"Sejak kapan?" tanya Salma. Ia berusaha agar tidak menangis di depan keduanya.
"Kamu tidak perlu tahu sejak kapan kami berhubungan. Kamu harus bersyukur, Tania yang menjadi madumu. Kalian sudah saling mengenal sejak lama. Tania juga bisa menutupi kekuranganmu sebagai istri yang ga pandai memasak dan mengurus suami." Salma mengerutkan kening mendengar penjelasan suaminya. Untuk hal tidak pandai memasak, mungkin benar adanya tapi tidak pandai mengurus suami yang bagaimana pria itu maksudkan?
"Tania terlalu baik sama kamu, dia selalu meminta aku untuk tidak marah, kalau kamu terlalu boros. Padahal dia tahu kalau kamu sering belanja online," lanjut Armand seraya tersenyum bangga.
Salma melihat sahabatnya itu mulai gelisah saat ia menatapnya dengan tajam. Teman yang tiap hari menjadi curahan hati, tega menusuknya dari belakang. Jelas Tania tahu dari mana dan untuk apa, kiriman barang yang datang ke rumahnya. Tania juga tahu bagaimana ia diam-diam menerima pekerjaan, hanya untuk bisa membeli susu serta membayar tagihan air dan listrik yang sering menunggak.
Salma sudah hampir maju menerjang kedua orang yang duduk di depannya lalu berteriak pada suaminya untuk minta diceraikan. Namun ia berusaha menahan diri sedikit lagi, karena jika ia meminta cerai sekarang bukan tidak mungkin suaminya yang sedang mabuk kepayang ini, langsung mengabulkannya. Lantas siapa yang harus membayar tagihan sebesar 10juta atas namanya itu.
"Apa aku masih ada hak untuk menolak?" tawar Salma.
"Kamu menolak pun aku tetap akan menikah dengan Tania."
"Kenapa? di luar sana banyak pria yang masih sendiri, kenapa harus suamiku?" Salma beralih kepada sahabatnya.
"Aku mencintai Mas Armand," ucap Tania lugas. Suaminya itu nampak bangga mendengar ungkapan dari Tania.
"Aku harap kamu tahu resikonya memiliki istri lebih dari satu, Mas. Semua harus adil, termasuk nafkah lahir dan batin."
"Kamu ga perlu ngajarin aku soal keadilan, belajarlah dulu menjadi istri yang baik dan menurut sama suami," ucap Armand ketus.
"Aku harap kita bisa saling kerjasama." Tania menghampiri dan memegang tangan Salma.
"Aku lebih mengharap kita tidak saling membunuh nantinya." Salma menepis tangan Tania dengan kasar dan menatapnya penuh ancaman.
"SALMA!" seru Armand kencang. Suaminya itu sudah berdiri dari kursi dan hampir menampar pipinya.
"Lihatlah, belum resmi kalian menikah aku sudah bagaikan sampah di matamu." Suara Salma bergetar menahan tangis. Ia tidak mau lebih lama lagi berada dekat dengan kedua pengkhianat itu, Salma langsung berjalan cepat pulang ke rumahnya.
"Ibu harap kamu tidak menghalangi suamimu menikah lagi." Baru saja ia masuk ke dalam rumah, Ibu mertuanya sudah menyambutnya dengan perkataan menusuk hati.
"Tentu saja saya tidak akan menghalangi anak Ibu menikah lagi, dari pada dia meniduri banyak wanita bayaran di luar sana dan membawa penyakit ke dalam rumah ini," sahut Salma tak kalah ketusnya.
"SALMA!" Kembali Armand menghardiknya. Rupanya suaminya itu menyusul ia pulang ke rumah, "Jaga bicaramu!" Armand menarik tangan Salma dan mendorongnya masuk ke dalam kamar.
"Sekali lagi aku dengar kamu berbicara yang tidak-tidak ...." Armand menggantung kalimatnya.
"Apa? apa! apa yang akan kamu lakukan, Mas? aku ngomong apa adanya, apa aku salah?" tantang Salma, "Jangan kira selama ini aku diam karena aku tidak tahu apa yang kamu perbuat di luar sana!" Salma sudah tidak peduli lagi jika ada yang mendengar keributan mereka.
"Kamuu! ...." Tangan Armand sudah melayang di udara akan menampar istrinya.
"Tampar aja kalau mau." Salma kembali menantang Armand. "Jangan sombong mau beristri dua, kalau memberi sesuap nasi untuk anakmu saja harus berhutang!"
"Aku tidak pernah berhutang hanya untuk sekedar makan. Kamu sendiri yang berhutang di warung, salah sendiri," elak Armand.
"Kamu kepala keluarga, kamu wajib memberi nafkah untuk kami!" Salma semakin histeris.
"Aku merasa sudah memberi nafkah, kamu saja yang terus merasa kurang," ucap Armand ringan.
"Nafkah bagaimana yang kamu maksud?"
"Kalau kamu merasa butuh uang, banyak barang di rumah ini yang bisa kamu jual," ucap Armand sembari menunjuk benda-benda di dalam kamar mereka.
"Gila kamu, Mas," desis Salma.
"Aiissh! berlebihan sekali kamu ini. Minggir!" Armand mendorong Salma ke arah samping dengan kasar.
"Tunggu! semoga kamu tidak lupa juga untuk melunasi ini." Salma bertahan agar suaminya tidak keluar dari kamar. Ia menunjukan pesan singkat terkait penagihan pinjaman Armand yang menggunakan namanya.
"Di sana tertulis namamu, bukan namaku," ucap Armand santai.
"Ba jingan kamu, Mas!" Salma mendorong dan memukul suaminya membabi buta.
"Jangan kurang ajar sama aku, Salma!" Armand berbalik mendorong istrinya ke arah dinding. Ia mencengkram rahang Salma dengan kuat, "Kamu tahu untuk apa aku meminjam uang itu?" Armand menyeringai.
"Uang itu untuk membeli cincin Tania, dan jangan khawatir pesan seperti itu tidak hanya satu. Mungkin ada beberapa lagi yang akan kamu terima." Armand mulai terkekeh senang.
"Kamu pria iblis!"
Plaakk! Tamparan pertama Salma terima, setelah dua tahun pernikahan mereka.
"Tega kamu, Mas!" Salma memegang pipinya yang memanas akibat tangan besar suaminya.
"Makanya jadi istri itu nurut!" Armand keluar dari kamar dan membanting pintunya. Salma duduk di lantai meringkuk di pojok kamarnya.
Ia merenungi nasibnya yang salah menilai pria yang akan dijadikannya suami. Ternyata seorang yang dulu terlihat santun dan bertutur kata lembut, tidak menjamin orang itu baik. Armand menyembunyikan sisi jahatnya dengan jubah kesantunan.
"Salma, kamu itu enak-enakan aja di dalam kamar. Lihat anakmu dulu, Ibu mau pulang," cetus Ibu mertuanya yang langsung membuka pintu kamarnya tanpa mengetuk terlebih dulu. Ibu mertuanya itu seakan buta melihat menantunya yang sedang bersimbah air mata.
"Iya, Bu." Salma mengusap air matanya. Ia harus kuat demi kedua putranya.
Dari ruang tamu rumahnya, ia dapat mendengar suara tawa suaminya dan Tania. Salma juga mendengar ada suara Ibu mertuanya di sana. Rupanya Ibu mertuanya itu tidak langsung pulang, tapi mampir dulu ke rumah calon menantunya.
Tangan Salma merengkuh Cakra dan Candra yang sedang bermain di lantai. Ia sudah tidak peduli dengan ketiga orang pengkhianat yang berada di seberang rumahnya. Fokusnya saat ini hanyalah untuk anak-anaknya. Salma sudah sangat siap, kelicikan harus dilawan dengan kecerdikan.
Pernikahan suaminya dan sahabatnya, tidak lama setelah itu langsung diselenggarakan. Seperti tidak dapat menahan hawa nafsunya, setelah resmi malam itu juga Armand pindah ke rumah Tania. Keadilan yang ia gaungkan sebelumnya, hanyalah pemanis bibir semata. Armand sudah lupa jika ia punya anak dan istri yang juga butuh perhatian dan kasih sayangnya. Padahal, pagar rumah mereka hanya berjarak lima langkah saja.
Salma yang masih berstatus istri, harus tetap menuruti perkataan Armand sebagai suami. Ia masih tetap bekerja di rumah Tania. Sikap sahabatnya itu setelah resmi menyandang sebagai Nyonya Armand, berubah 180 derajat. Tidak hanya itu, Salma dan kedua anaknya kerap disuguhi pemandangan tidak senonoh dari sepasang pengantin baru itu.
...❤️🤍...
Bawa cerita bagus untukmu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Diajeng Ayu
mampus kau kan makan jangan bodoh jadi perempuan
2024-03-28
0
𝐵💞𝓇𝒶𝒽𝒶𝑒🎀
klu biasanya lagu*pacarku lima langkah* maka Disini *maduku lima langkah*😭😭😭🤣🤣
2023-11-11
1
Tua Jemima
salma bodoh pantas aja gmpang dibodohi suami jadi istri kq pengecut
2023-10-26
0