*
*
Galang menjatuhkan ponselnya dengan keras ke atas meja setelah mendapatkan laporam dari seseorang. Lalu dia memijit pangkal hidungnya yang terasa nyeri.
"Ada masalah?" Clarra menghentikan kegiatan makan siangnya.
Pria itu menggelengkan kepala, kemudian menyesap minuman dinginnya hingga hampir habis.
"Lalu kenapa kamu seperti itu?"
"Bukan urusanmu." jawab Galang, kemudian bangkit dari kursinya.
"Duh? Serius ya?"
Pria itu tak menjawab.
"Hey, mau ke mana? Ingat pekerjaan kita masih banyak!" Clarra mengingatkan.
"Hanya ke toilet." jawab Galang tanpa menoleh.
Dan benar saja, pria itu melenggang ke arah toilet di bagian lain restoran tersebut.
Dia segera masuk, kemudian memutuskan untuk membasuh wajahnya. Sekedar untuk menyegarkan pikirannya yang mulai tak karuan. Setelah melihat storry di akun media sosial milik Amara.
"Jadi penantianku sia-sia ya? Kamu bahkan tidak ingat sama sekali kepadaku?" Dia menatap cermin besar di depannya.
Toilet begitu sepi pada siang itu, dan hal tersebut membuatnya leluasa untuk berlama-lama berada di sana.
"Jadi semuanya benar-benar berakhir? Dan kita tidak ada kesempatan lagi?" Galang kembali berbicara.
"Lalu aku juga harus melupakanmu?" Dia menatap pantulan dirinya di cermin.
Sementara Clarra tertegun menatap ponsel pria itu yang menyala, dan terdapat panggilan dari sebuah nomor denga nama Ibu dan foto seorang perempuan paruh baya di layar.
Dia ragu, apakah harus menjawabnya atau tidak? Karena benda tersebut terus saja menyala untuk beberapa saat.
Namun karena si empunya ponsel tak kunjung kembali, maka Clarra memutuskan untuk menjawabnya. Walau di saat yang bersamaan si penelfon berhenti menghubungi.
Dan perempuan itu kembali tertegun ketika mendapati sebuah postingan dengan gambar seorang gadis yang lebih muda darinya. Tentu Clarra hafal dengan wajah tersebut.
Amara yang terlihat begitu ceria bersama beberapa orang yang di perkirakan adalah temannya. Namun ada satu hal yang membuatnya terheran-heran. Ketika di beberapa gambar lain dia menemukan gadis itu bersama seorang pria yang sama.
Mereka terlihat begitu dekat. Tampak dari gestur dan sikap mereka yang tak biasa. Bahkan beberapa video menunjukkan kedekatan dan kemesraan di antara keduanya. Siapa pun akan mengira jika mereka merupakan pasangan kekasih, dan kemungkinan hal inilah yang membuat Galang terlihat gusar.
"Ehm ...." Suara dehaman membuyarkan lamunannya. Membuat Clarra terkejut dan memalingkan perhatian.
Galang sudah berada di sana dengan penampilan berbeda. Dia melepaskan jasnya, sehingga hanya terlihat mengenakan kemeja yang bagian lengannya digulung sampai sikut.
"Umm ...." Perempuan itu menatapnya tanpa berkedip. Baru kali ini dia melihat seorang pria dengan pandangan seperti ini, dan suasananya tiba-tiba saja terasa canggung.
"Menyelidiki barang pribadiku juga heh?" Galang berujar, kemudian dia kembali duduk di kursinya.
"Tadi ada yang menelfonmu." Clarra menjawab.
"Siapa?" Galang mendengus kasar dengan raut wajah tidak suka.
"Tidak tahu, makanya aku melihatnya. Tapi belum sempat aku lihat dia mematikan sambungan?"
Galang menatap tajam, dan Clarra kembali pada kegiatan makannya.
"Kamu mungkin punya wewenang untuk mengawasi aktifitas semua staff utama Nikolai Grup. Tapi ingat, kamu tidak memiliki hak untuk menyelidiki terlalu jauh. Terutama karena ini ponsel pribadiku." Galang berujar.
"Kamu mungkin sekretaris andalan Nikolai Grup, tapi itu tidak membuatmu bisa berbuat seenaknya kepadaku."
Clarra terdiam. Baru kali ini ada seseorang yang berani berkata begitu kepadanya. Terutama karena dia merupakan orang yang belum terlalu lama bergabung dengan perusahaan tempatnya bekerja.
Semua orang akan selalu tunduk pada apa pun yang dia katakan karena memandang posisinya sebagai sekretaris andalan dan hubungan kekerabatannya dengan pemilik perusahaan. Arfan bahkan memggantungkan segala hal kepadanya selama dia menjabat sebagai pengganti Satria di Nikolai Grup.
Tapi pria ini, sejak awal tidak pernah menunjukkan sikap seperti itu. Meski posisinya jelas lebih tinggi dan dari segi usia juga lebih tua darinya, Galang tampak tidak pernah terintimidasi. Meski sikap dingin dan kurang bersahabat kerap Clarra tunjukkan kepadanya di awal dia bekerja, Galang tetap bersikap biasa.
"Kamu dengar tidak?" Pria itu menegaskan ucapannya.
"De-dengar." Clarra tergagap.
"Jadi tidak usah berusaha untuk mencari tahu apa pun yang sebenarnya tidak perlu kamu cari tahu."
"Iya, aku hanya tidak sengaja. Sudah aku katakan tadi kalau ...."
"Ya Bu?" Galang menjawab panggilan yang kembali berlangsung dari sang ibu.
Pria itu terdiam mendengarkan ibunya berbicara di seberang sana, dan raut wajahnya tampak berubah.
"Apa serius?"
"...."
"Bagaimana kata dokter?"
" ...."
"Baik, nanti sore aku pulang. Tenanglah."
"Kenapa?" Clarra tak bisa tinggal diam begitu saja.
"Tidak kenapa-kenapa. Selesaikan makanmu, kita harus kembali bekerja bukan? Aku mau ini cepat selesai." Galang menjawab dengan nada ketus.
Siapa seniornya di sini ya?
Clarra mengerutkan dahi. Namun tak urung juga dia melakukan apa yang pria itu katakan seolah dia yang paling berkuasa di tempat ini.
***
"Bagianmu sudah selesai?" Clarra mendekap file yang dia dapatkan saat turun dari lantai paling atas tempatnya bertugas.
Berpapasan dengan Galang dan beberapa staff lain setelah pekerjaan mereka selesai pada hampir petang itu membuatnya menghentikan langkah.
"Sudah. Dilanjutkan besok pagi kan?" Pria itu menjawab dengan raut lelah. Penampilannya saja sudah tak serapi sebelumnya. Dia bahkan sudah melepaskan dasi yang sejak pagi terlilit di bawah kerah kemejanya.
"Hmm ...." Clarra menganggukkan kepala.
"Baiklah." Galang berhenti berjalan.
"Sepertinya aku tidak bisa ke lantai atas, harus pulang sekarang juga." lanjutnya, dan dia menyerahkan file di tangannya kepada Clarra.
"Ada apa sekarang?"
"Aku harus pulang ke Bandung, kembali besok subuh." Galang menjawab.
"Ada masalah?" Clarra mendekat.
"Tidak ada."
Perempuan itu sedikit menjengit.
"Hanya saja ayahku masuk rumah sakit." Namun Galang melanjutkan.
"Kenapa bisa?"
"Dia jatuh dari atap rumah waktu membetulkan genteng. Sekarang sudah baikan tapi tetap saja aku harus ...."
"Aku ikut." Tiba-tiba saja Clarra berujar, seraya meletakkan file di meja resepsionist.
"Ap-apa?" Yang tentu saja membuat Galang cukup terkejut.
"Aku bilang aku mau ikut ke Bandung." Clarra mengulangi ucapannya.
"Kamu bercanda ya?"
"Apa kamu pernah melihatku bercanda sebelumnya?" Perempuan itu maju dua langkah sehingga membuat jarak di antara mereka hampir menghilang.
"Kenapa kamu ini?" Sementara Galang hampir mundur karena merasa keadaannya tidak dalam batas aman.
"Kamu tahu, aku belum pernah pergi kemanapun setelah bekerja. Tapi sepertinya ikut denganmu adalah ide yang bagus?"
"Hah?" Galang mengerutkan dahi.
"Ayolah, ... aku mau ikut!" Katanya lagi seraya menarik pergelangan tangan pria di depannya.
***
"Kamu yakin mau ikut denga penampilan seperti itu?" Galang menatap Clarra dari atas ke bawah.
Perempuan itu mengenakan blazer dan rok sebatas lutut dengan tatanan rambut yang begitu rapi khas sekretaris pada umumnya. Malah bisa di katakan jika dia merupakan sekretaris yang cukup cantik.
Selain kecakapannya dalam bekerja, Clarra juga memiliki penampilan yang begitu menarik sehingga membuatnya semakin terlihat sempurna.
"Memangnya kenapa?" Clarra melipat kedua tangannya di dada. Merasa Galang sedang meremehkannya.
"Tahu sendiri aku pakai motor kan?" Pria itu menyalakan kuda besinya.
"Iya, lalu?"
"Ini ke Bandung lho, bukan ke Ancol."
"Kamu pikir aku nggak bisa naik motor karena cuma pakai rok?" Clarra bereaksi.
"Masalahnya ...."
Belum Galang menyelesaikan kalimatnya, perempuan itu sudah naik ke motor dengan sedikit menaikkan roknya.
"Umm ...."
"Cepat jalan, atau kita aka kemalaman." Perempuan itu merapatkan helmnya.
"Serius ini kamu mau ikut?" Galang mencoba meyakinkan.
"Iya, tunggu apa lagi?" Clarra menepuk punggung pria itu yang sejak tadi memang sudah siap di atas motornya.
"Iya iya ish!! nggak sabaran banget sih jadi orang?" Galang malah menggerutu.
"Pegangan!" Katanya, seraya melepaskan rem yang dia cengkeram erat sebelumnya. Kemudian memutar gas dengan cukup kencang.
Clarra menurut saat mesin beroda dua itu melesat dari area parkir gedung Nikolai Grup, menembus lalu lintas kota Jakarta yang padat pada hampir petang tersebut.
*
*
*
Bersambung ...
Lah, kok Clarra sih, mana Ara nya kok belum nongol?
Sabar gaes, orang sabar pantatnya lebar. 😆😆
we do it nice and slow oke? biar ada gemes-gemesnya gitu. 😂
lope lope sekebon 😘😘
Meet mbak Clarra dulu ya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments
Dwisur
cakep
2023-10-23
1
fifid dwi ariani
trus bahagia
2023-02-25
0
linno
rada gak bener ini si mbak..deket aja kagak, main ikut aja sama lawan jenis 🙄🙄
2023-01-29
0