Pasangan Indigo
Asap mulai menyelimuti rumah besar tersebut. Gadis berambut lurus sebahu itu memapah tubuh sang bunda yang mulai terlihat lemas. Sementara adiknya mencoba menyadarkan sang ayah.
"Bawa Yanda ke rumah sakit sekarang!" lirih Dita. Wanita yang sudah berusia kepala empat itu masih sangat cantik dan tampak awet muda.
Mereka berusaha mencari jalan keluar halaman rumah besar yang dulunya milik Aji dan keluarganya. Kini, Anta berada di luar halaman dengan keletihan melanda. Anta menurunkan tubuh bundanya di tepi jalan dekat dengan mobil Anan.
Kuntilanak Silla juga sudah sadar dan langsung sigap menolong.
"Uhuk ... uhuk ... kamu nggak apa-apa kan, Nta?" tanya Arya yang menangkup wajah gadisnya.
"Aku nggak apa-apa, cepat bawa Yanda ke rumah sakit!" pinta Anta.
"Arya sama Raja angkat Om Anan, aku siapin mobil," ucap Arga.
Arga langsung menyiapkan mobil untuk membawa Anan dan Angel ke rumah sakit.
...***...
Sesampainya di rumah sakit, Dita berusaha menyadarkan Anan dengan menepuk pipinya. Namun, suaminya itu tak kunjung sadarkan diri. Kepanikan mulai melanda seiring dengan tangisan yang mengalir begitu saja dengan derasnya di kedua mata Anta dan Raja.
"Bagaimana ini, Bunda?" tanya Anta.
"Kita tunggu kata dokter," ucap Dita yang melihat para suster menyambut Anan dengan membawa kursi roda.
Tubuh Anan lalu dibawa ke dalam sebuah ruangan. Dita dan Anta menunggu di depan ruangan tempat Anan diperiksa oleh sang dokter. Sementara itu, Arya menuju ke kantin rumah sakit. Dia tau kalau Dita dan Anta pasti butuh banyak asupan setelah menjadi Ratu Kencana Ungu.
Raja dan Arga mengunjungi Angel di ruangan perawatannya dalam rumah sakit itu. Untungnya gadis itu baik-baik saja. Hanya saja dia masih merasa syok melihat para hantu yang mati mengenaskan dalam gudang bawah tanah. Apalagi dia juga merasa hampir mati.
Arya kembali membawakan beberapa botol minuman juga roti untuk Anta dan Dita. Tiba-tiba, Dita dan Anta melihat sosok Andri yang sedang membopong Tante Dewi. Darah masih mengucur deras dari kedua kaki wanita itu. Ibu dan anak yang sedang meneguk air teh manis dingin langsung menyemburkan air dalam mulutnya ke wajah Arya saking terkejutnya.
"Tante Dewi!" pekik Dita dan Anta bersamaan.
"Astagfirullah, apa yang terjadi?" tanya Dita langsung menghampiri. Dia serahkan botol minum itu ke dada Arya.
"Aduh, calon bini sama mertua gue kelakuannya," keluh Arya.
"Maaf ya, Ya, kita kaget," ucap Anta berusaha membersihkan wajah Arya.
"Tante Dewi kenapa?" tanya Dita.
"Nanti aja ceritanya, sekarang panggil suster!" seru Andri.
Tante Dewi tak sadarkan diri, di kedua kaki wanita itu mengalir darah segar. Tanpa menahan waktu Anta bergegas memanggil suster. Dua orang suster datang dan langsung meraih tubuh Tante Dewi untuk dibawa ke ruang instalasi gawat darurat.
Dita dan Anta saling berpandangan, entah kenapa perasaan mereka mulai kalut dan galau. Ada kesedihan yang langsung menghinggapi mereka kala menunggu dua orang tersayang yang berjuang di dalam ruangan itu.
"Aku mohon, bertahanlah Yanda," lirih Dita.
"Aku mohon kamu harus kuat ya, Dew, kamu pasti kuat," lirih Doni yang berdiri di samping Dita.
"Yaa Allah, semoga Yanda dan Tante Dewi nggak kenapa-kenapa, amin." Anta mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan setelah mengucapkan doa.
Arya juga mengikuti gadis itu berdoa. Ponsel pemuda itu lalu berbunyi. Tasya mengubunginya kala itu. Arya langsung menceritakan semua yang terjadi malam itu.
Ponsel Anta juga berbunyi, Arya langsung melirik ke layarnya. Ternyata Mike yang berada di kantor polisi bersama ibunya menghubungi Anta kala itu.
"Tuker, Nta, aku yang ngomong sama dia, kamu ngomong sama Bunda Tasya!" titah Arya menunjukkan rasa cemburu yang seperti biasa.
Mike memberitahukan kalau pria bernama Aji sudah lewas terpanggang kala polisi mendatangi tempat kejadian perkara. Pemuda itu juga mengucapkan terima kasih karena telah membantunya menemukan Mikha.
...***...
Seminggu kemudian, Anan terbangun dari koma. Dita langsung menghamburkan diri memeluk suaminya. Dia menceritakan kejadian yang dia alami saat tak sadarkan diri.
"Aku ketemu Tante Dewi," ucap Anan.
"Tapi Yanda ... Tante Dewi juga koma belum sadar sampai sekarang."
"Dia pamit, Bunda. Dia minta aku jaga kamu. Buliran bening jatuh ke pipinya.
"Maksud kamu?"
Anan hanya menjawab dengan uraian air mata yang makin deras mengalir. Dita memeluknya.
"Ja, kamu jaga Yanda sebentar!" seru Dita pada Raja yang langsung mengangguk.
Dita langsung bergegas keluar dari ruangan itu menuju kamar ICU tempat Tante Dewi dirawat. Anta yang sedang bersama Arya di koridor melihat sang bunda berjalan cepat sambil menangis. Keduanya langsung mengikuti
"Ndri, bilang sama aku kalau Tante Dewi baik-baik aja,kan?" Dita menarik kerah milik suami tantenya itu ketika melihatnya di depan ruang pasien.
"Barusan, Ta … Dewi … dia pergi, Ta." Andri langsung meringkuk dan menangis seraya menunjuk ke arah ruangan.
Tubuh Tante Dewi sudah ditutup oleh selimut putih. Para suster juga sedang melepaskan selang yang menempel pada tubuh wanita itu.
"Tante! Tante kenapa nyerah?! Tante nggak boleh pergi!" Dita berteriak, menghamburkan diri memeluk tubuh yang sudah terbujur kaku itu. Begitu juga dengan Anta.
Mereka masih berharap Tante Dewi hidup kembali atau walau hanya melihat sosok hantunya. Namun, semua itu tak terjadi.
...***...
Keesokan harinya, Anta masih terisak di atas gundukan merah yang bertabur bunga milik Tante Dewi. Setelah banyak perjuangan yang mereka lewati, dia masih merasa belum ikhlas mama angkatnya itu pergi. Di hadapannya, sosok Andri, sang suami Tante Dewi masih menangis. Pria itu didiagnosa mengalami depresi kemudian. Tasya dan Herdi berusaha menguatkan pria itu.
"Kalau saja dia tak menerima tawaran iblis itu, mungkin Dewi masih hidup. Kalau saja aku tak egois menginginkan anak, dia pasti masih hidup," rintih Andri seraya terisak.
"Semua sudah takdir, Ndri, kamu harus kuat," ucap Tasya.
Herdi juga mencengkeram lembut bahu Andri kala itu. Para pelayat mulai pamit. Arya berusaha untuk menarik Anta agar menjauh dari gundukan tanah merah itu dan menenangkannya. Begitu juga dengan Ria dan Arga.
"Kamu harus kuat, Nta, kuatin bunda juga. Dia pasti lebih terluka dari kamu," lirih Arya.
"Iya, Nta, kita kembali ke rumah sakit buat kuatin bunda Dita," ucap Arga.
Dita memang tidak diperkenankan hadir di pemakaman Tante Dewi karena saat mengantar jenazah dari kamar mayat saja dia selalu saja tak sadarkan diri setelah menangis. Raja akhirnya memilih untuk menjaga ibunya di kamar perawatan ayahnya.
Di dalam kamar perawatan Anan, Tante Dewi datang seraya menggendong bayi mungilnya. Dia pamit dan meminta Raja untuk menjaga keluarganya dengan baik. Wanita itu juga meminta Anan untuk menjaga Andri. Dewi memberi kecupan di kening Dita kala wanita itu masih terbaring di sofa. Dia juga mengacak rambut Raja dengan gemas seperti biasa.
"Salam buat Kak Anta, ya. Kalian jangan keseringan main sama hantu, apalagi si Anta tuh, bilangin sama dia! Ummm… Mama Dewi sayang sama kalian."
Raja hanya bisa menangis sesenggukan sambil menganggukan kepalanya begitu juga dengan Anan. Tante Dewi akhirnya pamit pergi menghilang dan tak pernah kembali.
...*** Bersambung ***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
英
Dewi doc tentu tau ttg IV dong 😌
knp singkat utk pikiran ya.. manusia x lepas drpd kesilapan...
2023-09-29
1
Ayuk Vila Desi
bukanya anaknya Tante Dewi adalah iblis ...dan udah lahir
2023-06-22
1
wulanzahira
bingung mau baca yg mana smua ceritany melambai2 minta dibaca🤣🤣baca yg ini dulu aja dech tp baru awal baca udah mewek kehilangan tante dewi😭😭😭😭
2023-03-11
0