Sarea yang sudah duduk di dalam mobil seketika melaju pergi.
"Pak Jamal saya lebih baik duduk didepan saja," ucap Sarea dengan sangat sopan.
Pak Jamal menggeleng.
"Tidak aman jika ada polisi melihat kau tak mengenakan sabuk pengaman lagi pula aku lupa membenarkan sabuk pengaman yang rusak." Katanya pada Sarea yang mengangguk mengerti.
Sarea benar-benar tak nyaman harus duduk disini.
Sarea merasa jika Pak Jamal adalah sopirnya dan itu tak sopan bagi Sarea.
"Nah turun disini saja Pak," ucap Sarea pada Pak Jamal yang hanya tersenyum lebar sambil menyetir.
"Tidak bisa Sarea." Katanya sambil membelokkan setirnya melewati ramainya parkiran mobil.
"Jangan masuk pak biar saya turun di sini dan masuk sendirian." Elak Sarea lagi dengan sopan.
Pak Jamal tetap melajukan mobilnya.
"Tidak bisa Sarea.. kau sudah lelah bekerja di bagian jasa kebersihan dan kau mau berjalan kaki masuk kedalam, aku akan berbaik hati mengantarmu sampai depan kelas mu yang dekat taman itu," ucap Pak Jamal pada Sarea dengan lembut.
Saar akan masuk gerbang kedua tiba-tiba mobil pak Jamal dan Mobil Javer saling berhenti bersamaan sama-sama tak mau mengalah masuk ke dalam gerbang.
Semua maha siswa yang mau masuk gerbang kedua langsung tak bisa membiarkan momen ini.
Lihat Javer Aldevaro dan Perempuan asing juga Sopirnya saling berhadapan. Mereka mengangabadikan momen ini dengan mengambil gambar dan memvidiokannya.
Saat Javer menatap mobil itu. Javer langsung marah dan tak bisa sabar dengan membunyikan kelakson.
Pak Jamal turun dari mobil.
"Kau yang mengalah... aku akan mengantarnya masuk kedalam," ucap Pak Jamal masih sopan tapi, Javer sudah tak tahan dan keluar dari mobil dengan kesal.
"Anda yang mundur pak, Saya juga mau masuk, Anda menghalangi mobil saya." Kata Javer dengan kesal pada orang yang lebih tua bahkan lebih tua dari kakaknya.
"Tidak mau saya yang memundurkan mobil saya karena Anda menyetir ugal-ugalan dan anda juga asal memasukkan mobil kedalam padahal jelas-jelas mobil saya sudah hampir masuk," ucap Pak Jamal tak mau kalah.
"Kau yang mundur pak tua aku harus masuk kelas aku terlambat kau tahu," ucap Javer sudah tak bisa sabar dan sopan.
Sarea sudah tak bisa membiarkan debat terus terjadi saat ini dan menunggu berlalu, waktunya tak tepat dan semua maha siswa sudah sangat banyak dan mereka semua memfoto juga memvidio.
"Kenapa aku dan Pak Jamal yang harus mundur...Hah," kata Sarea.
Seketika suara sorakan terdengar.
"Apa ini?"
"Perempuan itu berani dengan Javer, Bosan hidup dia ternyata!"
Sarea tak mengubris semua mahasiswa di sana yang terus membicarakannya. Sarea menatap tajam Javer.
"Oh.. Kau.. Lebih baik kau minta sopir mu untuk pergi lebih dulu, aku tak mau menyingkir, sana."
Sarea tak bisa terima ucapan Javer yang memerintah seenak jidatnya.
"Kau.. Sana.. Hey.. kau perhatikan bicaramu memangnya dia adikmu dia orang tua aku bahkan tak pernah mengatakan kata kau, sana! padanya dan kau bilang begitu." Sarea tak terima dan menyentak ucapan Javer dengan sikapnya yang berani tapi, hal itu malah membuat petugas keamanan turun tangan dan menghampiri keduanya.
Petugas menatap ketiganya bergantian.
"Kau yang mundur, Kau harusnyq tahu mengantri," ucap Sarea.
"Kalian berdua seharunya mengalah, kami mohon kalian jangan saling berdebat disini," ucap Penjaga keamanan itu.
Sarea melipat tangannya menatap Javer.
Merasa Javer di tantang dia kekeh tak mau memundurkan mobilnya lebih dulu.
"Aku tidak mau biar mereka duluan saja." ucap Javer.
"Jangan harap itu dari kami, " Kata Sarea dengan tajam. Javer lebih kesal jawabannya di jawab kasar.
"Tuan Nona.. Kami mohon kalian harus mengalah dan saling maklum." Kata Pengawas dan penjaga itu berdua sekarang mereka berdiri menatap Javer dan Sarea.
"Oh.. Tidak mau." Kata Javer menantang.
Sarea tersenyum mengangguk.
"Kami juga tidak mau," ucap Sarea.
Seketika Pengawasa itu mulai kehilangan kesabaran dan menjadi lebih tegas.
"Sekali lahii, Kami mohon pengertian Anda sekalian untuk tidak egois dan Sekarang Rektor juga para Dosen menuju kemari." Kata Pengawas itu.
Saat itulah Javer mau tak mau mengalah dari pada dirinya di hukum atau berita ini sampai telinga ayahnya atau kakaknya.
Javer masuk kemobilnya dan Sarea dan pak Jamal juga masuk ke mobilnya. Sarea di turunkan Pak Jamal di depan dekat taman dan membuat Sarea tak enak hati.
"Maaf pak Jamal harus menghadapi itu, Saya seharusnya duduk didepan."
"Orang itu menganggap anda sebagai sopir saya," ucap Sarea tak nyaman dan malu.
Pak Jamal terkekeh.
"Tidak masalah lagi pula bangku depan memang rusak sabuk pengamannya dan kau tidak bisa menggunakannya."
Sarea pamit dan berterimakasih pada Pak jamal.
Turun dari mobil Sarea langsung pergi ke dalam kampusnya melewati taman di sampingnya.
Tak lama mobil Javer masuk dan terparkir dekat kantin di sebelah mobil Radit dan juga sepeda lainnya.
Di Kantornya Bagas mendapatkan berita di kantornya dari Mila sekertarisnya yang masuk keruangannya setelah salam.
"Maaf Pak, saya membawa berita tentang Tuan muda," ucapnya tergesah.
Bagas yang melihat sekertarisnya seperti ketakutan itu menatapnya dengan tajam.
"Perlihatkan apa itu?" ucap Bagas dengan penasaran seketika Mila memutar tabletnya dan memberikan vidio tentang perdebatan Sarea dan Javer.
Lalu melihat dimana mereka berdua berada. Seketika vidio selesai di lihat. Aditiya putra pertamanya masuk keruangannya dengan mengetuk pintu dan tergesah juga.
"Ayah.. Tolong jangan lakukan hal tak akan ayah kabulkan di ucapan kemarin." Kata Aditiya yang membuat bagas yang aslinya lupa malah menjadi ingat.
Dengan ekspresi wajah datarnya. Bagas berdiri dari duduknya.
"Mila persiapkan tentang pernikahan sederhana undang semua keluarga dan juga ada saja di rumahku hanya yang terdekat yang datang jangan sampai ada wartawan," ucap Bagas tegas tiba-tiba seketika Aditiya meraup wajahnya dan menyebut nama tuhannya dan memohon ampunan.
"Ayah.. Aku mohon biarkanlah masalah ini berlalu aku tahu ini tak seberapa tapi, ini dekat sekali dengan apa yang ayah katakan kemarin, Ayolah ayah biarkan anak itu bebas sebentar," ucap Aditiya yang memohon untuk adiknya jangan menikah sekarang.
Aditiya terlalu menyayangi Javer. Selama ayahnya sibuk bisnis hanya Aditiya yang tahu watak Javer sebenarnya dan Ayah mereka seperti tidak hapal dengan itu, ok baiklah Aditiya maklumi jika ayah mereka ingin yang terbaik tapi, tidak sekarang dan Javer belum waktu matang dengan urusan pernikahan bagaimana jika sesuatu buruk menimpa pernikahan mereka.
Bagas menatap putranya sambil memakai jasnya.
"Urus perkerjaanmu dan istrimu urusan Javer biar kali ini ayah dan Ibu yang urus." Ayah keluar dari ruangannya meninggalkan Aditiya sendirian.
Seketika Aditiya membuka ponselnya menelpon seseorang.
"Kalian berdua selidiki siapa itu Sarea dan awasi dia jika menjadi incara orang jahat jika bisa berpura-pura lah jadi orang lain." Kata Aditiya dengan tegas seketika Aditya keluar dari ruangan ayahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments