Tiga bulan berlalu setelah kematian Tante Dewi, Anan juga sudah kembali pulih. Namun, Andri masih saja murung. Meskipun raganya sedang bekerja menjalankan restoran seafood bersama Anan dan Dita, tetapi hatinya masih saja memikirkan tentang Dewi.
Andri mengalami gangguan kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai proses berpikir, berperasaan dan berperilaku seseorang. Seseorang yang depresi memperlihatkan perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan, disertai perasaan sedih, kehilangan minat dan kegembiraan.
Raja juga selalu berusaha membuat Andri tersenyum dengan membuat pria itu sibuk menemaninya bermain sepak bola, memancing, bahkan bermain play station untuk menyibukkan diri.
"Papa Andri main PS, yuk!" ajak Raja.
"Hmmm...." Tangan pria itu meraih stick PS dan menekan-nekan secara asal.
"Ya elah, nggak asik banget, sih! Om Lee, main PS, yuk!" Raja meraih stick PS di tangan Andri dan memberikannya pada Genderuwo Lee.
Namun, Andri masih saja sibuk menekan stick PS yang sebenarnya telah hilang itu. Dita melintas bersama Anan. Di tangannya ada sepiring cemilan singkong goreng.
"Nda, besok kita cari psikolog yang lebih bagus lagi. Nggak tega aku liat Andri begitu," ucap Anan.
Dita menjawab dengan anggukan.
...***...
Hari itu adalah hari kelulusan Ratu Ananta dari SMA. Semua teman gadis itu juga dinyatakan lulus. Mereka langsung meluapkan kegembiraan dengan mencoret-coret seragam satu sama lain, menggunakan pilok warna-warni. Namun, ada keanehan yang menghinggapi Pak Herdi, ayahnya Arya yang menjadi guru Bahasa Inggris di sekolah itu.
"Mayang Saputri ini siapa, ya?" tanya Herdi pada Anta dan Arya.
"Itu!" tunjuk Anta ke sosok hantu perempuan bernama Mayang.
"Hah? Mana orangnya?" tanya Herdi.
"Itu loh, Om, kakak kelas yang meninggal satu tahun lalu, dia minta tolong mau ikut ujian sekolah," ucap Anta.
"Astaga! Mayang yang meninggal karena tertabrak kereta saat mau ujian sekolah?" Herdi menatap tak percaya.
"Bener banget, Yah, biasalah dia jadi pasien si Anta. Pasien di buku hariannya," sahut Arya.
"Wah, hebat dia sampai dapat peringkat satu loh, di atasnya Arga," ucap Pak Herdi.
"Ya udah sih kasih aja piagam penghargaannya ke Arga, Pah. Soalnya si Kak Mayang udah pergi dengan tenang," ucap Arya.
"Kasihkan ke keluarga Kak Mayang aja, jangan ke aku." Arga muncul dari balik dinding setelah menyimak pembicaraan tersebut.
"Kayak penampakan aja lu, main muncul tiba-tiba!" tukas Arya menepuk bahu Arga.
"Gue nguping dari tadi sih sama Ria," jawabnya.
Ria melambaikan tangan seraya tersenyum dan menyapa, "Hai!"
"Ya udah kalau gitu. Kalian langsung pulang ya, jangan konvoi di jalan raya mentang-mentang lulus semua," ucap Pak Herdi memperingatkan, lalu kembali menuju ke ruang guru.
"Tapi, Anta mau pamit dulu, ya." Anta menoleh ke arah gudang sekolah.
"Apalagi, Nta?" tanya Arya. Anta mau pamit sama mereka," jawabnya seraya menunjuk.
Ria segera mengarahkan kamera ajaibnya ke arah yang ditunjuk Anta. Kedua pemuda di belakang gadis itu sudah mendesah berat.
"Mulai lagi," lirih Arya.
Para penampakan yang masih berada di sekolah itu tersenyum. Anta terlihat menghampiri tukang kebun sekolah yang sebagian wajahnya hancur. Kulit wajah mengelupas itu bahkan memperlihatkan tulang pipinya. Ada juga hantu pelajar yang mati bunuh diri dan belum bisa bertemu kekasihnya karena telah lama menghilang.
Ada juga ibu kantin yang meninggal karena tersiram kuah bakso dan belum bisa pergi dengan tenang karena belum bertemu anaknya yang bekerja di Arab Saudi.
"Neng Anta, kalau sempet nih, jangan lupa main ke sekolah, ya," ucap hantu pria paruh baya itu.
"Ya, Pak, nanti Anta main ke sini. Maafin Anta, ya, belum bisa bantu kalian pergi dengan tenang. Nanti pelan-pelan Anta bantuin deh menyelesaikan masalah kalian."
Anta dan para hantu itu lantas berpamitan.
"Cewek lu aneh ya, Ya, bukannya pamit sama guru-guru malah pamit ke hantu dulu," bisik Arga di samping Arya.
"Elu harusnya udah paham sama sifat dia, kan elu sahabatnya dari kecil." Arya balik menimpali.
"Anta, balik yuk!" ajak Ria yang tak mau melihat lagi ke arah para hantu.
"Oke."
Anta memandangi gedung sekolahnya untuk terakhir kali sebelum akhirnya pergi. Ayah dan bundanya bersama keluarganya Anan sudah menunggu di rumah untuk merayakan pesta kelulusannya bersama.
Malam perpisahan kelas XII SMA Satu Jiwa digelar di hotel bintang lima. Di sana akan diadakan jamuan santapan nusantara dan juga pertunjukan musik. Semua murid memakai pakaian pesta yang membuat mereka makin terlihat tampan dan cantik. Begitu juga dengan Anta dan yang lainnya.
Suara ketukan pintu datang dari arah depan, Anan langsung bangkit membuka pintu itu. Dia melihat sosok Arya dengan setelan jas yang membuat pemuda itu makin tampan.
"Jam sembilan harus sudah kembali sampai rumah!" ancam Anan
"Acaranya mulai jam tujuh, Om. Nanti ada banyak pertunjukan dan penyerahan penghargaan. Belum lagi ada foto-foto bersama pasti lama, Om."
"Kalau gitu saya yang antar," tegas Anan menatap tajam pada Arya.
"Iya, iya, Om. Jam sembilan udah ada di rumah," sahut Arya tak mau membuat makin panjang perdebatan itu.
Anta muncul bersama Dita, gadis itu tampak cantik dengan gaun warna hitam serta sepatu high heels yang ia kenakan. Arya sampai terpana melihat gadisnya.
"Heh, nggak usah sampai mangap segala!" Anan meraup wajah Arya dengan gemas.
"Ffuuah! Kok, tangannya asin, Om?"
"Oh ... tadi habis garuk ketek soalnya." Anan meringis.
"Itu mah asem, Om." Arya menghela napas dengan berat. Mencoba bersabar dengan calon mertuanya.
Anta dan Arya lalu pamit, mereka menggunakan mobil milik ayahnya Arya menuju ke hotel tempat acara prom night digelar.
"Bun, ngapain bengong?" tanya Anan kala Dita masih menatap putrinya bersama Arya.
"Anta udah gede, ya. Bentar lagi kuliah terus nikah, deh," ucap Dita dengan kedua mata berkaca-kaca.
"Hmmm ... iya si Anta udah gede. Yanda sampai nggak nyangka juga. Tapi ...."
"Tapi apa, Yanda?"
"Tapi jangan nikah buru-buru, lah. Eh, Bunda, itu pocong di atas genteng sampai kapan mandangin bulan bareng kucing, ya?"
Anan menoleh ke arah sosok hantu pocong yang selalu duduk di atas atap rumahnya bersama seekor kucing belang tiga.
"Semenjak ditolak Silla dia galau terus."
"Lagian si Silla udah jadi kuntilanak merah aja belagu. Dia mau pacar kayak apa, sih?"
"Mau yang kayak vampir katanya," sahut Dita seraya terkekeh. "Hih, malah serem dengernya. Jangan sampai deh ada vampir di sini. Masuk, yuk!" ajak Anan merangkul sang istri tercinta.
...***...
Di dalam hotel tempat diadakannya acara prom night sekolah itu, Anta selalu saja sibuk mencicipi berbagai makanan sampai Arya berusaha menahan gadis itu.
"Nta, makannya pelan-pelan, masih banyak juga makanannya," ucap Arya.
"Udah biarin aja, Ya. Udah tau punya cewek doyan makan, ya kayak gitu tuh," sahut Mike yang datang menghampiri.
"Elu mau ngapain ke sini?" Arya menatap Mike dengan tajam.
...*****...
...Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Ayuk Vila Desi
pocongnya masih betah sampai Dira besar 🤭🤭
2023-06-22
1
wulanzahira
lha vampirny udah nongkrong ama kak vie🤣🤣🤣
2023-03-11
0
Audy Amran
hai kak vie aku baru gabung nich,,nungguin tamat dulu baru baca..😅
banyak novel horor cuma novel kak vie yang gak merinding bacanya lebih banyak komedinya..tetap semangat ya kak vie...😘😘
2022-11-04
0