Malam semakin larut, setelah obrolan koyol antar sahabat. Aku dan Juna memilih untuk tidur, berbagi ranjang dan saling memunggungi. Sunggu menggelikan.
Aku berusaha memejamkan mataku tapi tak bisa terlelap. Masih terlalu sulit menerima kenyataan ini. Ingatanku kembali menerawang kemasa lalu. Banyak hal yang terjadi, sejak SMP sudah bersahabat dengan Arjuna. Banyak hal yang dilalui canda tawa, sedih duka, dilewati bersama.
Lebih dari 12 tahun kami bersahabat, aku kira kita akan bersahabat selamanya. Tapi, ternyata takdir berkata lain. Kami malah disatukan dalam satu ikatan suci pernikahan.
" Belum tidur?" tanya Arjuna yang menyadari gerak - gerikku.
" Haah, belum. Gak bisa tidur."
Arjuna berbalik menghadap padaku. Begitu juga aku. Hingga, kini kami saling berhadapan dengan batas guling ditengah - tengah. Mulutku terngagah dan mataku terbelalak, saat dia menyingkirkan guling itu. Dan lebih kaget lagi saat dia bergeser mendekat padaku.
" Mau apa,..?" Seketika aku bergidik, merasa ngeri sendiri. Susah payah aku menelan salivaku, sambil bergeser ketepi tempat tidur.
Arjuna tersenyum geli, melihat ekspresi dan tingkahku. Konyol memang.
" Aku tuu sekarang suami kamu, mau ngapain aja kamu nggak boleh nolak.!" seringai jail nampak dibibir merahnya.
Haahh, pakai AKU KAMU segala lagi.
" Aku _ Aku belum siap Jun." kataku terbata. Lha malah ikutan Aku - kamu juga. eh.
Arjuna tertawa pelan, sepertinya dia memang sengaja menggodaku. Pipi ini seketika terasa menghangat, bersamaan dengan jantung yang debugnya kian menggila saja. Padahal dia juga sering menggodaku. Tapi, kenapa ini berbeda rasanya. Astafirullah, ini benar - benar memalukan.
" Mama, mau kamu tinggal dirumah." kata Arjuna seolah mengusir kecanggungan.
" Seorang istri itu harus ikut kemana pun suaminya tinggal.!" sambungnya pelan berbalik menatap langit - langit kamarku.
Istri, Apa dia bilang tadi Istri. eh
Aku mengangguk, sekuat tenaga bersikap biasa saja. Tapi, aku mendadak kaku. Apa karena dia sekarang suamiku yang harus aku hormati.
" Gimana perasaanmu sekarang.? tanya Arjuna sekelebat menoleh padaku.
" Aneh, serasa jadi orang asing gitu.!"
Arjuna berdehem, tanda dia juga merasakan hal yang sama.
" Kita terjebak. Untuk menjalaninya sulit, mengakhirinya pun nggak enak sama orang tua kita." Aku menghela nafas.
" Jalani saja. Seiring waktu karena terbiasa bersama, cinta akan datang dengan sendirinya."
Eeaaa... ngomongin cinta sama sahabat sendiri yang terang - terang udah bersepakat nggak boleh ada yang namanya jatuh cinta diantara kita.
Seketika membuat aku membayangkan, bagaimana kalau hanya aku yang cinta sedangkan dia tidak. Sebab nggak akan mudah bagi Arjuna melupakan Dafina yang meninggalkannya tanpa alasan.
Membayangkan, perasaan yang tak terbalas itu sangat menyakitkan dan menyedihkan. Bukan ?
" Gimana kalau aku nggak kuat.?"
" Harus kuat.!"
" Gimana kalau aku menyerah.?"
" Gampang, tinggal lambaikan tangan kearah kamera.!"
" Buukk."
Satu bantal kulemparkan kewajahnya. Dia ini, orang lagi serius juga.
" Gak takut dosa? Sahabat mu ini sekarang sudah sah jadi suami kamu lho.!" Dia terkekeh dan membuatku semakin kesal karenanya.
" Gak lucu.!" sungutku mendelik menatap tajam Arjuna.
" Nggak usah marah, cepet tua lho bu Dosen. Ntar keriputnya muncul lho.!"
Nyebelin banget sih, memang.!
Aku berbalik, tidur memunggunginya lagi. Hanya keheningan yang tercipta setelahnya. Mungkin dia sudah mulai terlelap. Entahlah.
Mataku tertuju pada cincin berlian yang melingkar dijariku. Cincin yang tertera nama Dafina didalamnya. Tapi, cincin itu tadi yang aku perjuangkan dari Arjuna yang ingin melepasnya.
Sesak, memang.Tapi, bagiku ini sebagai bukti, kalau aku tak mau main - main dengan pernikahan ini. Sekalipun tanpa cinta.
Apalagi namanya kalau bukan takdir Allah.? Melamar, nama undangan, tulisan dekorasi hingga buku akta pernikahan yang dibawa pak penghulu pun nama Dafina. Ehh, tapi nikahnya sama aku. Terkadang takdir memang tak bisa ditebak. Tuhan yang berkehendak.
*****
Pagi itu begitu bangun, serasa mimpi Arjuna sahabat baik yang terkadang menyebalkan itu, kini adalah suamiku. Rasanya sungguh aneh, sahabat tapi menikah. Kaya film aja.
Namun, kini keadaanlah yang memaksaku menerimanya sebagai suami yang harus aku patuhi dan hormati. Harus ku terima dengan ikhlas, takdir ini.
Anggaplah menang lotre, menikah tiba -tiba. Dapat suami ganteng, mapan pula. Lebih beruntung lagi kalau saling cinta. Ah, sudahlah. Manusia memang selalu meminta lebih dari yang telah diberikan sang pencipta.
Aku berjongkok di depan kran teras samping rumah, mengaliri tangan dengan air yang mengalir dari kran itu. Jari manisku bengkak dan merah, terasa sangat nyeri dan sakit. Aku meringis, saat mencoba melepaskan cincin itu.
" Ngapain?" tanya Arjuna yang tiba - tiba datang dan berdiri disamping kiriku.
" Nggak, ngapa - ngapain kok." jawabku kaget lalu kutarik tanganku, kusembunyikan kebelakang punggungku.
Kali ini Arjuna benar - benar memaksa ku. Tanganku ditarik, mencengkeram pergelangan tanganku kuat. Sampai - sampai memerah karenanya.
" Aauuuww... sakit kali Jun.!" pekik ku lalu perlahan dia melepaskan cengkaramannya dan melihat jari manisku.
" Keras kepala sih. Dibilangin lepas dari semalam nggak mau, jadi gini kan." Sungutnya, tapi sidianya malah berlari masuk rumah lagi.
" Aneh kamu Jun, tiba - tiba datang terus masuk lagi. Ehh, sekarang datang lagi. Mau apa sebenarnya." tanyaku saat dia balik lagi dan membawa sabun ditangannya.
" Pakai bawa sabun, emang mau ngapain.?" sambungku.
" Mandiin kamu."
" Haah, gak perlu repot aku dah mandi tadi." sahutku cepat, kutelan ludahku susah payah. Melihat seringai jail dibibirnya.
Dianya malah ketawa, nggak tahu apa jantung ini gak bisa dikendalikan. Jadi aneh gini sih. Lalu Arjuna menarik tanganku lagi, menuntunku kembali kebawah kran. Kami sama - sama jongkok, dia mulai menyabuni tanganku. Aku berdesis saat dia memutar cincin itu, mencoba untuk melepasnya. Sakit banget.
" Tahan yaa.!" titah Arjuna.
Aku hanya mengangguk, dia masih fokus untuk melepas cincin itu. Bodoh memang, aku merutuki diriku sendiri. Bisa - bisanya jantungku berdebar tak terkendali gini. Padahal sebelumnya gak begini. Aku tak pernah merasakan perasaan aneh ini selama kita bersahabat. Ah, mungkin karena aku sekarang istrinya. Semoga hatiku masih bisa dikendalikan yaa.
" Masih sakit, nggak?"
"Haah, "
Arjuna menoleh padaku, tatapan kamu bertemu sepersekian detik. Aneh, perasaan canggung seketika menyerbu diri ini. Pernikahan ini benar - benar mengubah segalanya. Menghancurkan persahabatan kami. Aku tak suka dengan situasi ini.
" Auww, sakit!" pekikku pelan.
" Lepas " dia memperlihatkan cincin yang sudah lepas dari jariku. Lalu mematikan kran.
Arjuna pergi membawa cincin itu, sedang aku masih terpaku disana. Pikiranku nyalang kemana - mana.
Cincin yang semalam ku perjuangkan semalam, akhirnya lepas. Mungkin ini pertanda aku juga harus rela jika Arjuna pergi, nantinya. Berhenti dari pernikahan ini. Sejak awal cincin itu memang bukan untuk ku, jadi wajar jika lepas dari jariku.
" Masih bengong disitu, mau mandi lagi? Sini aku mandiin."
Astaga aku melamun sampai gak sadar tuu orang datang lagi. Aku berdiri lalu meninggalkannya tanpa sepatah kata. Marah dan kecewa hinggap dihati ini. Mungkin benar Sia - sia saja pengorbanan ku untuknya.
Terima kasih,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Moelyanach
perasaan nih novel g tmt2 ya, kyknya dluvpernh bca tp g terus up ny lma, nymp kelupaan
2021-08-30
0
Nur Kholifah
penasaran apa penyebab larinya davina dr akad nikah ya
2021-07-11
0
Yulia Vonna
nyimak
2021-06-13
0