Chap 20

"Hari-hari ku lalui sendiri disini

Ku berteman sepi tanpa hadirmu

Yang membuatku merasakan

Rindu di hatiku…"

Enak banget deh ni lagu kalau mau galau. Harusnya gue waktu belum jadian nyanyikan ini, tapi gak papa deh gue mau menggalau dulu karena belum ketemu ayang.

"Oh Tuhan tolonglah

Sampaikanlah salam ku kepadanya

Untuk dia yang belum bisa

Ku tatap indah wajahnya~"

"Ngapain galau sih dek? Itu udah datang orangnya jadi kamu bisa tatap indah wajahnya" mama mengejutkan gue.

"Emang siapa yang datang mam?"

"Ayang kamu lah" Gue berlari kecil menemui Feli yang katanya menunggu di ruang tamu.

Gue bisa liat kalau Feli dan Ricard sedang mengobrol bersama papa gue. Gue menghampiri mereka dan duduk disebelah Feli.

"Kenapa Ricard juga datang ke sini?" tanya gue.

"Emang gak boleh? Kan udah kayak saudara jadi gak papa dong kalau datang jenguk saudara sendiri?"

Gue hanya tersenyum dan mengalihkan pandangan gue ke Feli. Mana tau dia marah kan? Tapi tidak ada kemarahan di sana. Untung aja dia gak marah mungkin karena dia udah ngerti kalau gue gak ada perasaan sama Ricard. Tapi kok kayak ada yang kurang yah kalau Feli gak cemburu.

Feli meminta izin kepada bonyok gue untuk pergi jalan-jalan. Bonyok gue setuju tapi yang paling sial, si Ricard mau ikut katanya untung bonyok gue ngelarang dia dan menyuruh dia di rumah aja bareng bonyok.

Gue mengganti baju karena tadi udah mandi duluan waktu bangun tidur. Gue merapikan rambut, pakai body lotion, pakai sepatu jangan lupa pakai parfum udah itu langsung capcus deh.

Kita pergi menggunakan motor Feli dengan kecepatan standar. Dia membawa gue ke mall untuk bermain di Timezone. Kita bermain dengan sangat heboh terserah deh orang mau bilang apa yang penting kita senang. Siap bermain kita makan dulu karena dah lapar hehe.

Perut kenyang lanjut nonton bioskop. Feli ngajak gue nonton horor, dikira gue takut apa. Tontonan gue nih bos!

Kita memilih yang menurut kita enak di tonton siap itu langsung beli tiketnya gak lupa beli popcorn dan minuman. Kita memasuki bioskop yang udah lumayan banyak penonton di sana.

Kita memilih tempat paling belakang dan ternyata di sana kebanyakan orang lagi pacaran kayak kita.

Film sudah dimulai. Awal masih biasa lah tapi dipertengahan udah mulai menyeramkan tapi gue suka. Eh gak ada hujan gak ada angin tuh film menunjukkan perempuan yang hanya pakai bh sama semp*k. Feli otomatis menutup mata gue.

"Kenapa ditutup?" bisik gue

"Gak boleh liat!"

"Tapi aku juga punya. Harusnya kamu yang tutup mata!"

"Aku juga tutup mata" Dia melepas tangannya dan adegan yang tadi udah lewat.

"Tau dari mana kamu kalau adegannya udah lewat?"

"Ngintip tadi pas suaranya udah beda"

"Alah! bilang aja kalau kamu nafsu kan liat begituan?"

"Kalau punya kamu iya"

"Ih jangan aneh-aneh kamu"

"Tapi di samping aku aneh-aneh" bisik nya. Gue liat ke samping dia dan benar aja ada orang c*pok*n. Umurnya kayak masih di bawah kita.

Dan bukan cuma mereka, tapi hampir semua pasangan. Gue mengalihkan pandangan gue dan fokus ke layar.

Feli menggenggam tangan gue dengan lembut. Aura nya gak baik nih. Kalau sebelum-sebelumnya gue mah biasa aja, tapi kalau sekarang gue udah berpikiran negatif apalagi dengan situasi sekarang yang mendukung untuk berpikiran negatif. Gue udah gemetaran tapi masih fokus ke layar.

Feli mendekat wajahnya ke gue terasa dari nafasnya yang berhembus tepat di telinga gue. Gue geli anjir, itu tempat sensitif gue.

"Tenang aja, aku gak akan macam-macam. Rasa cintaku jauh lebih besar daripada rasa nafsu. Aku gak akan melakukan sesuatu yang membuat hubungan kita hancur apalagi kita masih sekolah" bisik nya lembut membuat gue lega sekaligus ada rasa kecewa terselip sedikit di sana.

Feli belum pernah mencium bibir gue atau hanya sekedar mengecup saja. Gue harusnya senang karena dia menjaga martabat gue tapi tetap aja ada rasa tanda tanya. Apa iya dia beneran cinta? karena Ria saja sudah melakukannya hampir setiap waktu saat mereka jumpa, katanya sih gue gak liat.

Apa dia gak ada pikiran untuk mencium bibir gue atau hanya sekedar mengecup saja biar gue tau kalau dia beneran cinta sama gue.

Film nya udah selesai dan waktunya kita pulang. Gue masih lemah letih lesu memikirkan itu.

"Ada apa?" tanya Feli yang sepertinya mengetahui perubahan raut muka gue.

"Gak papa"

"Kalau jawabnya gak papa berarti ada apa-apa nya"

"Ih... udah dibilang gak papa yah gak papa"

"Tuh kan! Dari nada suara yang meninggi aja udah ketauan"

Gue berjalan mendahului Feli dengan Feli yang selalu kekeh menanyai ada apa dengan gue.

Kita sampai ke parkiran motor Feli dan Feli tetap menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Apa dia ada salah?

Gue suruh dia untuk jalan dulu, nanti aja bahas nya. Dia nurut dan menjalankan motornya sampai kita berada di taman yang orangnya udah mulai sepi.

"Kenapa ke sini?" tanya gue

"Untuk membahas perubahan mood mu yang gak tau alasannya"

"Kan udah aku bilang gak papa"

Feli menangkup muka gue dan menatap gue lembut. "Jel... dalam hubungan itu perlu komunikasi! Aku gak tau loh apa yang ada di pikiranmu. Aku bukan peramal yang bisa membaca pikiran dan keinginan kamu. Kita hanya perlu mengutarakan suara hati kita supaya kita bisa saling mengerti. Hubungan kita tidak akan bertahan lama kalau komunikasi kita aja kurang. Jelasin yah ada apa?"

"Maaf...a-aku hanya__"

"Jangan nangis dong! Kan aku gak marah sayang... "

"Bukan gitu hanya saja aku merasa kalau kamu gak sepenuhnya cinta sama aku"

"Kenapa bisa gitu?"

Lagi-lagi suaranya lembut membuat gue makin merasa bersalah. Nih air mata juga gak bisa diajak kompromi. "Habisnya orang lain kalau pacaran pasti pasti ci-cium pacarnya"

"Kan kita juga"

"Tapi mereka di bibir. Bahkan Ria aja udah sering"

"Tapi kamu tau alasan aku gak ci__"

"Aku tau! Tapi tetap aja aku merasa kalau kamu tuh belum sepenuhnya cinta sama aku"

"Hanya karena itu kamu menafsirkan kalau aku gak cinta sama kamu?" suara Feli mulai meninggi.

"Maaf hiks... a-aku aku___"

"Gak perlu minta maaf. Aku hanya gak ngerti kenapa pemikiran kamu seperti itu. Aku bahkan berusaha, berusaha banget malah untuk menahan nafsu. Aku gak mau kalau sampai kamu marah dan berpikiran kalau aku menjadikan kamu pacar hanya karena nafsu. Kita juga gak tau masa depan. Memang aku sangat berharap kalau kita berjodoh tapi kita tidak tau jodoh kita yang sebenarnya. Aku tidak mau mengambil hak suamimu nanti. Tapi aku berharap kamu lah yang akan menjadi istriku dan saat kita menikah nanti, hal yang kita bahas sekarang menjadi hal yang sangat spesial dimalam pertama kita nanti"

"Maaf... " Gue memeluk Feli dengan erat. Dia membalas pelukan gue dan mengelus rambut gue lembut. Berkali-kali dia mencium kepala gue. Gue gak mau lagi berpikiran seperti itu.

Tapi memang benar, dalam sebuah hubungan itu sangat diperlukan komunikasi. Kalau saja gue tidak mengungkapkan hal yang mengganjal di hati gue, mungkin sekarang kita masih marahan dan gue masih berpikiran yang enggak-enggak.

So, kalau ada masalah ungkapin aja langsung supaya kalian bisa mencari solusi bersama. Pasangan kita tidak akan tau apa yang kita pikirkan dan rasakan tanpa kita kasih tau.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!