"pagi semua" seru Ziva sembari berlari menuju meja makan.
"astaga!!"
"kamu bikin papa kaget aja Ra" ujar Fadli mengelus dada nya.
"maaf pa" cengir Ziva sembari duduk di samp8ng Mike.
"kayak nya papa belum terbiasa ngeliat kamu kayak gitu." tawa Fania.
"ya gitu lah, agak creepy soalnya." ujar Fadli lalu tertawa.
"ihh papa, kok gitu ngomong nya. Emang Ara semenyeramkan itu." lirih Ziva yang mengerucut kan bibir nya.
"mungkin lebih serem Ra." Mike tertawa kencang yang di hadiahi sebuah geplakan oleh Ziva.
Plak
"****! Sakit woy" ujar Mike mengelus lengan nya yang di geplak oleh Ziva.
"mamam tuh sakit!" tawa Ziva.
"udah udah, lebih baik kalian sarapan bentar lagi kan kalian mau berangkat sekolah" ujar Fadli pada kedua anak nya.
"oke pa" sahut mereka bersamaan.
Setelah menghabiskan beberapa waktu di meja makan, mereka segera menghampiri Fadli dan Fania.
"Ara berangkat dulu ya" Ziva segera mencium tangan kedua orang tua nya.
"hati hati!"
"hati hati ya sayang!" ujar Fania yang mana Mike ikut mencium tangan kedua orang tua nya.
"oke, assalamu'alaikum."
Mereka segera menuju teras rumah, di sana sudah ada ojek online yang Ziva pesan.
"ini helm nya neng" ujar nya menyerahkan helm pada Ziva.
Ia menerima nya dengan senang hati dan s3gera memakai nya.
Sang ojek segera menyalakan mesin motor nya dan mulai menjalan kan mot9r nya meninggalkan rumah menuju sekolah.
"morning" seru Sisil merangkul bahu Ziva.
"morning too." sahut Ziva tersenyum manis.
"oh iya, hari ini ada PR gak sih, gue lupa?"
"ada! PR fisika." tandas Ziva yang membuat Sisil terkejut.
"anjimm! Kek nya gue belum ngerjain!" Sisil langsung duduk di kursi nya dan membuka tas lalu mengeluarkan buku nya.
"liat punya gue aja." ujar Ziva menyodorkan buku nya.
"aaaa makasih ya" Sisil terharu, namun langsung menyalin PR nya dengan cepat.
Tak lama dari itu, Jessy dan antek antek nya tiba di kelas.
"h emang ada PR ya?" tanya Jessy menghampiri.
"ada lah." sahut Sisil yang menutup buku PR nya dan mengembalikan buku Ziva.
"gue liat donk!" seru Jessy yang ternyata lupa mengerjakan PR.
"enak aja"
"eh cupu, liat PR lo donk" seru Jessy melirik ke arah Ziva.
""dih! Mau liat PR tapi ngatain. Jangan mau Zi!" larang Sisil sembari menghadang Jessy dan kedua antek antek nya.
"apaan sih lo, rese banget!"
"iyah, lebih baik lo minggir deh!" timpal Maurin.
"gak" ujar Sisil berusaha sekuat tenaga menghadang mereka.
"awas lo ya!" seru Jessy ketika melihat Randi memasuki kelas.
Yang mana Jessy kembali meminta contekan pada teman nya yang lain dengan mengancam mereka.
"makasih ya Sil" ujar Ziva sembari membenarkan posisi kaca mata nya.
"terima kasih kembali" cengir Sisil yang tak lama dari itu bell pun berbunyi.
Semua murid pun berhamburan menuju bangku nya masing masing.
"Si Revan mana, kok belum keliatan sih." seru Reno pada Randi.
"palingan dia telat lagi" ujar Randi yang mana percakapan mereka di dengar oleh Ziva
"kebiasaan banget deh!" gumam Ziva yang sudah beberapa kali melihat Revan telat.
"untuk PR nya, tolong Sisil kumpulin PR temen temen kamu ya." Titah seorang guru yang mengajar pelajaran fisika.
"baik bu" Sisil langsung berdiri dan mengumpulkan PR dari teman teman nya.
Setelah selasai mengumpulkan buku PR, guru itu segera melanjutkan sesi pembelajaran yang mana lara siswa sibuk merangkum materi yang di tulis di papan tulis.
"oh yan! Hari ini siapa yang gak masuk?" tanya sang guru ketika selesai meletakan spidol.
"Revan bu" jawab seorang siswa.
"kebiasaan banget, kalo gak telat ya bolos..."
"saya hadir bu!" seru Revan yang baru tiba di kelas dengan nafas terengah engah.
"astaga!!"
"ini udah jam berapa Van? Emang kamu gak punya jam di rumah." omel sang guru.
"lagi pula mimpi saya terlalu indah untuk saya lewatkan. Lagi pula pepatah mengatakan lebih baik terlambat dari pada gak sama sekali." tandas Revan dengan sangat percaya diri.
"PR kamu mana?"
PR? Emang ada PR ya bu?" tanya Revan yang tak mengingat bahwa ia memiliki tugas rumah.
"keluar dari kelas saya sekarang! Dan lari sepuluh putaran."
"apa? Gak salah bu?!" Revan shock mendengar hukuman dari sang guru.
"15 putaran"
"loh kok nambah bu" protes Revan.
"oh jadi kamu mau ibu tambahin lagi."
"gak bu" tandas Revan langsung menaruh tas nya dan bergegas berlari ke lapangan.
"lebih baik gue lari dari pada beljar." senyum Revan yang segera melepas seragam nya dan menyisakan kaos putih polos nya.
"OH MY GOD REVANNN!"
Seketika seluruh perhatian siswa perempuan mengarah pada jelndela masing masing kelas demi melihat sang most wanted.
Revan pun hanya menyunggingkan senyum nya tanpa menghentikan langkah nya.
"Revan!!"
"astaga!!"
"udah udah fokus ke pelajaran" ujar sang guru.
"apa bagus nya sih? Ya gue akui sih dia ganteng!! Tapi menurut gue lebih oke Reno. Heran! Cowok kayak dia kok banyak fans nya." batin Ziva yang mendengar jerit histeris dari kelas lain.
Tringg
Bell kembali berbunyi menandakan pelajaran ke 2 akan segera di mulai. Namun karena guru tersebut tidak masuk, mereka memutuskan mengerjakan soal yang sebelumnya ia instruksikan. Bahkan tak banyak yang mengerjakan nya di perpus.
"perpus yuk" ajak Sisil
"ayuk"
Ting
Tiba tiba ponsel Ziva berbunyi
From : anak dajjal
To. : me
Ambilin gue minum di tas!
"aissshhh" dengus Ziva kesal.
"kenapa Zi?" tanya Sisil yang melihat perubahan di wajah Ziva.
"Revan nyuruh gue bawain dia minum ke lapangan." ujar Ziva yang mana letak kelas mereka yang berada di lantai dua.
"ya udah yuk, sambil kita ke kelas." ajak Sisil.
Ziva langsung mengambil air mineral di tas Revan, kemudian berjalan menuju lapangan.
"nih" seru Ziva menyodorkan minum ke Revan.
"lama banget sih! Gue haus tau!" omel Revan yang langsung menyambar botol itu dan menegak habis isi nya.
"bukan nya bilang makasih! Malah ngomel!" gerutu Ziva dalam hati.
"udah gak ada lagi kan? Aku mau ke perpu..."
Hap
Tiba tiba Revan menarik tangan Ziva.
"Zi, lo mau kemana?" teriak Sisil yang menatap kepergian Ziva yang di seret oleh Revan.
"Revan nyebelin banget sih!" kesal Sisil yang kemudian berlalu menuju perpustakaan seorang diri
"Revan, kita mau kemana?" tanya Ziva yang masih setia di seret oleh Revan.
Dughhh
"aaargghjhj" ringis Ziva ketika kening nya membentur punggung Revan yang tiba tiba berhenti.
"sstttt jangan berisik" ujar Revan sembari memperhatikan seseorang.
"kenap..."
Ucapan Ziva terhenti ketika melihat Bagas dan Zelin sedang berduaan di belakang kelas dekat gudang.
"gue harus rekam!" Revan langsung merekam Bagas dan Zelin yang sedang bermesraan menggunakan ponsel nya.
Setelah beberapa menit memergoki dan merekam kegiatan mereka berdua. Revan dan Ziva bergegas pergi ketika melihat Bagas dan Zelin hendak kembali ke kelas.
"yes! Tinggal kirim bukti nya ke Syila." ujar Revan dengan senyum merekah.
"eh, apa gak kecepetan? Apalagi ini kan jam pelajaran, takut nya malah ganggu dia belajar." lirih Ziva.
"bener juga. Gue harus keliatan baik dan gue gak boleh ganggu dia belajar." seru Revan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments