Selanjutnya

Happy reading ♥️

Pagi itu langit terlihat biru berhiaskan awan putih. Cuaca begitu cerah tapi tidak dengan hati Celia. Awan mendung hitam tengah menggelayuti hati dan perasaannya saat ini.

Celia masih saja berdiri dengan kepala menengadah ke atas memandangi pergerakan awan sembari menghela nafasnya yang terasa berat. "Kita memandangi satu langit yang sama, dengan cara itulah kita bersama. Kamu tak pernah sendiri karena kamu selalu ada dalam pikiranku," lagi-lagi Celia teringat apa yang Collin katakan padanya. Kata-kata magis yang menguatkan keduanya. Meski berjauhan tapi hati mereka menyatu dalam satu rasa yang sama yaitu cinta.

"Nona sudah siap ?" tanya pak Wito membuyarkan lamunannya. Ia adalah supir pribadi keluarga Fabian sejak dulu kala dan sudah mengabdikan diri selama puluhan tahun.

Lihatlah, walaupun Fabian tengah mendiamkan putri kesayangannya itu tapi ia tak akan membiarkan Celia pergi sendiri ke kantornya. Bahkan ia tak akan membiarkan sembarang orang untuk menjadi supir pribadi bagi Celia.

"Iya saya sudah siap, maaf telah membuat Pak Wito menunggu," jawab Celia. Tak lupa ia usap ujung matanya yang sedikit basah karena air mata yang tak bisa ditahannya.

"Tidak apa-apa, Nona," sahut pak Wito sembari membukakan pintu mobil untuk Celia masuki.

"Terimakasih," ucap Celia. Ia pun memasuki mobil mewah keluaran Eropa milik Daddy nya, Fabian.

Sepanjang perjalanan tak ada satu patah katapun yang keluar dari bibirnya. Ia sibuk menatap ke arah luar, memperhatikan apa saja yang dilaluinya dengan pikiran yang kosong dan jiwa yang hampa. Belum juga ia memutuskan hubungannya dengan Collin tapi dirinya sudah merasa begitu menderita.

Tak pernah Celia merasakan jatuh cinta sedalam ini pada lelaki manapun padahal keduanya tak pernah bertemu. Hanya dulu saja dan itu pun telah lama berlalu.

Celia masih menonaktifkan semua akun sosial medianya, ia tak punya nyali hanya untuk sekedar melihatnya. Dirinya yakin sang kekasih pasti telah menghubunginya berulang kali menanyakan kabar juga menanyakan apa yang sedang terjadi.

Cukup lama berkendara akhirnya mereka pun tiba.

"Kita telah sampai, Nona akan turun di lobby atau di tempat parkir lantai bawah ?" tanya Pak Wito tapi Celia masih asik dengan lamunannya hingga lelaki itu kembali bertanya. "Nona Celia, mau turun di mana ?" tanya nya untuk yang kedua kali.

Celia tersentak dan kembali ke alam sadarnya. "Ah maaf," gumamnya. "Saya turun di lobby saja," jawab Celia dan Pak Wito pun menurutinya.

Celia langkahkan kakinya yang terasa berat. Tak pernah ia merasakan hal seperti ini sebelumnya. Sepertinya setelah ini hari-harinya akan berganti suram karena ia akan memasuki masa kelam dalam hidupnya.

Beberapa orang yang berpapasan dengannya memberikan senyum dan juga mengangguk hormat pada Celia. Mereka tahu jika Celia adalah salah satu anak petinggi perusahaan dan suatu hari nanti akan ikut memimpin perusahaan itu bersama kedua kakak sepupunya yang menurut Celia menyebalkan.

"Aww," pekik Celia tertahan saat seseorang menarik rambutnya yang ia ikat. Tak lama orang itu merangkul pundaknya penuh kasih sayang.

"Pagi, princess," sapanya akrab.

Celia tolehkan kepala dan ternyata sepupunya Dareel yang melakukan itu. Dibandingkan Davin, Dareel memang lebih ramah dan juga menyebalkan di waktu yang bersamaan. Ia tak akan segan-segan untuk memberikan peringatan pada setiap pria yang mendekati Celia.

"Lo macem-macem ma Celia, urusannya sama gue," itulah kata-kata yang sering Dareel ucapkan pada para pria yang akan mendekati adik sepupunya itu.

"Bisa gak sih gak narik rambut aku ? sakit tahu !" sahut Celia sembari menyikut halus sepupunya itu.

Bukannya merasa kesakitan, tapi Dareel malah terkekeh geli karenanya. Mereka berjalan berdampingan masih dengan Dareel yang merangkul pundaknya. "Breefing jam 11 siang ya, jangan datang terlambat," ucap Dareel mengingatkan. Tiba-tiba Dareel melepaskan rangkulannya saat berpapasan dengan seorang perempuan yang cantik, lalu ia tersenyum ramah padanya. Celia pun memutar bola matanya malas.

Abang sepupunya yang satu ini memang sering tebar pesona, berbeda dengan Davin yang lebih serius dan sangat setia. Bahkan Davin telah bertunangan dengan perempuan yang ia pacari sejak bangku SMA. Sedangkan Dareel, sampai sekarang masih asik sendiri. Belum ada perempuan yang serius berhubungan dengannya. Ia selalu beralasan sedang 'menyeleksi'.

Keduanya memasuki lift yang akan membawanya ke lantai 11 dimana ruang kerja mereka berada. Dareel amati Celia yang tak seceria biasanya, adik sepupunya itu lebih banyak menundukkan kepala bahkan Dareel harus mengulang pertanyaan jika berbicara dengannya.

'Ting' pintu lift pun terbuka dan mereka melangkahkan kaki bersama. Tak lama, keduanya bertemu Fabian dan Sakti yang juga sedang berjalan berdampingan menuju lift.

"Kalian baru datang ?" tanya Sakti pada keduanya.

"Iya," jawab Dareel. Sedangkan Celia tak bisa berkata apa-apa. Walaupun Fabian ada di sana, di hadapannya tapi Daddy nya itu tak sekalipun melihat ke arahnya. Ia masih mendiamkan Celia, sama seperti kemarin.

"Davin, ikut dengan kita untuk bertemu klien. Nanti kamu yang pimpin breefing nya" ucap Fabian pada keponakannya itu dan Dareel mengangguk patuh. Setelah itu ia kembali melanjutkan langkahnya, masih dengan tidak memperdulikan kehadiran putrinya di sana.

Sakti melihat itu dengan prihatin, ia tahu jika Fabian dan Celia sedang tidak baik-baik saja. Sakti menahan langkahnya meninggalkan diri dari sang adik yang lebih dulu pergi. "Biar nanti Papa yang bicara sama Daddy mu, jangan sedih begini. Papa gak mau anak Papa kelihatan gak semangat," bisik Sakti pada Celia.

Mata Celia berkaca-kaca, lalu memeluk Sakti erat. "Terimakasih, Papa," sahutnya pelan. Hubungan mereka memang sedekat itu. Walaupun Sakti adalah kakak Daddy nya tapi Celia menganggap lelaki itu seperti ayahnya sendiri. Begitu juga Fabian pada ke tiga anak Sakti. Mereka memliki hubungan keluarga yang sangat dekat.

***

Telah satu Minggu berlalu sejak Celia tak lagi mengaktifkan akun sosial medianya. Collin yang berada di Jerman begitu merasa khawatir. Setiap saat yang ia lakukan hanya mengecek ponselnya dengan perasaan cemas.

Telah ratusan chat yang ia kirimkan pada perempuan yang sangat dicintainya itu tapi tak satupun yang Celia baca apalagi balas.

"Sayang, apa yang terjadi ? ku mohon jangan siksa aku seperti ini," Collin meraup rambutnya frustasi. Saat ini ia baru saja keluar dari salah satu kamar pasien yang dirawatnya. Ia berjalan dengan mata yang tertuju pada ponsel saja seolah tak peduli pada sekelilingnya.

Tanpa ia sadari sang Papa yang sama-sama berprofesi sebagai dokter itu melihatnya dari kejauhan. Tak satu kali ini saja dokter Jamie mendapati anak lelaki satu-satunya itu melakukan hal yang sama. Menatapi layar ponselnya dengan frustasi.

Dokter Jamie merasa cemas tentu saja, tapi ia pun tak mengerti mengapa Collin berlaku seperti itu karena anak lelakinya itu tak pernah berkeluh kesah tentang apapun padanya.

Setahunya Collin tak mempunyai masalah keuangan atau masalah dengan teman-temannya, apalagi tentang perempuan karena anaknya itu tak memiliki seorang kekasih.

Merasa kian khawatir, dokter Jamie pun menghentikan pembicaraannya dengan rekan dokternya yang lain dan memilih untuk menemui anaknya itu.

"Is everything oke, son ?" (Apakah semuanya baik-baik saja, Nak? ) tanyanya pelan sehingga Collin hampir saja menjatuhkan ponselnya karena terkejut. "Ya Tuhan," gumam Collin sembari menangkap ponselnya dengan kedua tangan.

"Apa yang terjadi padamu ?" tanya dokter Jamie pada anaknya itu.

Jakun Collin bergerak naik turun karena ia menelan salivanya paksa, matanya membulat dan lidahnya tiba-tiba terasa kelu.

"Ngh... gak ada apa-apa. Aku baik-baik saja," jawab Collin.

"kamu bukan seorang pembohong yang baik," sahut dokter Jamie. "katakan padaku, tak biasanya kamu menyembunyikan sesuatu dari Papa" lanjutnya lagi.

Dokter Jamie menatap dalam mata anak lelakinya itu penuh tuntutan dan Collin sadar ia tak bisa menyembunyikannya lagi.

"A-aku sedang mengkhawatirkan seseorang," jawab Collin terbata.

"Seseorang ? siapa ?"

"Seseorang yang sangat berarti untukku dan papa juga mengenalnya,"

To be continued ♥️

visual versi otor yaaa

bila tak suka silahkan sesuaikan imajinasi kalian saja

Celia

Collin

Terpopuler

Comments

Wirda Wati

Wirda Wati

cocok thort...

2023-01-27

0

moemoe

moemoe

Setelah bbrp kali liat promo ny d IG mee,, akhirnya trtarik jg mampiir

2022-12-15

0

🥀Acihlicious 🥀

🥀Acihlicious 🥀

kalu GK salah papah sakti punya anak perempuan juga kan thoor
anak yang ketiga

2022-11-24

0

lihat semua
Episodes
1 Awal Mula
2 Ultimatum
3 Memikirkan Kamu
4 Selanjutnya
5 Why Her ?
6 Tentang Masa Lalu
7 Akhir Cerita Cinta
8 Patah Hati
9 Melepaskan
10 Setelah Kata Perpisahan
11 Im Nothing Without You
12 Ungkapan Perasaan
13 Binar Bahagia
14 Jatuh Cinta
15 Karena Cinta
16 Pergi Kencan
17 Olahraga
18 Jatuh Cinta
19 Merajuk
20 Karenamu
21 Ketahuan
22 Marah
23 Setelah Itu
24 Datang
25 Penolakan
26 Kepergian Celia
27 Bertemu
28 Kemana Membawa Celia ?
29 The Morning After
30 Mencari Solusi
31 Pelarian Collin
32 Tanda
33 Menawarkan Bantuan
34 Menyetujui
35 Pemeriksaan
36 Obsesi
37 Tekanan
38 Rindu
39 Kerja Sama
40 Kabar Baik
41 Menyusun Rencana
42 Penyusup
43 Yang Kemudian Terjadi
44 Yang Selanjutnya Terjadi
45 Tunggu Aku
46 Kembali Menyusup
47 selanjutnya
48 Bantuan Lainnya
49 Ancaman
50 Bantuan Lainnya
51 Di Rumah Oma
52 Bagaimana Rian Pada Celia
53 Marahnya Rian
54 Melarikan Diri
55 Bertemu Kembali
56 Berbicara
57 Pergi
58 Setelah Kepergian Oma
59 Sarapan
60 Trauma
61 Melepaskan
62 Undangan dan Pernikahan
63 Pertama
64 Bara Dalam Hati
65 Menuntut
66 Mencoba
67 Bersiap-siap
68 Apa Boleh
69 Lelaki Paling Beruntung
70 Apa Mungkin ?
71 Kata Bapak Mertua
72 Rian
73 Obsesi
74 OLD
75 Promo Novel
76 Tiffany
77 Jalan-jalan
78 Berita Baik
79 Langit Dillan Arkarna
80 Damai
81 Sempurna
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Awal Mula
2
Ultimatum
3
Memikirkan Kamu
4
Selanjutnya
5
Why Her ?
6
Tentang Masa Lalu
7
Akhir Cerita Cinta
8
Patah Hati
9
Melepaskan
10
Setelah Kata Perpisahan
11
Im Nothing Without You
12
Ungkapan Perasaan
13
Binar Bahagia
14
Jatuh Cinta
15
Karena Cinta
16
Pergi Kencan
17
Olahraga
18
Jatuh Cinta
19
Merajuk
20
Karenamu
21
Ketahuan
22
Marah
23
Setelah Itu
24
Datang
25
Penolakan
26
Kepergian Celia
27
Bertemu
28
Kemana Membawa Celia ?
29
The Morning After
30
Mencari Solusi
31
Pelarian Collin
32
Tanda
33
Menawarkan Bantuan
34
Menyetujui
35
Pemeriksaan
36
Obsesi
37
Tekanan
38
Rindu
39
Kerja Sama
40
Kabar Baik
41
Menyusun Rencana
42
Penyusup
43
Yang Kemudian Terjadi
44
Yang Selanjutnya Terjadi
45
Tunggu Aku
46
Kembali Menyusup
47
selanjutnya
48
Bantuan Lainnya
49
Ancaman
50
Bantuan Lainnya
51
Di Rumah Oma
52
Bagaimana Rian Pada Celia
53
Marahnya Rian
54
Melarikan Diri
55
Bertemu Kembali
56
Berbicara
57
Pergi
58
Setelah Kepergian Oma
59
Sarapan
60
Trauma
61
Melepaskan
62
Undangan dan Pernikahan
63
Pertama
64
Bara Dalam Hati
65
Menuntut
66
Mencoba
67
Bersiap-siap
68
Apa Boleh
69
Lelaki Paling Beruntung
70
Apa Mungkin ?
71
Kata Bapak Mertua
72
Rian
73
Obsesi
74
OLD
75
Promo Novel
76
Tiffany
77
Jalan-jalan
78
Berita Baik
79
Langit Dillan Arkarna
80
Damai
81
Sempurna

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!