Pertemuan keluarga, tidak berjalan baik bagi Dera. Kerap dia mendengar percekcokan antara Daren dan Hafran. Ingin bertanya pada suaminya, tetapi melihat wajah penuh kekesalan, membuat Dera mengurungkan niatnya. Jadi, sepanjang jalan mereka hanya saling diam, seperti saat pergi tadi.
Mengingat setiap ucapan wanita di rumah orang tua Pandu tadi, membuat Dera kesal juga. Semua yang dia lakukan, seolah salah Dimata Jilia. Entah apa maunya, Dera mencoba untuk tak peduli.
“Apa kamu masih lapar?” Setelah lama hanya diam, akhirnya Daren membuka suara.
“Udah kenyang, kok, Om,” jawab Dera lembut. Sebisa mungkin dia tidak membuat Daren kesal lagi, soalnya Dera enek melihat wajah Daren yang seperti itu.
Daren kembali bungkam. Pria itu menyandarkan punggungnya di bangku mobil, kepalanya juga sudah bersandar. Daren merasa pusing, mungkin karena perdebatan tadi.
Dera yang sejak tadi mendengar helaan napas Daren, merasa kasihan. Dia bergeser sedikit, untuk menjangkau lengan Daren. Ketika gadis itu memegangnya, sang empu membuka mata karena terkejut.
“Ada apa?” tanya Daren.
“Mau aku pijat kepalanya?” tanya Dera balik. Seutas senyum dia tampilkan, agar menghilangkan wajah judes yang selama ini selalu Daren lihat.
Kekehan Daren membuat Dera kesal. Dia membalikkan tubuh, membelakangi Daren. Wajah Dera cemberut dengan bibir sudah maju lima senti.
“Maaf, maaf. Berbaliklah, saya sangat butuh pijatanmu,” ucap Daren. Dera menunduk, tersipu dengan ucapan itu.
Setelah dirasa sudah tak gugup lagi, Dera berbalik kembali. Dia semakin mendekatkan diri pada Daren, perlahan jemarinya mengusap kening itu dengan lembut. Sentuhan jemari Dera, membuat jantung Daren berdegup cepat. Belum pernah dia merasakan seperti ini, tetapi Dera mampu mengaduk-aduk jantungnya.
Hal itu juga terjadi pada Dera. Jantungnya sudah seperti ingin lepas dari tempatnya. Selama dia berpacaran dengan Pandu, Dera pernah berpegangan tangan bahkan berpelukan. Namun, Dera tidak pernah merasakan degupan jantung segila ini, sungguh, debarnya luar biasa.
Mobil seolah mengerti dengan situasi yang terjadi. Bergerak pelan menyusuri jalanan kota yang cukup lengang. Gerakan tangan Dera semakin lembut membelai rambut Daren, membuat mata sang empu terpejam, menikmati setiap pijatan yang gadisnya berikan.
Daren segera membuka mata, dia menangkap tangan Dera yang ingin memijat kembali. “Sudah, cukup. Saya tidak ingin kamu kelelahan, lebih baik kamu tidur,” ujar Daren.
Dera sedikit terharu mendengar itu. Daren selalu perhatian padanya.
“Emm. Bisa tidak, Om, pakai aku-kamu bukan saya-kamu?”
Daren salah tingkah, canggung karena perkataan Dera. Namun, dia segera mengangguk. “B-bisa, kok.”
“Bagus,” kata Dera sambil menyandarkan tubuhnya.
Tidak ada percakapan lagi, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing sampai mereka tidak sadar ketika mobil mulai memasuki gerbang rumah. Dan mobil berhenti di halaman yang lebar nan luas. Dera segera turun disusul oleh Daren, lalu keduanya sama-sama masuk ke dalam rumah. Mereka disapa pelayan yang membuka pintu, hingga pasangan suami-istri itu memilih untuk langsung ke kamar mereka.
Kecanggungan kembali menghampiri Daren dan Dera. Untuk sekadar duduk di tepi kasur, mereka tidak bisa. Keduanya masih berdiri di dekat pintu, tanpa ada yang mau memulai lebih dulu. Karena Dera tetap diam, akhirnya Daren berinisiatif untuk menawari gadis itu.
“Sebaiknya kamu cepat bersihkan diri, setelah itu barulah tidur,” ujar Daren.
“Om?” tanya Dera sambil menatap suaminya.
“Saya, eh, aku maksudnya. Aku akan mengerjakan pekerjaan lebih dulu,” sahut Daren.
Gadis itu mengangguk saja, berjalan meninggalkan Daren yang masih berada di dekat pintu. Dera membersihkan tubuhnya kembali, sebab terasa sangat lengket karena berkeringat. Setelah itu, Dera barulah pergi untuk tidur. Dia menyempatkan diri melihat Daren di ruangan kerja, tampak fokus pada laptop.
Di ruangan kerja, Daren mencoba untuk fokus menyelesaikan tugasnya. Meskipun berat, karena sejak tadi yang ada di pikiran pria itu, hanya senyuman manis Dera. Sudah berusaha untuk menepis, tetapi tidak bisa. Daren seolah terhipnotis oleh sosok Dera.
“Astaga. Apa yang terjadi denganku?” Dia menyugar rambutnya.
**
Keluar dari kamar mandi, Daren berniat mengambil bantal dan selimut. Dia tetap ingin tidur di sofa, rasanya tidak enak bila Dera belum mengizinkan untuk dia tidur di kasur. Daren hanya takut perbuatannya membuat Dera marah.
Ketika akan beranjak, tangan Daren ditarik oleh Dera. Dalam tidur, gadis itu terus saja menahan agar Daren tidak pergi.
“Kumohon jangan pergi,” racau Dera, masih terus memegangi tangan Daren.
“Aku di sini, kamu tidak perlu khawatir,” ucap Daren menenangkan Dera. Tanpa pikir panjang, Daren menjatuhkan bokongnya di tepi kasur.
Tangannya sudah bergerak mengusap kepala Dera lembut, guna menenangkan gadisnya agar kembali tidur pulas. Namun, siapa sangka Dera malah memeluk pinggang Daren, membuat sang empu susah bernapas karena terkejut.
“Jangan pergi, Om,” ucap Dera. Mengeratkan pelukan di pinggang Daren.
“I-iya.”
Kalau sudah begini, apa yang harus Daren lakukan? Alhasil, pria itu memilih berbaring tanpa melepaskan pelukan Dera. Lembut dan penuh perasaan Daren menepuk punggung Dera. Sepertinya Tuhan mendengar apa permintaan Daren, dipeluk sang istri seperti ini. Daren sangat bahagia, lambat laun Dera mulai menerima dia. Mungkin. Semoga saja begitu.
Senyum bahagia tampak di wajah tampan Daren. Dia merengkuh tubuh Dera, agar semakin masuk ke dalam pelukannya. Daren coba memejamkan mata, ikut menyelami mimpi bersama sang istri.
Aku hanya ingin, waktu terhenti. Betapa bahagianya aku, mendapatkan kehangatan dari istriku.
**
Pagi-pagi sekali, Dera sudah berada di dapur. Dia langsung keluar dari kamar setelah membersihkan diri. Dan lagi, dia merasa sangat malu karena kembali memeluk Daren dalam tidur. Ingin rasanya Dera menghilang, demi untuk menghindar dari Daren.
“Nyonya kenapa?” Pertanyaan dari mbok, membuat Dera tersadar.
“E-enggak, kok, Mbok. Dera, nggak, apa,” sahut Dera cepat. Mbok mengangguk saja.
Keduanya kembali melanjutkan memasak. Sesekali Dera melirik mbok, dia ingin bertanya perihal keluarga Daren, tetapi bibirnya terasa kelu. Pun, dia tidak mau dicap sebagai ‘gadis tukang kepo’.
Menghela napas, Dera mencoba menghilangkan beban yang menumpuk di dada. Setelah itu, dia kembali menatap mbok.
“Mbok,” panggil Daren.
Mbok menoleh. “Iya, Nyonya? Ada yang bisa Mbok bantu?” tanya mbok.
“Hemm, Dera boleh tanya?”
“Tentu, Nyonya.”
Dera melepas napas kembali. Tidak ingin melepas kesempatan ini, akhirnya Dera buka mulut. “Tentang keluarga Om Daren. Apa mereka tidak akur?”
Wajah mbok mendadak pias, tampak wanita itu gelisah ketika Dera menatapnya.
“Mbok?” panggil Dera lagi.
“Eh, iya, Nyonya?” Mbok gelagapan.
“Kenapa diam saja?”
“Anu ... Nyonya. Apa perlu Mbok jawab?”
“Tentu,” sahut Dera mantap.
“Sebenarnya, Tuan Daren dan keluarganya sangat akur dulu. Tapi, ketika kejadian itu terjadi, Tuan Daren menganggap mereka seperti musuh,” ucap mbok. Sengaja menggantung ucapan karena ingin mengambil napas lebih dulu.
“Kejadian apa, Mbok?” tanya Dera tak sabaran.
“Kejadian di mana is—“
“Mantan istriku selingkuh dengan sepupuku.”
**
Cieee... Aku-Kamu, nih, ye😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
BRRTI SI JILIA MNTAN ISTRI DAREN YG SELINGKUH DGN HAFRAN,, SDHLH BRKHIANAT, DI PULA YG GK SUKA DGN ISTRI DAREN..
2023-12-21
1
Sri Lestari
jilia mantan istri daren, hati hati dera ada ulet keket
2022-09-12
2
Putrhy Dewi Phatrezihaa
waowwwwww👏👏👏
2022-08-28
0