🌺
🌺
"Anom?" Zenya berlari ke arah rumah begitu orang tuanya membiarkannya turun dari mobil mereka.
"Kesorean Oneng!" Angga menyambut kedatangan anak menantu juga cucunya dari dalam rumah. Kemudian meraup tubuh kecil Zenya ke dalam pangkuan dan memeluknya dengan erat.
"Jejen lama amat Anom tungguin? Apa aja sih di sana?" Lalu dia beralih kepada sang cucu.
"Nonton Om Galang balapan, habis itu nungguin Anya naik motornya Om Galang." Bocah itu bercerita.
"Anya di mana?" Angga bertanya.
Lalu terdengar suara raungan motor dari arah rumah sebelah.
"Sama Om Galang." Zenya menunjuk ke arah samping.
Dan benar saja, beberapa menit kemudian Galang muncul dengan menggandeng tangan Anya. Masih dengan riding suitnya yang tampak berantakan. Sementara motornya dia tinggalkan di pekarangan rumah orang tuanya.
"Dari cikole dia ikut kamu?" Angga bereaksi.
"Iyalah, apa lagi? Tahu sendiri Anya susah dibilangin." Galang menjawab.
"Iya, karena kamu selalu nurutin apa yang dia mau kalau ketemu." Pria itu melanjutkan.
"Aki Anom!!" Anya melepaskan tangannya dari genggaman Galang, kemudian berlari ke arah sang kakek.
"Baru ingat sama Anom ya? Kalau sama Om Galang kamu suka lupa?" Angga berjongkok, kemudian menyambut cucu perempuannya. Memeluknya seperti yang dia lakukan kepada Zenya.
Namun, anak perempuan itu hanya tertawa sambil mengeratkan rangkulan tangannya kepada sang kakek.
"Anom mau ke mana? Kok udah rapi gini?"
"Tadinya mau ajak kamu sama Jejen pergi, ...."
"Zen." Rania, Dimitri dan Galang bersamaan mengingatkan.
"Iya Zen."
"Pergi ke mana?" Anya bertanya lagi.
"Ke rumah uyut. Tapi kalian telat, udah keburu sore. Jadinya batal, lagian Jejen ...."
"Zen." Rania, Dimitri dan Galang kembali mengingatkan.
"Iya iya, Zen. Ribet amat dah ah!" Pria itu menggerutu.
"Kenapa cuma Zen yang Anom ajak? Aku nggak?" Anya menunjuk wajahnya sendiri.
"Memangnya Anya mau ikut? Kan biasanya juga nggak mau? Apalagi kalau ada Om Galang?" Sindir Angga sambil mendelik.
"Ikut, Om Galangnya juga mau pulang ke Jakarta." Anya berucap.
"Masa?"
Kemudian anak itu mengangguk.
"Tadi ngobrolnya gitu."
"Iya Lang?" Rania menoleh ke arah sahabatnya.
"Iya."
"Tumben? Biasanya Senin pagi kamu berangkat?" Angga juga bertanya.
"Ada yang harus di siapkan Om, dan besok pembukaan lowongan kerja besar-besaran, jadi semua staff harus ada di sana dari pagi." Galang pun menjawab.
"Oh, ...."
"Kamu sibuk juga dong?" Rania beralih kepada suaminya.
"Tidak, itu hanya urusan staff saja." Pria itu menyanggah.
"Om Andra juga?"
"Tidak, dia menyelesaikan pekerjaan bersamaku."
"Oh, ... kirain?"
"Ya udah, kalau gitu cepat masuk. Sebentar lagi magrib." Angga bangkit sambil menggendong kedua cucunya ke dalam rumah.
"Kamu mau ikut masuk Lang?" tawar Rania kepada sahabatnya.
"Nggak deh kayaknya. Aku harus bersiap-siap." Namun Galang menolak.
"Ya udah kalau gitu, aku masuk ya?" ucap Rania kemudian.
"Hmm ..." Galang pun mengangguk.
Namum dia tak segera pergi, dan malah menunggu di sana sampai sahabat dan suaminya yang merupakan atasannya itu masuk ke dalam rumah.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Kalian pulang besok pagi kan?" Maharani berbaur dengan seluruh anggota keluarganya setelah membereskan bekas makan mereka bersama Rania.
"Iya Mom." Dimitri menjawab.
"Kamu cukup santai akhir-akhir ini?" Perempuan itu bertanya kepada sang menantu.
"Tidak juga, tapi masih ada kelonggaran lah. Kalau hanya sebentar bisa di tangani Om Andra." jelas Dimitri.
"Baguslah. Masalahnya kalau malam-malam begini kalian pulang Mama khawatir dengan anak-anak."
"Iya Mom."
"Anya dan Zenya belum mulai sekolah?"
"Minggu depan Mom."
"Mereka mulai di TK?"
"Sepertinya begitu. Mau langsung ke SD kan sekarang tidak bisa."
"Ya nggak lah, masa langsung masuk SD!" Rania muncul kemudian.
"Kalian udah ngantuk belum?" Lalu dia sedikit berteriak kepada anak-anaknya yang berada di halaman belakang bersama kakek mereka.
Namun tak ada yang menyahut.
"Mana ada? Paling mereka begadang lagi. Setiap Kakak menginap kan gitu?" Rega duduk di sofa dekat ibunya, dengan satu kaleng minuman dingin di tangannya.
"Ah, ... iya lupa." Rania menepuk dahinya sendiri.
"Seperti biasa, siapin aja kasur udaranya di sini. Jadi kalau mereka capek bisa tidur sekalian." Maharani menunjuk area di depan televisi yang memang selalu menjadi tempat tidur suami dan kedua cucunya ketika mereka menginap.
"Iya nanti aku siapin."
"Kalau begitu, boleh aku tidur duluan?" Dimitri meminta izin.
"Aku juga Mah. Hari ini ngejar-ngejar Anya sama Zenya rasanya aku capek." ucap Rania setelah melakukan apa yang ibunya katakan.
"Iya, sana tidur. Biar besok nggak kesiangan."
"Nggak apa-apa Mama nunggu Papa sendiri?"
"Nggak apa-apa, ada Ega."
"Oke kalau gitu." Kemudian Rania bergegas menyusul suaminya ke kamar mereka.
***
"Kamu lihat apa sih?" Rania menghampri Dimitri yang berdiri di dekat jendela. Membuka tirainya sedikit, lalu menatap ke arah luar.
Pria itu menyentakkan kepala ke arah rumah di sebelah. Di mana seorang pria yang seumuran Rania tengah bersiap dengan Kawasaki Ninja miliknya.
"Kamu ngintipin Galang?" Rania bereaksi.
"Hanya melihat sedikit."
"Dia kok baru mau berangkat? Udah malam lho ini?" Rania menarik lengan suaminya, kemudian melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Emang iya besok ada pembukaan lowongan kerja di Nikolai Grup?" Kemudian dia bertanya.
"Iya."
"Besar-besaran?"
"Iya."
"Emang Nikolai Grup lagi butuh banyak karyawan?"
"Iya. Perusahaan terus berkembang, dan dengan karyawan yang sekarang sudah pasti tidak akan bisa mengejar deadline." Dimitri menjelaskan.
"Nikolai Grup itu perusahaan besar lho, pasti karyawannya juga banyak?"
"Tapi tetap tidak cukup. Belum lagi cabang baru juga akan segera di buka. Terus yang lainnya menyusul."
"Yang lainnya itu apa?"
"Kamu tahu sendiri. Hotel, resort, pembangunan jalan, pabrik-pabrik. Bukan cuma di Jakarta kan?"
"Dih, makin banyak aja usaha kamu?"
"Ya bagus, itu artinya perusahaan semakin maju."
"Nggak pusing apa ngurusin segitu banyak usaha?"
"Ada staff."
"Kan banyak."
"Pusing tidak, tapi yang sulit itu mempertahankan agar perusahaan tetap stabil. Harga saham tidak anjlok, dan semua hal berjalan pada sistemnya." Dimitri mundur kemudian duduk di tepi ranjang.
"Nah caranya gimana?"
"Ya membuat masing-masing cabang usaha tetap berjalan."
"Terus biar bisa terus berjalan gimana?"
"Ya membuat inovasi, memunculkan hal baru, dan meningkatkan kualitas pekerjaan."
"Termasuk nambah pegawai?"
"Itu untuk menjalankan siatemnya Zai."
"Gitu ya?"
"Hmm ... tapi semua orang jadi makin sibuk ya? Contohnya Galang."
"Itu resikonya. Kamu sudah tahu bukan?"
"Iya, tapi kalau di lihat-lihat kasihan."
Dimitri terdiam.
"Dia jadi nggak punya kehidupan pribadi. Nggak sempat ngapa-ngapain selain kerja. Makanya jomblo terus."
"Kenapa kamu jadi memikirkan Galang?"
"Kasihan, kayaknya gara-gara itu Ara mutusin dia?"
"Masa? Memangnya Galang bilang begitu?"
"Ya nggak juga sih. Sampai sekarang nggak ada yang tahu penyebab mereka putus itu apa. Karena pekerjaan kah, atau pendidikan kah. Hubungan jarak jauh atau restunya Om Arfan."
"Apa hubungannya dengan Om Arfan?" Dimitri mengerutkan dahi.
"Ck! Kayak yang nggak tahu aja gimana Om Arfan sama Galang?"
"Memangnya bagaimana?"
"Nggak lihat apa kalau kakak ipar kamu itu kayaknya nggak suka sama Galang."
"Benarkah?"
"Dari sikapnya aja udah keihatan."
"Masa? Aku tidak melihat begitu. Kalau masalah cuek, memang Om Arfan begitu orangnya. Tidak terlalu merespon siapa pun yang tidak terlalu dekat dengannya."
"Tapi nggak gitu juga. Kamu ingat nggak waktu dia ngajarin Galang untuk jadi asisten kamu?"
"Yang mana?"
"Yang waktu dia ngajarin presentase. Dia galak bener, sampai sering mukul segala pakai map?" Rania mengingat saat dirinya berkunjung ke kantor Nikolai Grup sekitar dua tahun yang lalu.
Saat meihat Galang yang waktu itu baru saja masuk secara resmi sebagai staff utama bagi suaminya. Belajar dengan keras di bawah pengajaran Arfan yang memang bertugas dalam pendidikan bagi jajaran staff utama di Nikolai Grup.
Dimitri tertawa.
"Kenapa ketawa?"
"Itu masih belum seberapa."
"Belum seberapa apanya? Itu kejam tahu. Kasihan Galang. Emaknya aja ngga pernah bentak-bentak dia kayak gitu, apalagi mukul?"
"Ini kan masalah pekerjaan. Lagi pula Om Arfan tidak bermaksud memukul, hanya membuat dia atau siapa pun yang di ajarinya memiliki mental yang kuat. Kamu tahu, bekerja di Nikolai Grup itu bukan hanya soal kemampuan inteligensi, tapi juga mental."
"Ya kali itu sama Galang doang?"
"Ya tidak. Kepada demua yang di ajari dia begitu. Termasuk aku dan Kak Dygta."
"Masa? Kamu kan adik iparnya, sementara Kak Dygta istrinya?"
"Tidak ada bedanya. Kalau sedang bekerja dia profesional, tidak akan memandang hubungan keluarga atau apa pun."
"Kejam."
Dimitri tertawa lagi.
"Eh tapi kalau lagi nggak kerja dia baik kan?"
"Baik, memangnya pernah melihat Om Arfan bersikap tidak baik kalau bertemu kita?"
"Nggak sih. Cuma dia kayaknya jaga jarak sama semua orang."
"Memanh dia begitu."
"Huh, ... aneh."
"Kenapa? Memangnya kamu mau suamimu berlagak dekat dengan siapa pun." Pria itu mencondongkan tubuhnya.
"Ya nggak juga sih."
"Dari situ seharusnya kamu mengerti."
"Mengerti soal apa?" Rania pun duduk di sampingnya.
"Soal interaksi denga orang lain, walaupun itu sahabatmu sendiri."
"Maksudnya?"
"Sudah aku bilang bukan kalau kamu jangan terlalu dekat dengan Galang?"
"Lah, kenapa? Dia sahabat aku dari kecil. Kamu nggak suka? Sama Galang juga cemburu?"
"Bukannya begitu, hanya saja ...."
"Udahlah, aku capek, ngantuk juga mau tidur." Rania naik ke tempat tidurnya.
"Lama-lama bosen juga bahas itu terus. Padahal udah tahu gimana, tapi tetep aja nggak ngerti!" Dia pun menggerutu.
"Bukan begitimu Zai, aku hanya ...."
"Stop! Tidur aja, kalau di terusin nanti kita berantem." Rania menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya.
"Lho, Zai?"
"Ssttt! Jangan macam-macam."
"Tidak, aku hanya mau satu macam."
"Akunya nggak mau. Ngantuk!" Perempuan itu dengan tegas.
Hmm ... bestfriend kompleks. Pasti begini setiap kali itu di bahas.
Dimitri mengusap wajahnya, kemudian memutuskan untuk tidur.
🌺
🌺
🌺
Bersambung ...
Gimana gimana? 😆😆
like, komen, hadiah, favoritkan!
Note : Aki Anom
Aki \= kakek
Anom \= Muda ( dalam bahasa Sunda )
Aki Anom \= Kakek Muda
Yang terkadang di jadikan panggilan kesayangan bagi sebagian orang, terutama dalam hubungan keluarga seperti Angga dan cucu-cucunya. 😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments
mama kennand
pusing dah 🤣🤣🤣
2023-06-19
0
linno
itu spy gak gampang dimanfaatin orang lain
2023-03-26
0
fifid dwi ariani
trus sabar
2023-02-25
0