Saat lagi duduk melamun di balkon rumahnya, ponsel miliknya berdering, nada dering dari lirik lagu’ Esok hari Lebih Baik’ by Fandy, melihat nama si penelepon dengan cepat jemari Vani mengusap layar ponsel lalu menekan tanda call berwarna hijau.
“Van sudah di rumah?” Tanya si pemilik suara.
“Sudah Will, ada apa?”
“Bagaimana? lu jadi?”
“Sabar Will, gue baru berapa hari kerja di sana, gak mau buru-buru, gue ingin semua berjalan baik, gak mau ada yang curiga sama pekerjaan gue.”
“Tapi lo yakin Van …? Bokap lu itu orang pintar bahkan jenius, makanya dia bisa membangun perusahaan besar itu,” ujar William, ia teman Vani dari sejak duduk di bangku SMA.
“Tenang … bokap gue itu katanya sedang sakit, dia lagi berobat di Singapura, jadi perusahaan di pegang sama nenek sihir itu.”
Nenek sihir yang di maksud Bu Rosa, ibu tiri dari Vani, saat ayahnya sakit, wanita itu yang memegang kendali perusahaan ayah Vani.
“Tapi tetap saja Van … keamanan data di perusahaan bokap lu pastilah berlapis.”
“Gak juga Will, sekuriti data di perusahaan itu, tidak sebagus saat nyokap gue di sana. Kemarin … saat gue bersih-bersih ruangan server mereka di jaga hanya dua orang, aku sempat ngobrol dengan ITnya , sekarang ini hanya dia yang jadi ahli komputer di kantor, rekannya sudah beberapa hari cuti.”
“Bukannya Bonar juga lulusan programer?”
“Ya, tapi sepertinya nenek sihir itu tidak memberinya jabatan yang penting di perusahaan.”
“Lalu apa rencanamu?”
“Gue yakin putraku bisa meretas data-data mereka, gue hanya perlu memasukkannya dalam flashdisk besok.”
“Kenapa tidak lu kerjakan tadi?”
“William, kan, gue uda bilang karena gue masih baru, belum di perbolehkan bersih-bersih di ruangan direktur.”
Saat Vani masih dikampung dulu, ia meminta bantuan pada William, ia mengajak lelaki itu untuk bekerja sama membangun perusahaan baru, perusahaan yang bergerak di bidang yang sama seperti perusahaan milik keluarganya perusahaan Vani ia mulai dari nol sejak beberapa tahun lalu, ia merintisnya dengan modal yang ia kumpulkan saat bekerja bertahun -tahun sebagai freelance dan membuat konten YouTube tentang teknologi dengan putranya.
Perusahaan baru milik Vani di beri nama PT. Jonas Karya , Vani bahkan mempercayakan putranya untuk memegang bagian maintenance data perusahaannya, karena ia tahu kemampuan luar biasa dari putranya.
“Van, gue boleh tanya gak?”
“Apa?”
“Putra lo belajar dari mana sampai bisa jadi hackers seperti itu?” Tanya William, ia sangat kaget saat Vani menunjukkan kemampuan putranya pada William, saat pertama kali mereka bertemu.
“Kan, gue uda pernah cerita ama lu, gue itu sudah memberikan dia megang ponsel sendiri saat ia masih umur tiga tahun, intinya gue sudah didik dia dari mulai kecil,” ujar Vani.
“What …! Tiga tahun?” tanya lelaki itu dengan kaget.
“Ya, sebenarnya, sejak gue hamil dia di kampung, gue sudah berkerja di bidang desainer secara freelance dan menghasilkan uang yang banyak dari sana, makanya bisa membangun perusahaan.”
“Gue sudah tahu lo sudah pintar dari saat kita sekolah dulu, tetapi yang tidak gue habis pikir, kenapa putra lo jenius?”
“Keturunan William, bokap gue pintar, nyokap gue juga dan gue juga, intinya gen pintar itu, keturunan dari Bokap gue, Bapak Sudung Situmorang.”
“Gila ya … keluarga lo jenius semua.” ucap Wiliam.
“Ya, tidak ada yang instan Will, gue mendidik Jonas dari dia masih kecil dan bokap gue juga mendidik gue dengan keras, lu lihat sendiri gue dulu mengikuti beberapa bimbingan belajar dari sejak kecil , hal itu yang membuat gue pintar.”
Jonas Fernando, anak lelaki yang duduk di bangku kelas lima SD itu sangat berbeda dari anak-anak seumurannya, Vani menempa otak anak lelakinya dari kecil. Dari umur tiga tahun sang ibu sudah memperkenalkan Jonas game di ponsel dan memberinya buku- buku bergambar.
Sebenarnya tujuan utamanya saat itu … Takut anaknya mendapat perundungan dari anak-anak sebayanya, makanya ia memberinya banyak buku untuk kegiatan dari rumah.
Vani juga dulu sangat membatasi waktu untuk bermain di luar rumah, ia sadar kehidupan yang mereka jalani saat di kampung dulu, selalu bahan omongan dan nyinyiran para tetangga.
Paling sering yang ia dengar dulu saat di kampung seperti ini seperti ini;
“Darimana sebenarnya uang mereka untuk makan … di rumah terus tapi bisa belanja-belanja, barang-barang bagus,” ujar tetangganya.
Tahun-tahun pertama omongan para tetangga sempat membuat mentalnya down, tetapi belakangan setelah putranya semakin besar, omongan para tetangga yang syirik tidak dipedulikan lagi, Vani menganggapnya seperti angin berlalu.
Justru ia semakin bergiat bekerja dan di tahun kelima, ia berhasil memperbaiki rumah ibu mertuanya.
Tetangga yang syirik semakin kejang-kejang melihat kesuksesan Vani, wanita cantik itu akhirnya bertranformasi menjadi wanita yang tangguh dan kuat, saat ada orang yang ingin menganggu edanya, Vani tidak takut melabrak orang yang menganggu mereka.
Vani jadi diam saat sedang menelepon William.
“Van … Van Oooi. Lu diam saja sih!” teriak William di ujung telepon membangunkan Vani dari lamunannya.
“Oh, ya maaf”
“Lu mikirin apa?”
“Mikirin saat di kampung ibu mertua.”
“Lu, baik bangat si Van, suami lo gak pernah menganggap lu istri, tapi masih memperjuangkan ibu mertua sama ipar, sepuluh tahun, sepuluh tahun Van …”
“Tidak apa-apa, itu sudah takdir hidup gue.”
“Lalu … sampai kapan seperti itu?”
“Selamanya.”
“Astaga Vani, lu akan menyia-nyiakan hidup lu, maksud gue lo akan jadi janda sampai tua.”
“Gue gak janda William, masih terikat pernikahan, masih istri dari Bang Bonar.”
“Maksud gue gini Van, kenapa gak lo ceraikan si Bonar itu, lalu menikah lagi, ibu mertuamu tetap lu rawat,” ujar William.
“Gak Will, tidak akan, gue terlalu sayang sama ibu mertua gue, dia udah kayak ibu buat gue, bukan ibu mertua lagi,” ujar Vani.
“Lalu sampai kapan, bekerja sebagai OB di sana?”
“Tidak lama, targetnya hanya satu bulan, setelah mendapatkan data-data perusahaan tersebut, gue akan keluar dari sana, gue dan anak gue akan menghancurkan perusahaan itu.”
Saat mereka sedang mengobrol panjang lebar Jonas datang.
“Ma …!”
“Sudah dulu ya Will, anak gue manggil.”
“Ya, ok lagian kuping gue juga sudah panas,” ujar William.
Vani menutup telepon, ia membalikkan tubuhnya menatap putranya.
“Apa Mang?”
“Oppung manggil mama mau makan.”
“Oh, baiklah ayo, memangnya mba masak apa?”
“Masak ikan goreng mujaer, oppung tadi yang minta ingin di masakin ikan.”
Vani mengusap wajah putranya.
Bersambung ….
KAKAK JANGAN LUPA KASIH KOMENTAR DAN PENDAPAT KALIAN DI SETIAP BAB DAN JANGAN LUPA JUGA.
Bantu share ya Kakak.
Fb Pribadi: Betaria sona Nainggolan
FB Menulis; Nata
Ig. Sonat.ha
LIKE, VOTE DAN KASIH HADIAH
Baca juga karyaku yang lain
-Aresya(TERBARU)
-The Cured King(TERBARU)
-Cinta untuk Sang Pelakor (Tamat)
-Menikah dengan Brondong (Tamat)
-Menjadi tawanan bos Mafia (ongoing)
Bintang kecil untuk Faila (tamat)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
ira rodi
bodoh vani nanti pas kamu sudah sukses suamimu malah datang minta bagian harta kamu.....seharusnya ceraikan saja dia....
2024-03-03
2
Yuni Yuni
semoga sukses selalu buat Vani dan anaknya yang masih muda dan pintar lanjutkan crtanya jdi penasaran 😍😍😍👍👍👍
2023-03-03
0
Nami
seru
2023-02-13
0