirinya.

"Oh ya?"

Dia menganggukkan kepala.

"Sudah lama bekerja di perusahaannya Dimitri?"

"Sekitar tujuh tahunan."

"Lama juga ya?"

"Begitulah."

"Semoga kamu bisa membimbing dia untuk jadi lebih baik, maklum masih baru bekerja."

Clarra tertegun.

Mengapa perkataan perempuan ini seperti mengandung sesuatu ya? pikirnya.

"Dan dia sedikit kekanak-kanakan." Mayang terkekeh.

"Soal itu ...." Clarra menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Lebih baik kamu istirahat, perjalanan Bandung-Jakarta itu melelahkan bukan?"

"Hmm ...." Clarra menganggukkan kepala.

"Kamu bisa istirahat di situ? Atau mungkin suruh Galang mencarikan hotel di dekat sini."

"Oh, ... tidak usah Bu, disini cukup."

"Mm ... baiklah."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sementara di Paris ...

"Hey, Amara?" Panggil seorang pemuda seumuran dirinya, yang merupakan partner dalam setiap kegiatannya selama tahun-tahun belakangan.

"Ya?" Amara menoleh tanpa menghentikan langkahnya keluar kelas.

"Jangan cepat-cepat, memangnya kamu mau ke mana?" ucap pria berambut coklat bermata biru itu, dalam bahasa Prancis tentunya.

"Aku harus cepat pulang, hari ini mau menyelesaikan editing video agar malam nanti bisa aku kirimkan kepada orang tuaku." Amara menjawab.

"Need help? (butuh bantuan?)." Pria itu menawarkan.

"Tidak usah Piere, i'm oke." tolak Amara, seperti biasa.

"Are you sure? ( apa kamu yakin?)." Piere bertanya.

"Ya. I have to do this alone." Amara menjawab.

"Why?"

Mereka berhenti berjalan, kemudian Amara menoleh lagi.

"Tidak apa-apa, aku hanya ingin melakukannya sendiri."

"See?"

"Ya."

"Fine." Piere dengan nada kecewa.

"But thank you for your support. Those video, and all the things. It's mean to me. (tapi terima kasih atas dukunganmu. Video-video itu, dan segalanya. Sangat berarti untukku)." Amara tersenyum, kemudian dia bergegas meninggalkan halaman kampus dan pemuda itu sendirian.

***

Dia tiba di apartemen kecilnya di pinggiran kota Paris pada saat malam sudah beranjak. Bukan berarti daerah kumuh yang tertinggal dan semrawut, melainkan pinggiran kota yang sangat indah, masih di sekitar menara paling terkenal di dunia. Dari balkonnya dia bahkan bisa menatap bangunan tinggi itu dengan jelas.

Tempat yang nyaman dan terasa seperti di rumah, terutama karena dia menatanya sedemikian rupa sehingga ruangan-ruangan tersebut tampak seperti kamarnya di rumah Arfan. Tentu saja, dia tak bisa sepenuhnya meninggalkan segala yang ada di negaranya. Termasuk perasaan dan kenangan yang pernah tercipta.

Orang-orang, teman-teman, apalagi orang tua yang telah mendukungnya untuk membuat keputusan terbesar dalam hidupnya. Yakni meninggalkan segala yang dia jalani untuk mengejar cita-citanya menjadi koki profesional kelas dunia.

Tentu, setelah mengorbankan beberapa hal yang dia miliki. Termasuk hubungannya dengan Galang yang terpaksa harus dia akhiri.

Bukan salahnya, ataupun Galang. Tapi ada cita-cita yang harus dia kejar sebelum segalanya di batasi usia dan status. Terlebih apa yang dia cita-citakan tak sejalan dengan sang kekasih.

Amara merasa Galang akan menghalangi mimpinya, terutama setelah dia berhasil masuk ke Nikolai Grup. Yang akan membuatnya lebih dominan dalam segala hal. Sementara dirinya sama sekali tidak menyetujui hal tersebut. Kehidupan mereka akan dihabiskan selamanya di perusahaan itu. Sama seperti Arfan ayahnya, yang tak bisa sepenuhnya lepas meski dia sudah pensiun.

Amara menghirup dan menghembuskan napasnya pelan-pelan. Seolah tengah melepaskan beban berat. Hidupnya baru saja dimulai, tapi rasanya sudah serumit ini.

Tapi hidup itu pilihan bukan? Dan dia harus memilih mana yang harus di prioritaskan. Amara percaya, jika memang mereka berjodoh, maka Tuhan akan menyatukan mereka kembali dengan caranya sendiri. Meski sulit dan banyak perselisihan, segalanya akan dipertemukan dengan cara yang paling misterius sekalipun.

Tapi untuk saat ini sepertinya tidak.

🥀 Flashback On 🥀

Amara tertegun setelah mendengar kabar gembira yang di dapatkan Galang pada malam itu. Setelah dia mendapatkan surat resmi dari Nikolai Grup mengenai keberhasilannya menjalani seleksi yang dilakukan perusahaan itu dalam perekrutan staff baru.

"Tapi kakak udah janji?" katanya dengan raut kecewa.

"Aku tahu, tapi kayaknya aku harus coba dulu, siapa tahu berhasil?" Galang menjawab. Masih dengan wajah sumringah.

"Tapi kakak waktu itu udah janji cuma magang di sana. Cuma cari ilmu sama pengalaman kerja aja." Amara mengingatkan percakapan mereka beberapa bulan sebelumnya.

"Aku nggak ngerti, kenapa kamu bersikeras untuk menghalangiku masuk ke Nikolai Grup? Kamu tahu, bagi sebagian orang masuk ke sana adalah mimpi."

"Ya, memang mimpi."

"Tapi aku punya kesempatan yang mudah. Mendapatkan kepercayaan Pak Satria, belum lagi bekerja dengan orang-orang hebat di sana. Yang akan membuat kemampuanku lebih terasah dan menjadi lebih baik. Belum lagi kesejahteraan yang sudah di depan mata. Lalu masalahnya di mana?" Nada suaranya mulai naik.

"Masalahnya kita akan kehilangan banyak waktu, kayak Papa yang harus selalu terlibat meski dia udah pensiun."

"Ya, lalu?"

"Kamu nggak ingat dari mana Papamu mendapatkan apa yang kalian punya sekarang? Ya dari Nikolai Grup."

"Dan itu yang aku nggak mau."

"Ara, ...." Galang dengan nada putus asa.

"Kami punya segalanya, tapi kami nggak punya waktu."

"Itu resiko."

"Tapi nggak sepadan."

"Nggak sepadan kamu bilang? Lalu apa yang kamu lakukan sekarang? ini semua bisa kamu jalani karena kalian terkait dengan Nikolai Grup."

"Ucapan itu yang nggak mau aku dengar. Seolah-olah kita berhutang budi sama mereka. Padahal Papa aku menukarnya dengan kemampuan dia."

"Itu yang di namakan timbal balik, lalu di mana masalahnya?"

Amara terdiam. Kalau sudah begini, tentu Galang tidak akan mengurungkan niatnya. Ini mimpinya, dan pria itu tidak akan bisa dia halangi.

"Apa masalahnya?" Galang mengulangi ucapannya.

"Please Kak, kakak bisa cari kerjaan di mana aja kan? Setelah punya pengalaman di Nikolai grup pasti Kakak akan dengan mudah mendapatkan pekerjaan."

"Ara ...."

"Aku cuma mau Kakak kerja di tempat lain, itu aja."

Kini Galang yang terdiam.

"Aku nggak akan menghalangi Kakak untuk kerja di mana aja, kecuali Nikolai Grup."

"Aku sedang mengusahakan masa depan yang baik. Dan aku rasa, Nikolai Grup adalah tempat yang tepat. Aku sudah tahu sistemnya, orang-orangnya, dan segala macam yang belum tentu aku dapat di tempat lain. Kamu ngerti nggak soal itu?"

Amara mengatupkan mulutnya rapat-rapat.

"Jangan katakan kalau ini masih ada hubungannya dengan Pak Dimitri ya?" Akhirnya kata-kata itu terlontar dari mulut Galang.

"Kakak!" Amara berteriak.

"Benar?"

"Nggak ada hubungannya sama Kak Dim. Udah bukan urusan aku lagi." Gadis itu menegaskan.

"Tapi buktinya?"

"Apa?"

"Kamu selalu membuat aku menghindar dari segala yang berhubungan dengan mereka." Pemuda itu berteriak. Dan ini adalah pertama kalinya dia melakukan hal tersebut. Akalnya sudah tak mampu lagi menerima alasan yang Amara berikan atas segala ketidak setujuannya masuk dan bekerja di Nikolai Grup.

"Dan Kakak selalu berusaha masuk ke sana, padahal udah tahu kalau aku nggak setuju. Kenapa?" Amara membalikan pernyataannya.

"Kenapa kamu bilang?"

"Pasti ini masih ada hubungannya sama Kak Rania."

"Astaga, Ara! Kenapa kamu masih mempermasalahkan itu?"

"Kakak juga masih mempermasalahkan itu!"

"Nggak ada hubunganya dengan Rania, atau apa pun yang kamu pikirkan. Kamu konyol!" Galang meremat rambut di kepalanya. Keputus asaannya sudah sampai di ujung.

"Dan aku harus percaya? Sementara Kakak juga selalu berpikir kalau aku begitu?"

Galang kembali terdiam.

"Kamu jangan egois Ara!" Lalu dia menggeleng.

"Dan Kakak boleh?"

Pemuda itu memejamkan mata untuk beberapa detik. Mencoba menenangkan hatinya yang mulai kehilangan kesabaran.

"Aku masih punya tanggung jawab."

"Padahal bekerja di manapun akan tetap membuat Kakak bisa bertanggung jawab."

"Masalahnya ...."

"Jadi Kakak akan tetap menerima pekerjaan di Nikolai Grup?" Amara memelankan suaranya.

"Ya." Galang menjawab tanpa keraguan sedikitpun.

"Itu artinya kita akan berpisah." Amara berujar.

Pemuda itu mengerutkan dahi seraya mengikuti Amara yang bangkit dengan pandangannya.

"Kalau begitu, aku juga akan memilih mengejar mimpiku." lanjut gadis itu.

"Dan sepertinya kita nggak akan lagi bisa sejalan."

"Ap-apa?" Galang bereaksi.

"Terima kasih atas semuanya, untuk waktu yang Kakak luangkan untukku. Se nggaknya aku pernah bahagia dengan Kakak." Buliran bening menyeruak dari kelopak mata Amara, kemudian jatuh di lengannya yang bertumpu di pangkuan.

"Apa maksud kamu?"

"Setelah ini aku yakin kita nggak akan punya pemikiran yang sama. Jalan kita berbeda, dan semuanya nggak akan sesuai lagi. Jadi aku akan mengakhiri sampai di sini aja." katanya, sambil menyeka air mata di pipinya.

"Apa?"

"Tapi walau bagaimana pun, aku akan tetap sayang Kakak." Amara bangkit kemudian menghambur memeluknya. Dan sebuah kecupan lembut namun bergetar mendarat di bibir Galang yang tertutup rapat.

Pemuda itu membeku di tempatnya, dan dia masih mencoba mengerti dengan segala yang terjadi.

"Habis ini aku mau pergi ke Paris." ucap Amara yang kemudian segera pergi.

🥀 Flashback Off 🥀

Dan Amara pun tak dapat lagi menahan air matanya. Seperti malam-malam yang lalu, setiap dirinya mengingat pria itu, yang dia tinggalkan dua tahun lalu.

🌺

🌺

🌺

Bersambung ...

no caption ah, tapi jan lupa like komen sama hadiahnya. 😊

meet Ara dulu

Terpopuler

Comments

Yanthi

Yanthi

coba klo ara berjodoh dgn dimtri bukan kah sama aja, dimi jg akan lbh sibuk karna dia kan pewaris, membuktikan klo mgkin ara blom.bs move on dr dimitri

2023-07-01

1

Yanthi

Yanthi

ara salah, bahkan si novel sebelum arfan pernah bilang babwa apa yg di lakukan arfan adalah bentuk dr rasa trima kasih nya yg sdh menjadikan arfan orang yg brada di posisi yg baik, di mana arfan dlu bs kuliah dn bekerja di prusahaan satria

2023-07-01

0

mama kennand

mama kennand

sakit'ya tuh d sini ❤️🤣🤣🤣

2023-06-20

0

lihat semua
Episodes
1 Galang
2 Bestfriend Complex
3 Perdebatan Para Jomblo
4 Clarra
5 Pilihan
6 Percakapan Aneh
7 Antara Teman Dan Senior
8 Orang Dewasa
9 Kekangan
10 Memori Dan Kesempatan
11 Tugas Galang
12 Galang Dan Promosi Jabatan
13 Antara Mimpi Dan Realita
14 Prioritas
15 Sikap Clarra
16 Bersikap Baik
17 The Best Thing
18 Urusan Pribadi
19 Pekerjaan
20 Urusan Pribadi #2
21 Keadaan
22 Memory
23 Satu Hal
24 Rencana Ke Paris
25 Pacaran
26 Keadaan #2
27 Pagi Di Paris
28 The Moment
29 Perasaan
30 Bertemu Lagi
31 Yang Sesungguhnya
32 Laki-laki
33 Terlambat
34 Senior Dan Junior
35 Si Patah Hati
36 Ayo Ke Bromo?
37 Sunrise Di Pananjakan
38 Wisudanya Ara
39 Hati Yang Lega
40 Antara Mandiri Dan Usia
41 Petuah Ibu
42 Perasaan Dan Move On
43 Rasa Yang Kembali
44 Sebuah Percakapan
45 Sebuah Percakapan #2
46 Rasa Yang Baru
47 First Thing
48 Sebuah Kenyataan
49 Sebuah Kenyataan #2
50 Patah Hati
51 Masalah Hati
52 Hubungan
53 Pembukaan Kedai
54 Kabar
55 Perasaan
56 Amara's Love
57 Amara's Love #2
58 Hati Amara
59 Hubungan #2
60 Dificulties
61 Tentang Rasa
62 Bersama Daryl
63 Cerita Akhir Minggu
64 Pilihan
65 Galang Dan Ara
66 Berbicara
67 Hati Galang
68 Change
69 Fokus
70 Galang Dan Anya
71 Secangkir Kopi Dan Rasa Kangen
72 Project
73 Project #2
74 Face To Face
75 Kenyataan
76 Kedatangan Piere
77 Tamu Istimewa
78 Kebetulan?
79 Thing
80 Awarness
81 Berjaga-jaga
82 CCTV
83 Ego
84 True
85 Resiko
86 Project #3
87 Project #4
88 It's Not Oke
89 Kepastian
90 Perasaan Yang Sebenarnya
91 Dendam Dan Kesalahpahaman
92 Operasi
93 Kemaraha Arfan
94 Pain
95 Kecewa
96 Love Actualy
97 Hati
98 Daryl
99 Hubungan #2
100 Harapan
101 Drama Di Pagi Hari
102 Papa
103 Berdamai Dengan Keadaan
104 Benteng
105 Menikah
106 Mama
107 Pinangan
108 Orang Tua
109 Kekhawatiran Amara
110 Dua Sejoli
111 Pamit
112 Syukuran
113 Hari Pernikahan
114 Ujian Pertama
115 Ujian Kedua
116 Tugas
117 Ujian Ketiga
118 Pindah
119 Lebih Dekat
120 Drama Kamar Mandi
121 Kunjungan Clarra
122 Ujian Lainnya
123 Percakapan Di Pagi Hari
124 Drama Di Malam Hari
125 Making Love
126 Menantu
127 Operasi #2
128 Pasca Operasi
129 Kunjungan
130 Amara's Love
131 Rumah Sakit
132 Percakapan
133 Pulang
134 Papa Mertua
135 Wajah Amara
136 Tidur
137 Pergi Bekerja
138 Pillowtalk
139 Rahasia
140 Urusan Anya
141 Urusan Domestik
142 Malamnya Ara
143 Arkhan
144 Ulah Amara
145 Malam Minggunya Arkhan
146 Kekesalan Amara
147 Aturan
148 Keluhan
149 Jalan-jalan
150 Pemeriksaan Kandungan
151 Mama Dan Papa
152 Diskusi Pagi
153 Random Thing
154 Terapi Dan Kencan
155 Kecemburuan Arfan
156 Minggu Pagi
157 Sebuah Kejutan
158 Ceramahnya Papa
159 Rencana Dan Kehamilan Ara
160 Kelakuan Darren
161 Makanan
162 Moodnya Ara
163 Omelan Galang
164 Perhatian
165 Ulah Arkhan
166 Gara-gara Arkhan
167 Terapi Dan Check Up
168 Ketemu Si Kembar
169 Ocehan Anya
170 Pesta Resepsi
171 Urusan Hati
172 After Party
173 Urusan Hati #2
174 Pagi Di Paris
175 My Only One
176 MOO Ekstrapart 1
177 MOO Ekstrapart 2
178 MOO Ekstrapart #3
179 Moo Ekstrapaet #4
180 MOO Extrapart #5
Episodes

Updated 180 Episodes

1
Galang
2
Bestfriend Complex
3
Perdebatan Para Jomblo
4
Clarra
5
Pilihan
6
Percakapan Aneh
7
Antara Teman Dan Senior
8
Orang Dewasa
9
Kekangan
10
Memori Dan Kesempatan
11
Tugas Galang
12
Galang Dan Promosi Jabatan
13
Antara Mimpi Dan Realita
14
Prioritas
15
Sikap Clarra
16
Bersikap Baik
17
The Best Thing
18
Urusan Pribadi
19
Pekerjaan
20
Urusan Pribadi #2
21
Keadaan
22
Memory
23
Satu Hal
24
Rencana Ke Paris
25
Pacaran
26
Keadaan #2
27
Pagi Di Paris
28
The Moment
29
Perasaan
30
Bertemu Lagi
31
Yang Sesungguhnya
32
Laki-laki
33
Terlambat
34
Senior Dan Junior
35
Si Patah Hati
36
Ayo Ke Bromo?
37
Sunrise Di Pananjakan
38
Wisudanya Ara
39
Hati Yang Lega
40
Antara Mandiri Dan Usia
41
Petuah Ibu
42
Perasaan Dan Move On
43
Rasa Yang Kembali
44
Sebuah Percakapan
45
Sebuah Percakapan #2
46
Rasa Yang Baru
47
First Thing
48
Sebuah Kenyataan
49
Sebuah Kenyataan #2
50
Patah Hati
51
Masalah Hati
52
Hubungan
53
Pembukaan Kedai
54
Kabar
55
Perasaan
56
Amara's Love
57
Amara's Love #2
58
Hati Amara
59
Hubungan #2
60
Dificulties
61
Tentang Rasa
62
Bersama Daryl
63
Cerita Akhir Minggu
64
Pilihan
65
Galang Dan Ara
66
Berbicara
67
Hati Galang
68
Change
69
Fokus
70
Galang Dan Anya
71
Secangkir Kopi Dan Rasa Kangen
72
Project
73
Project #2
74
Face To Face
75
Kenyataan
76
Kedatangan Piere
77
Tamu Istimewa
78
Kebetulan?
79
Thing
80
Awarness
81
Berjaga-jaga
82
CCTV
83
Ego
84
True
85
Resiko
86
Project #3
87
Project #4
88
It's Not Oke
89
Kepastian
90
Perasaan Yang Sebenarnya
91
Dendam Dan Kesalahpahaman
92
Operasi
93
Kemaraha Arfan
94
Pain
95
Kecewa
96
Love Actualy
97
Hati
98
Daryl
99
Hubungan #2
100
Harapan
101
Drama Di Pagi Hari
102
Papa
103
Berdamai Dengan Keadaan
104
Benteng
105
Menikah
106
Mama
107
Pinangan
108
Orang Tua
109
Kekhawatiran Amara
110
Dua Sejoli
111
Pamit
112
Syukuran
113
Hari Pernikahan
114
Ujian Pertama
115
Ujian Kedua
116
Tugas
117
Ujian Ketiga
118
Pindah
119
Lebih Dekat
120
Drama Kamar Mandi
121
Kunjungan Clarra
122
Ujian Lainnya
123
Percakapan Di Pagi Hari
124
Drama Di Malam Hari
125
Making Love
126
Menantu
127
Operasi #2
128
Pasca Operasi
129
Kunjungan
130
Amara's Love
131
Rumah Sakit
132
Percakapan
133
Pulang
134
Papa Mertua
135
Wajah Amara
136
Tidur
137
Pergi Bekerja
138
Pillowtalk
139
Rahasia
140
Urusan Anya
141
Urusan Domestik
142
Malamnya Ara
143
Arkhan
144
Ulah Amara
145
Malam Minggunya Arkhan
146
Kekesalan Amara
147
Aturan
148
Keluhan
149
Jalan-jalan
150
Pemeriksaan Kandungan
151
Mama Dan Papa
152
Diskusi Pagi
153
Random Thing
154
Terapi Dan Kencan
155
Kecemburuan Arfan
156
Minggu Pagi
157
Sebuah Kejutan
158
Ceramahnya Papa
159
Rencana Dan Kehamilan Ara
160
Kelakuan Darren
161
Makanan
162
Moodnya Ara
163
Omelan Galang
164
Perhatian
165
Ulah Arkhan
166
Gara-gara Arkhan
167
Terapi Dan Check Up
168
Ketemu Si Kembar
169
Ocehan Anya
170
Pesta Resepsi
171
Urusan Hati
172
After Party
173
Urusan Hati #2
174
Pagi Di Paris
175
My Only One
176
MOO Ekstrapart 1
177
MOO Ekstrapart 2
178
MOO Ekstrapart #3
179
Moo Ekstrapaet #4
180
MOO Extrapart #5

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!