Pulang dari kampusnya Javer langsung pulang kerumah Radit tidak pulang kerumah karena tahu pasti ayah dan ibu tirinya ada di rumahnya.
"Kenapa Kau pulang kerumahku, Kau itu punya rumah, teman." Kata Radit dengan melirik sinis Javer yang berjalan masuk ke pintu depan rumahnya.
Javer mengedikkan bahunya.
"Akun tamu, ayo layani dengan baik, aku ini raja." Radit berdecak malas.
Di kampus yang Sarea baru lewati gerbang depannya dengan menunggu taksi datang.
Akhirnya taksi datang juga. Sarea naik ke dalam taksi dan menunggu sampai taksi berhenti di tepi jalan dekat dengan tukang buah.
"Sarea." Sapa seorang lelaki tua paruh baya yang baru menata jeruk dan tomat didepan tokonya.
"Haa.. Iya.. paman," ucap Sarea berbalik setelah membayar uang taksi. Sarea mendekat ke penjual buah dan meminta untuk membeli sayuran saja Tomat dan Wortel.
Sarea tersenyum.
Menunggu Wortel dan Tomat di timbang.
"Kau hanya beli ini saja Sarea?" ucap Paman pemilik toko yang sering menjadi tempat langganan Sarea membeli buah atau sayuran segar yang tak terlalu banyak, sesuai kebutuhan.
Sarea mengangguk.
"Iya.. Paman tak ada lagi," ucap Sarea uang menerima wortel dan Tomat.
Sarea membuka Dompetnya di dalam tas.
"Berapa paman?" kata Sarea.
"Lima bes saja seperti biasa untukmu," ucap paman penjual sangat ramah.
Sarea yang memberikan uang seketika kaget dengan suara berisik di belakang paman penjual.
"Haiiz.. Kau membuat kami terkejut Razeq," ucap Paman pada anak laki-laki yang yang baru saja membawa se keranjang kotak apel untuk di bawa ke toko atas sana.
"Haai... Sarea," sapanya dengan ternyenyum lebar dan Razeq memang menyukai Sarea sejak awal membeli buah dan sayuran di sini juga kadang lebih banyak sayuran segar lainnya.
"Berhenti memandanginya, Apa matamu ingin aku colok," kata paman itu pada putranya. Sarea tersenyum tipis.
"Ah.. ya Sarea.. aku akan bantu bawakan," ucapnya seketika Sarea menatap dengan tak percaya.
"Ee.. Tidak perlu Razeq aku bisa membawanya pulang sendirian lagi pula ini hanya barang kecil." Kata Sarea dan memang kenayataannya Sarea membawa barang yang ringan.
Paman itu menggeleng dengan sikap putranya pada Sarea.
Sarea pamit pergi dan Razeq masih memandangi Sarea yang menjauh.
"Berhentilah menyukai Sarea di tak pantas untukmu, lihat dirimu dulu baru berharap bisa mendapatkannya." Ucap sang ayah lalu masuk ke dalam meninggalkan wajah putranya yang masih murung karena ucapan ayahnya.
Sarea yang melangkah masuk dan sampai di rumah akhinya meletakkan semua yang ia beli tadi di toko segar, di dapur lalu melangkah memanggil ibunya. Ibunya duduk dengan mata terpejam tv menyala dan tak lama Ayahnya pulang dengan keadaan babak belur.
"SAREA... BERIKAN AKU UANGMU." Teriaknya membuat kaget Sarea.
Sarea mengeluarkan uang dari sakunya dan memberikan pada Ayahnya yang kecanduan judi juga kecanduan Alkohol.
Sarea yang masih berusaha membangunkan ibunya tiba-tiba melihat pil tidur diatas meja tv.
"Ibu jangan minum pil ini lagi ibu tahukan ini tak baik," ucap Sarea pada sang ibu yang hanya mengangguk.
Ibunya di ajak nya duduk dan Sarea menghangatkan sayur yang baru di masak pagi tadi sebelum keluar rumah. Sarea menghangatkan sayuran sambil menatap ibunya sesekali.
"Ibu baik-baik saja, Rea.. Kau bekerja lelah dan Ayahmu pulang meminta uang apa kau tidak marah?" ucap Sang ibu dengan wajah lemas seperti orang yang sedang mabuk alkohol.
"Haah.. Tidak lebih baik Rea kehilangan uang dari pada Ayah memukuli kita semua, Nah sekarang ibu makan lebih dulu Sarea akan membereskan dapur," ucap Sarea pada sang ibu.
Tapi, tiba-tiba ibunya menatap sup sayur yang sudah di hangatkan.
"Sarea.. panggil Kakakmu untuk makan bersama ibu, Ibu ingin makan bersama dia," ucap Ibu nya dengan lemas.
Sarea tersenyum mendekati ibunya.
"Kakak Sudah makan di surga, Kakak mungkin sudah tidur di surga sekarang sudah tengah malam Kakak pasti tidak akan mau makan lagi," ucap Sarea pada ibunya yang mengangguk mengerti.
"Ah.. iya benar ibu akan makan sendirian kalo begitu," ucap ibunya yang lemas dan tak berdaya perlahan mulai makan menyuapkan nasi dan kuah sup perlahan dan pasti masuk kedalam mulutnya.
Sarea sedih melihat ibunya terlihat orang yang sangat merindukan kakaknya yang tiada. Kakaknya terlalu lelah menghadapi kedua orangtuanya yang selalu seperti ini. Ayahnya seperti itu sekarang dan dulu tidak seperti itu.
Dulu ayah Sarea sangat menyayangi keluarganya bahkan selalu semangat bekerja tapi, suatu hari bisnis ayahnya bangkrut total.
Sarea tak bisa melakukan apapun karena Sarea masih berumur sepuluh tahun dan masih belum mengerti waktu itu.
Saat ayahnya hancur karena bangkrut bisnisnya. Kakaknya yang sudah berumur tujuh belas tahun bunuh diri di kamar mandi dengan menenggelamkan diri ke bak mandi dan memotong tangannya.
Sarea terdiam saat melihat kakaknya mati bunuh diri waktu itu dan Sarea juga ingat jika ibunya hampir gila saat melihat kondisi kakaknya waktu itu.
Semua berlalu dengan memabwa sesuatu yang ada di keluarga Sarea. Sampai akhirnya Rumah tersita bank dan Sarea tinggal di pemukiman kumuh.
Setelah Sarea selesai makan malam Sarea pergi tidur dan ibu nya sudah lebih dulu masuk ke dalam kamar saat Sarea masuk kamar ibunya keluar kamar dan mengambil Wine yang ibunya sembunyikan di bawah lemari cuci piring dekat pipa.
Ibunya minum sendirian didalam kamar.
Sarea yang tertidur pulas tidak tahu.
Tapi, di tempat yang remang Sarea berumur sepuluh tahun berjalan sendirian di lorong gelap dan masuk ke salah satu kamar dan ternyata basah dengan genangan air.
Sarea melihat kakaknya tak sadar dengan keadaan berdarah bercampur air di bak mandi dan terlihat tangannya terpotong.
Sarea mendekat semakin mendekat dan mengincar kalung kakaknya. Sarea mendekat dan memegang kalung kakaknya seketika itu Kakaknya membuka mata memagang tangan Sarea yang Tangannya mengeluarkan darah.
Sarea bangun dengan keringat yang banyak saat itulah Sarea sadar jika itu hanyalah mimpi yang sama dengan ingatan buruknya tentang kakaknya.
Sarea melihat kalung kakaknya masih di lehernya Sarea mengecupnya dan memejam kan matanya sambil mengenggam leontin bulat kalung itu.
Saat tak bisa tidur Sarea terjaga sampai pagi.
Di pagi Hari Sarea kembali berangkat bekerja dan kembali mendapatkan gangguan, di panggil atasannya.
Sarea datang dan duduk di kursi dimana atasannya mempersilakannya.
"Tindakanmu kemarin terhadap bawahan Pak Abdullah sangat sedikit tak di benarkan Sarea." Kata Atasannya.
"Tapi, Maaf... Pak, Saya sudah melakukannya sesuai prosedur dan juga cara kerja hotel seharusnya pegawai pada semua tamu asing," kata Sarea.
"Iya aku tahu itu tapi, Pak Abdullah mengatakan itu padaku, Pak Abdullah memberikan amplop ini padamu," ucap Atasannya sambil mengambil titipan Pak Abdullah untuk Sarea yang di titipkan padanya. Sarea terdiam dan menatap Atasannya ragu untuk menerima atau tidak.
"Terimakasih pak," ucap Sarea yang akhirnya menerimanya dan Atasannya mengangguk. Mempersilakan Sarea pergi dan Sarea pamit keluar.
Di dapur Wila temannya Menatap Sarea.
"Waah.. apa ini jangan-jangan tentang Limosin kemarin, Ayo ceritakan apa yang bos bilang hayoo.." Kata Wila pada Sarea yang tersenyum lebar saja.
" Apa pun itu," Jawab Sarea semakin membuat Wila penasaran.
Sarea memilih pergi dan tiba-tiba temannya yang lebih tua Pak Jamal yang juga pegawai hotel menganggap Sarea sebagai adiknya mengajak Sarea untuk berangkat kuliah sekarang.
"Sarea ayo nanti kau terlambat," ucap Pak jamal.
Sarea mengangguk dan Wila juga berdiri.
"Hai.. Rea jangan lupakan bekal mu," ucap Koki yang sangat baik pada Sarea karena Sarea sangat ramah di tempat kerja juga tak sombong atau berbuat macam-macam jadi baik Koki Pak Jamal atau Wila dan pegawai lainnya sangat suka dengan Sarea yang ramai dan senang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments