"Anta mau kuliah dulu, kamu jangan bertindak macam-macam lagi, ya!" protesnya pada Ria dari dalam ponsel.
"Tapi aku harus cari uang, Nta."
"Ya, tapinya jangan kayak kemaren lagi! Kalau kamu sampai kejebak kayak kemaren, nanti Anta bakalan kasih tau Arga!" serunya memperingatkan.
"Iya, iya. Aku mau ngelamar jadi SPG dulu," ucap Ria lalu mematikan ponselnya.
Siang itu, Ria melirik jam tangannya sudah pukul sebelas siang. Gadis itu menuju sebuah mall yang baru saja dibuka. Gadis cantik itu melangkah dengan canggung.
Ria melangkah seperti itu bukan karena ia tidak tahu apa yang dimaksud dan akan dikerjakan nantinya, melainkan karena dia menyadari kalau nama toko tersebut merupakan gerai kosmetik yang menjadi tempatnya saat berbelanja produk perawatan kulit.
Gerai tersebut sedang mencari SPG baru untuk gerai yang baru dibuka di Mall Rainbow itu. Ria hanya bisa menahan napas saat di kartu nama itu tertulis gerai yang membuka lowongan SPG bernama "Beauty Lover".
Ria mendekati eskalator yang mengarah naik. Gadis itu semakin merasa tertekan padahal tidak ada satu orang pun yang telah menekannya. Berulang kali dirinya menarik napas dalam untuk menenangkan diri.
"Duh, tenang Ria setiap orang bisa berada di atas dan berada di bawah karena roda itu berputar. Jika aku pernah berada di atas maka beginilah saat aku berada di bawah. Uminya Arga pasti mengira aku masih menjadi model papan atas dan masih tetap kaya raya, tetapi nyatanya aku memilih untuk keluar dari agensi yang menjijikkan itu." Ria berbicara pada diri sendiri seraya menatap layar ponselnya.
Di layar ponsel itu ada foto dia bersama Anta, Arya, dan juga Arga kekasihnya. Foto yang selalu menjadi wallpaper di ponselnya dan menjadi penyemangatnya.
Foto yang sahabat dan juga kekasihnya itu selalu dia lihat kala Ria merasa sedih.
Namun, untuk kali ini dia menatapnya lekat agar menjadi penyemangat untuk hal yang akan dia jalani nantinya. Ria memilih untuk tidak menceritakannya kepada Arga. Gadis itu takut kalau Ibu dari Arga tahu, maka sudah dipastikan kalau ibu kekasihnya akan meminta Arga untuk memutuskan hubungan dengannya.
Ria lantas menaiki eskalator menuju ke lantai dua. Gerai kecantikan tersebut berada di lantai dua berhadapan dengan eskalator turun. Gadis cantik itu berjalan dengan langkah lambat.
Seorang sales promotion girl berpakaian serba warna merah muda yang baru saja memasang banner di depan toko, langsung menyambutnya dengan ramah.
"Selamat pagi, Kak! Selamat datang di Beauty Lover!" kata SPG itu.
Ria membaca nama yang tertera pada tanda pengenal yang ada di dada sebelah kiri gadis SPG itu, namanya Nella.
Ria masih terdiam saat Gadis itu bertanya kembali kepadanya.
"Ada yang bisa saya bantu, Kak?" tanyanya lagi.
Ria masih saja terdiam dan tak menjawab. Gadis bernama Nella itu berucap lagi.
"Kak, di sini lagi banyak promo loh minggu ini, mungkin Kakak mau lihat-lihat produk yang lagi promo. Ikut saya ke sebelah sini!" ucap Nella.
"Ummm … begini, Mbak. Sebenarnya saya mau melamar kerja, Mbak," kata Ria dengan wajah malu malu.
"Hah, melamar kerja?" Nella terlihat mengernyitkan dahi.
Apalagi wajah Ria dan penampilan gadis itu sangat berkelas. Bahkan Nella merasa pernah melihat wajah cantik di hadapannya itu sebelumnya.
"Iya, Mbak. Teman saya memberikan saya kartu nama dan dia pemilik dari gerai kosmetik di toko ini," ucap Ria.
"Oh ... Mbak kenalannya Mbak Eca, ya?"
"Iya, Mbak. Kenalkan nama saya Ria."
Gadis itu memperkenalkan diri sambil menyodorkan tangan ke arah SPG bernama Nella tersebut. Nella langsung menyambut uluran tangan Ria sambil melayangkan senyum bersahabat.
"Halo, namaku Nella, salam kenal, ya," katanya ramah dengan senyum hangat.
Ria juga membalas senyum hangat gadis cantik itu.
"Mbak Nella, saya mau tanya nih, saya harus ketemu sama siapa ya?"
Ria membuka tas lalu mengeluarkan map cokelat berisi surat lamaran.
"Maaf, Mbak, kita memang lagi buka lowongan kerja, tapi tempat ngelamarnya bukan di sini. Mbak, harus ke kantor pusat di gedung Perkantoran Selasih. Cari aja kantor Beauty Lover. Kantornya ada di lantai dua belas blok C. Mbak Eca juga pasti ada di sana," kata Nela.
"Oh, gitu. Ya udah kalau gitu aku ke sana dulu, ya. Makasih info-nya, Mbak Nella."
"Sama-sama, jangan sampai salah lantai ya, Mbak, cari kantor pusatnya," kata Nella.
"Oke."
Ria lalu melangkah ke luar mall menuju gedung di seberangnya.
Gadis bernama Nella tadi menghubungi seseorang dari ponselnya.
"Ada tumbal baru yang lagi on the way ke sana," ucap Nella tersenyum menyeringai lalu menutup ponselnya.
...***...
Ria melangkah yakin saat pergi ke gedung di seberang. Dia berharap setelah pihak personalia melihat form lamaran yang dia bawa, akan ada peluang baginya untuk bekerja di kantor pusat tersebut. Pekerjaan di kantor tentunya lebih menjanjikan agar sesuai dengan penampilannya saat dia nanti bekerja di kantoran.
Selain itu, ia juga berharap dirinya bisa dikenali sebagai model dan selebriti. Gadis itu tersenyum membayangkan kepala HRD akan terpukau dan memujinya habis-habisan. Apalagi kalau kepala bagian HRD tersebut laki-laki lajang. Kalau hanya SPG kecantikan, dia sangat yakin kalau dirinya sudah memenuhi atau mungkin melebihi kualifikasi standar gadis SPG yang dibutuhkan.
Ria memiliki tubuh yang ramping setinggi 166 cm dan termasuk bentuk tubuh gadis yang proporsional. Belum lagi wajahnya cantik yang sebenarnya bisa menjadi nilai tambahan baginya untuk melamar menjadi model iklan. Namun, semenjak kejadian tidak mengenakan yang dia alami di bagian agensinya, dia memilih pensiun dari dunia hiburan.
"Maaf, Bang, bisa tolong antar saya ke alamat ini?" Ria menyerahkan secarik kertas bertuliskan alamat Kantor Beauty Lover. Sopir bajaj itu membacanya sebentar, kemudian mengembalikan kertas itu sambil menggelengkan kepala.
"Ini jauh juga, Mbak. Saya nggak ke sana. Paling bisa sampai halte busway Pasar Kliwon. Nanti, Mbak, nyambung naik busway turun di Blok C," jawabnya.
"Kok, saya harus ke Pasar Kliwon, Bang?" tanya Ria tak mengerti.
"Nggak bisa lewat sini juga kalau naik bajaj," tandas sopir itu, sambil menujuk kertas yang dipegangnya.
Ria menghela napas, la merasakan tubuhnya lelah dan lemas pada saat yang bersamaan.
"Gimana, Mbak?" tanya Sopir bajaj, "Mau nggak naik bajaj?"
"Berapa emang kalau ke sana?"
"Lima puluh ribu."
"Lima puluh ribu?! Mahal banget, Bang?" protes Ria.
Gadis itu kaget dengan tarif yang diajukan sang sopir. la menggigit bibir. Saat ini, uang simpanannya hanya tersisa satu juta. Itu pun sudah dijumlah dengan saldonya di ATM. Ria kembali menatap si abang sopir.
"Sepuluh ribu aja ya, Bang?" tawarnya.
"Mbak nggak salah nawarnya segitu? Mbak ini cantik cantik tapi kok tega banget?" ujar sopir bajaj kelihatan tersinggung.
"Kan saya cuma nawar, Pak."
"Kalau nawar, tolong pakai perasaan, Mbak. Saya juga punya anak sama istri. Itu lima puluh juga sudah murah banget. Pulang dari nganterin, Mbak, kan saya harus balik lagi ke sini."
"Maaf, Bang. Soalnya saya bawa uang ngepas," terang Ria.
...*** Bersambung ***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Ayuk Vila Desi
kasian ria
2023-06-22
1
Ayuk Vila Desi
lah ria mau di tumbalin
2023-06-22
1
Yuli Iman Teguh
kak.. ada audio nya ga
2022-09-25
0