Elena yang menunggu Lita tak datang-datang padahal lebih lima menit akhirnya mendatangi Lita yang masih bicara dengan Sarea.
"Lama sekali apa dia belum mengatakannya?" kata Elena dengan tatapan tak bersahabatnya.
Sarea mulai merasa jika suasananya sangat canggung Sarea tersenyum kikuk.
"Tunggu sebentar El.. aku sedang menawarkan beberapa amplop undangan untuk datang di setiap acara amal keluargaku," ucap Lita pada Sarea yang menatap bingung.
"Oh.. Begitukah!" Kata Elena dengan menatap Sarea remeh.
"Oh.. Ya.. Sarea kenalkan mereka, Itu Ermi rambut pendek sebahu dan yang panjang keriting itu adalah Elena," ucap Lita memperkenalkan.
"Eh.. Yaa.. Hayy.. Salam kenal," ucap Sarea.
"Oh.. Ya.. Hallo," ucap Ermi dengan sangat ramah. Elena mengangguk.
"Selamat pagi," ucap Elena.
"Pagi..." Jawab Sarea dengan riang menatap mereka bergantian.
"Tingkat berapa?" Tanya Elena langsung.
"Oh.. aku pertama." Kata Sarea menjawab dan memberikan senyumannya pada mereka bertiga.
"Oh.. Kalo gitu aku Tiga." Kata Elena. Tiba-tiba Elena bertanya tanpa memperhatikan kalimatnya yang keluar membuat Ermi dan Lita terdiam kaget.
"Apa hubunganmu dengan para pengusaha kelas atas.. Tidak, bukan itu tapi apa bisnis yang keluargamu jalani," ucap Elena pada Sarea yang mengeleng menatap Lita dan Ermi bingung.
"Apa aku tidak.. mengerti?" Kata Sarea menatap dengan tersenyum canggung. Elena tersenyum miring.
"Apa Orang tuamu bekerja di bisnis makanan minuman atau barang fashion atau berlian dan Emas pertambangan... Sejenis lainnya," ucap Elena lagi. Sarea menggeleng.
"Sudah kuduga kau orang kaya... Palsu," ucap Elena dan memelankan suaranya di kata palsu.
"Oh.. begitukah, kalo begitu bagaimana tentang sosial media apapun kita bisa saling berteman." Kata Elena melipat tangannya diatas perut terkesan menantang Sarea yang tak terima jika Sarea memang orang yang sangat populer.
"Tidak.. aku tidak.." Sarea yang mau mengatakan kalo dirinya tidak punya sosial media di potong oleh seruan Lita.
"Yaa.. Benar sosial media katakan apa namanya aku juga akan berteman dan mengikutin akunmu," ucap Lita sangat semangat. Sarea mulai tersenyum lebar dan melambai pelan di tangan kirinya.
"Tidak.. aku sama sekali tak punya sosial media.. aku juga.. Oh.. maksudnya aku jarang menggunakannya walaupun punya," ucap Sarea maksudnya memperjelas ucapan di awalnya.
Lita Ermi dan Elena menatap bergantian dan Elena menatap remeh Sarea dan Ermi dengan Lita menatap sedikit sedih juga kecewa karena menyinggung.
"Sungguh.. kau tak punya.. Oh.. tidak maksudku hidup di jaman apa kau sekarang bisa tidak punya akun sosial media. Hey... Nenek ku saja punya," ucap Elena dengan menatap remeh Sarea berkali-kali.
Menurut Ermi, Elena keterlaluan tapi Ermi tak bisa melarangnya terus meremehkan Sarea. Ermi dan Lita terpaksa diam saja dan menonton.
"Kalo begitu terimalah undangan ini," ucap Lita.
"Tak masalah kamu tak punya sosial media yang penting datanglah di acara ini setiap jadwalnya." Kata Lita sambil mengulurkan undangan itu.
Sarea melihatnya dan membacanya.
"Undangan macam apa itu... Oh.. Ya aku mengerti, tapi aku lebih suka memberi makanan pada Hewan jalanan." Kata Sarea dengan jujur lalu mengeluarkan roti isi dari dalam tasnya.
Ermi Lita termasuk Elena memperhatikan apa yang Sarea lakukan dan benda apa yang Sarea makan.
Sarea yang merasa di perhatikan menatap ketiganya bergantian dan membuka roti isi itu sampai terlihat seberapa banyak isinya.
"Apa kalian mau aku bisa membaginya untuk kalian jika mau," ucap Sarea menatap ketiganya. Seketika Elena menggeleng jijik dan pergi begitu saja. Begitu Elena pergi berbalik Lita dan Ermi juga langsung pergi. Sarea mengedikkan bahunya acuh. Lagi pula mereka datang menghampirinya pasti hanya ingin tahu dan jika sudah tahu mereka akan pergi.
Saat mereka berdiri di depan pintu Kantin Lita mendesah kesal menatap lima lembar undangannya dan amplop kosong nya.
"Sudah kubilang jangan kesana.. " kata Elena kesal pada Lita yang ngeyel.
"Aku hanya mau menawarinya saja." Kata Lita mengeyel.
Ermi menatap tak percaya sedangkan Elena berdecak.
"Sudah tidak usah sedih.. aku akan mengambilnya. Lagian sudah ku katakan jangan hampiri dan berikan itu Orang kaya palsu status saja tidak jelas.. Dia pqsti penipu," ucap Elena kesal sendiri.
Mereka bertiga pergi dari sana tapi, Sarea malah kedatangan teman satu kampus juga satu kerjaan yang sama dengannya.
"Haay.. Sarea.. Pagii.."
"Iyaa pagi Wila," ucap Sarea menjawab sapaan Wila.
"Katakan padaku Sarea siapa yang mengantarmu dan limosin sopir lalu penilaian mahasiswa kampus ini," ucap Wila dengan sangat penasaran. Sarea berdecak malas.
"Hentikan Wila aku sama sekali tidak tahu.. itu terjadi begitu saja Kau tahu tamu kita di hitel Tuan Abdullah Zakky dan Asistennya Ammer mereka berdua yang melakukannya dan membuatku diantar dengan limosin itu," ucap Sarea.
Saat yang sama Wila membayangkan hal tak mungkin.
"Kau yakin mereka berdua.. aku rasa mereka bukan orang sembarangan jangan-jangan mereka berdua salah satu pengusaha terkenal di Indonesia dan tak ada yang tahu kalo mereka konglongmerat dengan bisnis terbesar di negara ini," ucap Wila denganheboh.
"Sudahlah lagi pula itu tak akan berarti apapun, hari ini saja aku merasakan hal itu," ucap Sarea seketika Wila kembali dari bayang-bayang di awan dan mengangguki ucapan Sarea.
"Yaa.. kamu benar mari masuk kelas saja," ucap Wila mengajak Sarea masuk kelas.
Di dalam ruangan kerja seorang Ceo yaitu Aditiya Prabu Aldevaro putra Pertama Prabu Bagas Aldevaro.
"Kau yakin Adit.. Adikmu ini tidak pernah kembali pulang kerumah, Ayahmu ini baru saja pulang dari California dan tak menemukan adikmu di rumah, Pekerjaanmu sudah sama sepertiku kau tahu nak," ucap Bagas Prabu Aldevaro, Sang ayah.
"Iya.. Ayah.. aku mengerti tapi, Itu tidak masalah, Aku juga pernah melihatnya pulang pagi ini sebentar." Kata Aditiya menatap sang ayah.
"Aku mau kau bisa membuat adikmu mandiri..." Kata ayah seketika menghentikan ucapannya dan berpikir keras.
"Aku akan menikahkannya dari perempuan yang pernah dekat dengannya," ucap Sang ayah pada putra pertamanya.
Aditiya terdiam dan menatap sang ayah dengan bingung.
"Sudahlah.. ayah jangan nikahkan dia sekarang, pasti Javer masih ingin merasakan masa mudanya dan banyak sekali hal yang harus di lakukan di masa mudanya.." kata Aditiya mencoba menghentikan sang ayah tapi, Ayahnya tak bisa menarik ucapannya.
"Tidak akan bisa.. Aku tetap akan menikahkannya dan kau harusnya tak melindunginya untuk tidak menikah," ucap Sang ayah pada putranya yang langsung diam Karena salah bicara. Aditiya langsung diam mengangguk juga.
"Yaa.. benar apa yang di katakan ayahmu Aditiya.. Kau seharusnya membiarkan Javer menikah dan tinggal mandiri jika tidak di ajarkan anak itu tidak akan berpikir dan akan terus seperti anak kecil," ucap ibu Asela. Asela adalah istri kedua ayah mereka dan ibu kandung mereka meninggal karena sakit keras.
Aditiya memasang wajah datar tak sukanya saat Asela datang.
"Benarkan sayang," ucap Asela pada sang suami.
"Iya.. Lagi pula umurnya juga cukup," kata ayahnya lagi.
"Jangan lupakan tentang setatus sosial menantu kita Bagas," ucap sang istri Asela menatap suaminya yang menatap lembut dan mengangguk terserah dengan apapun ucapan dan ide Asela.
Adita tambah tak suka sekali dengan orang ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments