Setelah drama pelepasan cincin itu, aku dan Arjuna pamit pada ibu dan bapak. Sedih rasanya harus tinggal terpisah dengan mereka. Pingin nangis, tapi gimana? Tengsin donk sama si Juna.
Sebenarnya bukan hal baru, aku menginjakkan kaki dirumah ini. Dari dulu aku sering diajak Arjuna mampir kerumahnya. Dan semenjak lulus kuliah pun, aku masih suka kemari untuk mengajar private si Bayu, adik bungsu Arjuna.
Maklumlah, berkat keenceran otakku ini. Aku sudah jadi Dosen disebuah kampus favorit dikota ini.
Kemarin - kemarin aku datang hanya sebagai guru private dan tamu keluarga. Eehh, sekarang datang sebagai menantu keluarga Wiyaya putra. Mimpikah ? Dulu membayangkan pun tak berani. Sekarang terjadi malah membuatku takut.
" Terima kasih, kamu mau tinggal disini sayang.!" Ujar tante Shinta menyambut kami dengan tangan terbuka.
" Iya, tante. Maaf jika nantinya saya merepotkan tante.!"
" Tidak sayang, kami lah yang merepotkan kamu. Terima kasih untuk semuanya sayang.!" tutur lembutnya, lalu memelukku penuh kehangatan. Tante Shinta memang orang yang sangat baik, lagi lemah lembut.
" Harusnya bukan tante, tapi mama. !"
Sahabat jadi suami, majikan jadi mertua. Iya, aku kan bekerja dirumah itu sebagai guru private. Jadi beliau adalah majikan bukan. Dia membayarku. Aku menggelengkan kepala. Takdir hidupku memang aneh.
Aku mengekori tante Shinta, ehh mama Shinta yang menuntunku kekamar Arjuna. Sampai didepan kamarnya, membuat bulu tengkuk meremang. Sumpah! Seketika bagiku kamar ini sangat horor, lebih horor dari rumah hantu dan setan didalamnya.
Setelah pintu terbuka, aku melangkah masuk. Ku ucapkan salam terlebih dahulu. Lirih memang, karena aku akan jadi penghuni baru kamar ini. Aku mengedarkan pandanganku, mengamati ranjang bertabur bunga mawar. Wangi bunga memanjakan indera penciumanku. Membuatku membayangkan sesuatu, mulai malam ini aku dan Arjuna tidur bersama disini dikamar ini?
" Farhana " lirih tante Shinta.
" Terima kasih yaa, sudah berkorban sebesar ini untuk kami. Kedepanya kamu maukan melakukan tanggung jawab sebagai seorang menantu keluarga Wijaya Putra.? Jadilah istri yang baik dalam melayani suamimu. Lakukan tugas mu sebagai seorang istri." Tante Shinta mengerling nakal.
Aku dan tante Shita menoleh kepintu. Syukur, Arjuna datang. Jadi aku tak perlu menanggapi perkataan tante Shinta. Arjuna datang membawa tas berisi pakaian dan keperluanku yang lainnya.
Aahh, jadi gugub gini. Jantung oh jantung bersahabatlah jangan seperti ini.
" Dan Juna, perlakukan Hana sebagai istrimu. Jangan liat dia sebagai sahabat mu lagi.!"
Arjuna menatapku sejenak, lalu tersenyum miring pada tante Shinta. Aku yang ditatap merasa agak risih gimana gitu.?
" Jangan menunda momongan, mama sudah pingin banget gendong cucu.!" tante Shinta tersenyum memandang kami bergantian, lalu pergi meninggalkan kamar.
Tinggalah kami berdua dikamar ini, kamar pengantin. Pengantin siapa.?
Arjuna menatapku lagi, membuatku refleks menelan salivaku susah payah. Aku benar - benar benci perubahan ini. Saat ini, gak tau kalau nanti.
Yaa ampun, tante Shinta bilang apa tadi, cucu.? Demi apa pun aku ingin keluar dari kamar pengantin ini sekarang juga. Disini terasa sangat panas, ada desir aneh yang menjalar dan bergejolak saat ini. Sinyal bahwa aku ini perempuan normal yang memiliki nafsu pada lelaki tulen. Hanya saja ada rasa yang mendominasi... Geli. Hhiiyy!
Segera aku melangkah, untuk keluar dari kamar horor ini. Saat didepan pintu, Arjuna memegang lenganku. Oh, Tuhan.! Aku menoleh, membuat tatapan kami bertubrukan dengan jarak wajah yang sangat dekat.
" Kemana.?"
Aku hanya nyengir kuda, bingung juga mau jawab apa ? Kemana saja asal bukan disini. Sekalipun kegudang yang banyak kecoaknya, asal tidak disini, kamar pengantin yang horor.
" Bantuin aku, dulu yuuk!" pintanya dengan bibir berkedut.
" Ap _ apa Jun?" terbata saking gugupnya.
" Bukain sesuatu."
" Bu_ bukain apa?"
Arjuna menyeringai jail. Lantas menutup pintu kamar, dikunci pula. Aakhhh... frustasi tingkat dewa.
Dia berjalan kearah tempat tidur, " Sini. !" dia menoleh padaku.
Seketika pikiranku melayang kemana - mana. Haruskah sekarang? Apa ini saatnya? Sungguh, aku benar - benar belum siap.
*Tidak mungkin dia akan melakukannya , dia masih patah hati. Masih marah, kecewa pada Dafina. Tidak mungkin dia tega melakukannya padaku, aku sahabat baiknya. Yaa.!
Tapi _ tapi bukannya dalam keadaan seperti ini seseorang kehilangan kadar kewarasannya. Mereka butuh pelampiasan kemarahannya. Bagaimana jika dia melampiaskan kemarahannya dengan cara itu padaku. Akhhh*,
Pergulatan batinku yang membuatku semakin gugup saja. Haah, sudahlah.
" Mau apa.?"
Arjuna tersenyum geli, " Kamu gak denger tadi mama bilang apa?"
Ragu serta takut. Aku berjalan mendekat. Astafirullah, jantungku berdebar kian menggila saja. Kuremas tangan yang sedari tadi gemetar dan terasa dingin.
Bukankah ini kewajiban seorang istri.Oke, Farhana liat dia sebagai laki - laki, lupakan bahwa dia sahabatmu. Karena kenyataannya dia suamimu sekarang. Tepis semua rasa aneh ini. Aku dan dia juga sudah halal.
Walau pun sangat terpaksa dan akan menyakitkan. Setidaknya aku tidak akan dilaknat malaikat karena menolak melayani suamiku.
Perlahan melangkah, akhirnya aku sampai juga dihadapannya. Ehh, dia malah tertawa. Membuatku jadi makin salah tingkah saja. Akhh.. sungguh menyebalkan dalam situasi seperti ini.
Ku kerutkan keningku, saat melihat Arjuna menarik keranjang berisikan banyak kado untuk pernikahannya. Kenapa pernikahannya bukan pernikahan kita? Karena ini semua kado untuk pernikahannya dengan Dafina bukan dengan ku.
" Jadi mau buka ini?" aku merasa sedang dipermainkan sahabat ku ini. Eh, suami yaa.
" Kamu pikir apaan?" Arjuna terkekeh, dari gelagatnya dia memang sengaja menggodaku. Aku saja yang bodoh, udah sering digoda masih aja kejebak gini.
Aku menghela nafas, lega. Malu, sudah berfikir yang bukan - bukan. Dasar dia, ini.! Kami pun tertawa, menghilangkan kecanggungan. Konyol memang.
" Ishh, kau ini Han.!" katanya sambil menggelengkan kepalanya.
Aku tersenyum, " Nah, gitu donk Jun. Ketawa lagi. Aku suka kamu yang kaya gini. Gak seperti kemaren.!"
Dia pun ikut tersenyum, " Kalau kamu suka aku ketawa, berarti kamu mengakui kalau aku ini cakep.?"
" Yaa, mulai deh narsisnya. Tapi, Iya kamu cakep. Gak apalah aku mengakui, yang penting kamu ketawa lagi."
" Ehmmm, Jun. Bodoh banget yaa, Dafina ninggalin pernikahannya sama kamu.
Seketika raut wajah Arjuna kembali menegang. Aku pun menyesali perkataanku barusan. Tapi aku hanya penasaran, mengapa sikapnya seolah tanpa beban. Dia sungguh pandai berpura - pura.
Tak mendapat jawaban aku pun merutuki kebodohanku. Sahabat macam apa aku ini.?
Bodoh kamu, Han. Sudah tahu luka hatinya masih mengangah, malah kamu menabur garam diluka itu. Bodoh - Bodoh - bodoh.
Terima kasih, semoga suka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Mentari.f.v
mampir kak, salam "3 Serangkai"
2022-05-12
0
Moelyanach
bgus seh cm gntung
2021-08-30
0
Bundanya Naz
suka dgn gayanya author berkisah yg sesekali diselipkan dgn humor..😊
2020-11-01
0