"Lelaki yang nyata adanya saja bisa menyakiti apalagi lelaki acak yang kamu temui di internet ! putuskan dia, Celia !! tak ada bantahan !!" ucap Fabian sembari berdiri dan pergi meninggalkan meja makan tanpa memberikan kesempatan Celia untuk berbicara.
Spontan Celia tundukkan kepala dengan air mata bercucuran. Berpisah dengan Collin? sanggupkah ia ? meskipun tak pernah bertemu secara langsung, tapi perasaan cintanya begitu kuat pada lelaki yang tinggal di benua yang berbeda dengannya itu.
Renata menatap nanar pada putrinya, dalam lubuk hati yang paling dalam ia sangat merasa kasihan, tapi Renata pun paham mengapa Fabian begitu protektif pada Celia. Tentu saja karena kasih sayangnya yang tak terbatas hingga ia ingin melindunginya dengan sekuat tenaga.
"Bi, sayang....," Renata pun berdiri dan berusaha menyusul sang suami yang berjalan menuju ke kamar mereka, meninggalkan Celia yang duduk sendiri di ruang makan dengan pipinya yang basah.
Ia sadar jika daddy nya saat ini benar-benar sedang marah.
Di dalam kamar, terlihat Fabian tengah mengatur nafasnya yang tersengal. "Sayang...," Renata pun menghampiri suaminya itu seraya memberikan usapan halus di punggung Fabian, berusaha menenangkannya.
Fabian mendengus kasar, "Bagaimana mungkin dia berani berbuat seperti ini di belakang kita ? apa kamu tahu tentang lelaki itu ?" tanya Fabian beruntun.
Renata menggelengkan kepalanya pelan sebagai jawaban. Ia tak tahu tentang hubungan Celia dengan lelaki yang dikenalnya di dunia maya itu. "Itu bukan salah Celia," ucap Renata pelan.
"Bagaimana mungkin bukan salahnya ?" protes Fabian tak terima.
"Apa kamu tak merasa ? kamu terlalu keras padanya, hingga ia melakukan hal ini. Sembunyi-sembunyi di belakang kita karena Celia tahu kamu akan bereaksi seperti ini jika ia mengatakan padamu bahwa dirinya memiliki hubungan spesial dengan seorang lelaki," jelas Renata.
"Dan kamu sebagai ibunya masa tidak tahu ?" tanya Fabian penuh rasa curiga.
"Celia tahu jika aku tidak bisa menyembunyikan apapun darimu sehingga ia tak berani bercerita padaku," jawab Renata apa adanya.
Fabian berpangku tangan, sembari terus bernafas kasar. Ia belum bisa menenangkan dirinya sendiri. Trauma di masa lalu membuatnya begitu ketakutan hal buruk terjadi pada kedua anaknya.
"Sudah ku katakan padamu berulangkali, sebaiknya beri kelonggaran pada Celia agar ia merasa nyaman dengan begitu ia akan bercerita dengan sendirinya kepada kita tanpa merasa ketakutan atau tertekan," lanjut Renata kemudian.
"Kamu tak ingin Celia berontak bukan ?" tanya Renata.
"Berontak ?" Fabian balik bertanya dengan rasa cemas.
Renata mengangguk pelan, "aku takut ia akan berontak dan berbuat nekad di belakang kita. Celia sudah dewasa, ia sudah mampu membuat keputusan sendiri dan aku takut ia akan semakin banyak merahasiakan segala sesuatunya dari kita."
Fabian terdiam dan meresapi apa yang dikatakan istrinya itu. Renata mengatakan hal yang sebenarnya. Tak terbayangkan jika Celia melakukan itu padanya. Ia tak akan biarkan Celia untuk jauh darinya.
***
Di dalam kamarnya, Celia masih menangis tersedu. Ia baringkan tubuhnya sambil pejamkan mata, membayangkan sang pujaan hati yang sebentar lagi harus dilepaskannya. "Maafkan aku," gumam Celia pelan.
Seandainya saja Collin tak terlibat dengan masa lalu kedua orangtuanya, pasti Celia akan mengakui hubungan itu dengan lantang. Ia akan mengatakan pada Mommy dan Daddy nya bahwa dirinya sangat mencintai Collin. "Huuufffttt," Celia menarik nafas dalam dan bayangan masa lalunya kembali dalam kepalanya.
Masa itu sudah lama berlalu, tapi Celia masih bisa mengingatnya dengan jelas bahwa mommy dan Daddy nya pernah memutuskan untuk berpisah dan itu sangat membuatnya sedih. Ia ingat bagaimana Fabian menjemputnya di akhir pekan untuk menghabiskan waktu bersama dan 2 hari kemudian ia akan diantarkan kembali ke kediaman mommy nya. Walaupun Celia tahu bahwa kedua orangtuanya sangat mencintai dirinya tapi hidup seperti itu tidaklah menyenangkan.
Celia juga ingat di masa itulah ia pertama kali bertemu dengan Collin. Meskipun ia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi antara mommy, daddy dan juga papanya Collin tapi ia tahu jika daddy nya tak menyukai dr. Jamie. Celia tahu, daddy nya merasa cemburu.
Selama 2 tahun menjalin kasih tak pernah sekalipun mereka bertemu. Hanya melalui jaringan sosial media dan itu pun dengan waktu yang sangat terbatas Keduanya berhubungan hanya ketika Celia tak berada di rumah, atau jika berada di rumah pun mereka akan saling berhubungan di waktu dini hari ketika semua orang telah terlelap tidur agar tak ada seorang pun yang tahu.
Meskipun terpisah jarak yang membentang jauh tapi keduanya selalu saling memikirkan satu sama lain karenanya rasa cinta mereka yang saling bertautan dengan kuatnya.
"Saat kamu melihat ke langit di malam hari, ketahuilah bahwa aku sedang memikirkan kamu.
Dan saat siang hari ketika awan berlalu, percayalah aku sedang memikirkan kamu di sisi yang lain, karena kita memandang satu langit yang sama itulah cara kita bersama. Mungkin di sana kamu merasa sendiri tapi sebenarnya tidak, karena setiap waktu aku selalu memikirkan kamu,"
Itulah kata-kata yang Collin tuliskan untuk Celia, walaupun mereka terpisah tapi ia selalu memikirkan Celia di setiap helaan nafasnya.
"Ya... Tuhan....," Celia mendudukkan tubuhnya di atas ranjang dan menangis tersedu-sedu.
***
"Dokter Collin, pasien di kamar 113 mengalami sesak nafas," ucap seorang perempuan yang mengenakan baju perawat berwarna biru muda dan Fasih berbahasa Jerman.
Langsung saja Collin mematikan layar ponsel yang sedang ia tatapi berharap sang kekasih hati membalas pesannya namun ternyata tidak. Telah berlalu 2 jam dari terakhir dirinya mengirim pesan pada seseorang yang dirindukannya dengan sangat. Pesan itu pun telah dibaca, tapi balasannya belum juga nampak.
"Dokter Collin ?" tanya perawat itu lagi
"Ah maaf," Collin memasukkan ponselnya ke dalam saku jas putihnya. Jas yang sering digunakan para dokter. Seperti halnya sang ayah, Collin pun mengikuti jejaknya. Kini ia telah menjadi seorang dokter dan saat ini ia sedang melakukan tugas menjadi dokter jaga di sebuah rumah sakit ternama di kota Berlin, Jerman.
Dengan hati gundah gulana Collin langkahkan kakinya menuju ruang inap yang dituju. Ia pun memberikan pertolongan pada seorang pasien yang mengalami sesak nafas. Sebisa mungkin ia berkonsentrasi walaupun pikirannya tengah melayang pada perempuan yang dicintainya yaitu Celia.
Telah berlalu 4 jam dari terakhir Collin mengirimkan pesan, dan kini ia dapati semua akun sosial media Celia dalam keadaan tidak aktif. Dalam hati kecilnya, Collin yakin jika sang kekasih sedang tidak baik-baik saja.
Waktu jaganya telah selesai, Collin pun berniat untuk pulang. Ia langkahkan kakinya keluar gedung rumah sakit. Hal pertama yang ia lakukan adalah menengadahkan kepalanya menatap jauh ke awan, memikirkan sang kekasih yang berada di sisi dunia yang lain. "Im thinking bout you, Princess," gumam Collin pelan. Sungguh rasa rindunya yang bercampur cemas sudah tak tertahankan lagi.
***
Tak hanya Collin yang merasakan resah hati, di sisi lain Celia pun merasakan hal yang sama. Sejak kemarin dirinya sudah tak menghubungi Collin lagi. Tak tahu apa yang akan dikatakannya pada lelaki itu.
Hari ini adalah Senin pagi, sejak insiden sarapan pagi kemarin dirinya belum juga bertemu dengan Daddy nya, Fabian. Menurut Mommy nya, Fabian tengah sibuk mengurus bisnisnya.
Celia berdiri di depan cermin, merapikan diri sebelum pergi ke kantor. Ia tatapi pantulan dirinya sendiri dan ia rasakan hampa dalam jiwa.
"Huuufffttt," Celia menarik nafas dalam dan menghembuskannya pelan. Berusaha menenangkan diri sebelum bertemu dengan sang daddy. Menyambar tas kerjanya dari atas meja. Celia berjalan gontai menuruni tangga yang akan membawanya ke lantai 1.
Ada yang berbeda di pagi ini, suasana rumahnya begitu sunyi. Padahal biasanya cukup ramai karena Mommy, Daddy dan adiknya Aksa akan duduk bersama di ruang makan menunggu kedatangannya dan sarapan bersama. Hal ini tak pernah terlewatkan, kecuali jika Daddy nya sedang melakukan dinas kerja ke luar kota. Takut-takut Celia melangkahkan kakinya ke ruang makan dan di sana hanya ada mommy nya saja, Renata.
"Daddy dan Aksa mana, Mom ?" tanya nya sembari mendudukkan tubuhnya di atas kursi.
Renata tak langsung menjawabnya, ia terlebih dahulu memberikan piring yang berisikan pancake dengan madu di atasnya. Sarapan favorit putrinya itu.
"Daddy telah pergi duluan ke kantor," jawab Renata sembari mendudukkan tubuhnya di atas kursi.
"Dengan Aksa ?" tanya Celia dan Renata pun mengangguk pelan.
Celia pun menghela nafasnya yang terasa berat.Tak biasanya Daddy nya itu meninggalkan dirinya sendiri seperti ini. Padahal setiap pagi mereka selalu pergi bersama ke kantor karena memang tujuan mereka sama. Celia tahu jika daddy nya sedang dalam keadaan marah besar padanya.
Celia menikmati sarapannya yang mendadak terasa hambar dan sulit untuk ditelan. Susah payah Celia memakannya dan itu pun hanya habis setengahnya saja. Ia lebih memilih untuk segera pergi ke kantor.
"Sayang, apakah kamu ingin berbagi cerita dengan mommy ? karena dengan senang hati Mommy akan mendengarkannya" tanya Renata dengan tatapan matanya yang teduh.
Celia tersenyum masam, jika saja lelaki itu bukan Collin tentu saja ia akan langsung bercerita. Tapi Lidahnya kelu seketika.
"Aku kesiangan, Mom. Kita akan bicara lagi nanti," jawab Celia beralasan dan ia pun bangkit berdiri dan mencium kedua pipi mommy nya sebelum pergi.
Hal pertama yang Celia lakukan ketika berada di luar rumah adalah melihat ke arah langit dan memperhatikannya. "Aku sedang memikirkan kamu," ucapnya lirih. Kemudian ia pejamkan mata dan membayangkan wajah tampan lelaki yang sangat dicintainya. "Sanggupkah aku berpisah darimu ?" batin Celia dalam hati.
to be continued ♥️
thanks for reading ♥️
mumpung Senin vote yuuukkk 😍
Hadiah juga boleh 😍
terimakasih ♥️♥️♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Wirda Wati
kerennn thort....
ngga bosan bcnya
2023-01-27
0
Ndhe Nii
keren semua
cerita
mu thorr ❤️🙏👍😀
2022-12-03
0
mulymoon
bagus ceritanya
2022-12-03
0