Tak terasa hari berlalu dengan begitu cepat , sudah dua bulan berlalu setelah kepergian kakaknya . Semakin lama juga ia larut dalam kesibukan untuk mengurus perusahaannya . Bumi lega selama itu papa dan mamanya tidak pernah membahas pernikahan seperti yang di ceritakan oleh Narra .
Bumi pulang dini hari , keadaan rumah sudah begitu sepi . Dia segera menuju kamarnya untuk segera beristirahat , kegiatan hari ini sungguh menguras tenaga dan pikirannya . Bahkan Bumi langsung terlelap sebelum sempat membersihkan dirinya .
TOKKK ... TOKKK ...
Bumi dikejutkan dengan bunyi gedoran pintu saat ia masih terlelap . Dengan sangat malas ia berjalan menuju pintu dan membukanya . Ia menatap tajam seorang pelayan yang terlihat sangat panik .
" Maaf tuan , nyonya berpesan agar tuan secepatnya menyusul ke rumah sakit sekarang " kata pelayan itu sedikit ketakutan . Majikannya yang satu ini terkenal mempunyai sifat sangat dingin .
" Kenapa aku harus kesana ? "
" Tuan besar unfall pagi ini , nyonya langsung membawanya kerumah sakit ... "
" Bodoh !! Kenapa kalian tidak segera membangunkan aku hahh !!! ":
" Sudah tapi tadi .. "
BRAKKKK ...
Bumi langsung keluar kamar setelah mengambil kunci mobilnya , dia tak mempedulikan pelayan yang masih berdiri di depan pintunya sambil memegangi dadanya karena kaget .
Dengan kecepatan penuh Bumi menginjak pedal gasnya agar cepat sampai kerumah sakit . Sampai disana ia segera menuju ruang operasi dimana sang papa sedang ditangani oleh para dokter .
" Mahh ... "
Bumi memeluk mamanya yang sudah duduk di depan ruang operasi , air mata masih membasahi kedua pipinya .
" Bumi .. papamu nak "
" Papa pria kuat , Bumi yakin semua akan baik baik saja . Mama yang tenang ya "
Bumi merengkuh tubuh mamanya seolah sedang memberi ketenangan . Padahal hatinya pun sama khawatirnya dengan sang mama . Dia tidak ingin kehilangan lagi , belum hilang pukulan hebat akan kepergian kakaknya .
Tak berapa lama ruang operasi terbuka dan beberapa perawat membawanya ke ruang perawatan . Bumi segera bangkit untuk menemui dokter yang menangani papanya .
" Bagaimana Dok !? Apa papa saya baik baik saja ? "
Dokter itu terlihat menghela nafasnya sesaat , terlihat dia berat mengatakan sesuatu .
" Kami bisa mengatasi jantungnya , tapi maaf kami mengangkat satu ginjal Pak Alfian karena memang sudah tidak bisa diselamatkan "
" Apa itu berbahaya Dok ? "
" Beliau sekarang hanya punya satu ginjal itu berati kita harus benar benar menjaga pola makannya ditambah lagi dengan penyakit jantungnya . Kita sebisa mungkin menjaga suasana hatinya . ltu saran saya "
Bumi sedikit lega ketika sudah mendengarkan penjelasan dari dokter , Rita pun sudah mulai tenang . Mereka menunggu Alfian sadar dari pengaruh obat ketika operasi . Beberapa alat terlihat masih menempel di tubuhnya .
" Bumi biar mama yang jaga papamu , kau bisa pulang istirahat . Mama tahu tadi kau baru saja istirahat . Jangan terlalu sering pulang pagi nak ... jaga kesehatanmu ! Hanya kau yang papa dan mama punya saat ini "
" Mahh .. Bumi tidak apa apa , Bumi bisa istirahat di sofa itu jika nanti mengantuk . Untuk urusan kantor Bumi bisa menghandle dari sini "
" Ya sudah kamu tidur dulu , nanti mama bangunin jika papa sudah sadar "
Bumi menuruti kata mamanya , lagipula ia memang sangat mengantuk saat ini . Akhirnya ia terlelap di atas sofa yang ada di ruangan itu .
Bumi terbangun ketika mendengar suara.laki laki di ruangan itu , ternyata dokter sedang memeriksa papanya . Papanya sudah tersadar dan sang mama terlihat setia berada disampingnya .
" Bumi .. " suara lirih Alfian masih dengan jelas bisa ia dengarkan .
" Ya Pah .. Bumi di sini " Bumi melangkah mendekati ranjang papanya .
" Mama dan papa tahu kau menghindari kami akhir akhir ini , kami tahu kau pasti sudah mengetahui apa yang akan kami bicarakan padamu " Rita mewakili suara hati suaminya karena Alfian belum boleh banyak bergerak ataupun berbicara terlebih dahulu .
" Papa dan mama ingin kamu menikah , percayalah kami sudah memikirkan matang matang tentang hal itu . Dia yang terbaik untukmu ! Dia wanita yang baik , kami juga sudah menganggapnya seperti putri sendiri "
Bumi masih diam , ia ingin mamanya berbicara terlebih dahulu . Karena saat ini dia tak boleh gegabah bertindak . Sesuai pesan dokter jika ia harus menjaga suasana hati papanya .
" Mama harap kau bisa menerimanya kelak , kami berharap kalian bisa menjadi keluarga yang bahagia "
" Siapa maksud ibu ? Siapa wanita yang akan aku nikahi ?! "
Rita menghela nafasnya sepertinya ia berat untuk menyebut nama wanita itu , sejujurnya ia tahu Bumi pasti akan menolaknya . Alfian menguatkannya dengan menggenggam tangan istrinya agar lebih tenang .
" Mantan istri kakakmu , ibu dari cucu kami "
" Baik ... "
Rita dan Alfian saling memandang , mereka terkejut dengan jawaban Bumi yang sangat cepat itu .
" Apa maksudmu nak !? "
" Bukankah mama ingin aku menikah ? Aku bersedia jika hal itu bisa membuat kalian bahagia "
Rita kemudian memeluk Bumi dengan erat , tangisnya kemudian pecah . Ia bahagia ternyata putranya menerima rencana pernikahan ini .
" Kalian akan menikah dua hari lagi sebelum mama dan papa ke Tiongkok untuk berobat sekaligus menenangkan diri di sana . Tadi kami sudah membahas ini dengan dokter dan dia mendukungnya "
" Mama saja yang atur , Bumi pasti akan melakukan semuanya "
~ Awal salah paham yang akan menimbulkan rasa benci di hati Mas Bumi , makanya kalau apa apa itu nanya dulu to Mas ... Ojo main iya iya wae .!! Dukung terus emak othor ya ~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 248 Episodes
Comments
Nur Bahagia
waduh Bumi akan benci sama Air kah? 🥺
2024-08-09
0
Qaisaa Nazarudin
Bumi pikir Narra,nyata nya Aira,Salah paham kan..
2024-06-21
0
Qaisaa Nazarudin
Bukan Narra kan pilihan mereka tapi Aira,Makanya Bumi nolak karna dia masih mencintai Narra,karna itu juga dia gak percaya apa yg sahabatnya bilang tadi di club kalo Deniel adalah SIMPANAN nya Narra..Bodoh ya Bumi hanya Karan Cinta bikin dia membuta kan Mata,Menuli kan telinga,Harusnya Bumi cari tau kebenarannya..
2024-06-21
0