Chap 19

Hari udah sore dan gue harus membabu dulu sebelum bonyok pulang kerja.

Gue mendengar bel menandakan ada tamu. Gue segera membuka pintu dan terpampang lah Ricard yang membawa bunga.

"Ada apa Card?" tanya gue.

"Ada tamu kok gak disuruh masuk dulu" sewot Ricard.

"Hehe ya udah masuk!" canggung gue. Dia tersenyum dan masuk ke rumah udah itu langsung duduk di sofa.

"Ada apa?" tanya gue lagi.

"Buru-buru amat" cemberut Ricard.

"Gue harus kerja, keburu bonyok pulang" jawab gue apa adanya.

"Ya udah aku bantu yah!" senyum Ricard. Sebenarnya senyumnya manis tapi gak bisa menandingi senyuman pacar gue.

"Gak ah! Nanti ngerepotin mending langsung ke inti aja"

"Gak papa! Lagian aku mau agak lama di sini"

"Ya udah deh!"

Gue pasrah aja dan betul aja dia bantuin gue. Ternyata dia jago juga padahal cowok. Suami idaman sih apalagi gue juga gak terlalu banyak kerja dibuatnya kayak yang bantu itu gue bukan dia.

Kita selesai dengan cepat. Bahagia banget gue bisa cepat siap kerjanya. Gue duduk di sofa bersebelahan dengan Ricard yang sudah agak letih. Gue beralih lagi ke dapur buat ambil minum. Gue kasih deh ke dia.

Gitu aja mukanya senang banget. Kalau bukan karena gue udah cinta sama Feli mungkin gue akan nerima dia. Habisnya suami idaman banget sih.

"Nih hadiah buat kamu" Ricard mengasih bunga yang tergeletak kian di meja.

"Hadiah untuk apa?" tanya gue heran.

"Hadiah karena kamu udah jadian sama kak Feli!" ucapnya tersenyum.

Ya ampun nih orang padahal udah ditolak tapi bisa-bisanya dia ngasih hadiah. "Makasih"

"Walaupun gue kalah untuk saat ini, bukan berarti cinta kamu gak beralih kan? Kamu boleh sama dia sekarang tapi nanti kalau kamu udah bosan kamu bisa datang ke aku dan kita akan menikah"

"Sembarangan! Gue gak akan bosan sama Feli" sewot gue

"Kita gak tau masa depan dan kita juga gak tau jodoh kita. Banyak kok orang menikah bukan karena cinta. Cinta tidak selamanya menentukan jodoh dan jika jodoh kita orang yang kita cinta, maka itu hanya bonus dan penyedap untuk menjalani hidup. Lagian cinta ga ada yang abadi kok sekalipun ada itu hanya 1/100000." ucap Ricard lembut.

"Ya udah jangan berharap lagi sama gue. Kan lho sendiri yang bilang tidak selamanya orang yang kita cinta itu jodoh kita"

"Mmm tapi untuk menyerah saat ini, gue gak akan! Gue hanya mundur satu langkah bukan menyerah!"

Sebenarnya dia itu orang yang pekerja keras, baik, pintar dan sopan juga. Hanya saja tetap aja gue gak suka. Gue mengagumi semua yang dia miliki tapi tidak untuk mencintainya.

"Card gue sebenarnya suka sama lho tapi bukan suka seperti pasangan. Gue suka ke lho karena semua yang lho punya, gue kagum sama lho gue seperti punya saudara kalau lho di sisi gue seperti tadi waktu lho bantuin gue. Gue gak pernah ada yang bantu seperti itu dan rasanya sangat nyaman. Gue menyukai lho sebagai saudara bukan yang lain!" jelas gue jujur.

Dia terkekeh tapi bisa gue liat mata yang menyimpan kesedihan. Sebenarnya gue gak tega tapi tetap saja gue harus melakukan ini supaya dia gak jatuh terlalu dalam lagi karena dia akan semakin sakit nanti.

"Kamu tau aja cara menolak dengan halus. Tapi halus sama kasar tetap aja sama. Sama-sama ditolak. Hahaha mungkin kamu bukan untuk aku sekarang tapi tidak melunturkan harapan ku untuk bersamamu di masa depan. Kamu bisa menganggap ku saudara sekarang tapi kita tidak tau akhirnya. Aku hanya berharap kamu bisa meningkatkan hubungan itu. Tapi jujur menjadi saudara mu saja sudah membuatku sangat senang! Setidaknya aku bukan orang asing bagimu, aku bisa membuatmu nyaman aja sungguh sangat membuat ku gembira. Aku tidak akan mendoakan kalian langgeng tapi aku akan mendoakan kebahagiaan selalu bersamamu"

Gue tersenyum. Sungguh gue terharu. Gue yakin dia sakit tapi dia tetap bisa tersenyum dan mengucapkan kalimat yang panjang dengan lembut. Beruntung sekali kak Macri punya saudara seperti Ricard tapi kak Macri malah kurang bersahabat. Padahal umur lebih tua kak Macri tapi soal kedewasaan dimenangkan oleh Ricard bahkan Feli dan kak Nico aja kalah. Salut sih!

Sebelum Ricard pulang, bonyok sudah sampai duluan jadi kita makan bersama dulu. Setelah makan malam kita berbincang sebentar dan Ricard memutuskan untuk pulang karena besok harus sekolah.

Gue masuk ke kamar dan membuka gadget. Gue nyalakan data seluler dan di sana sudah ada pesan masuk dari Feli.

Feli😘💘😝

Yang😍...

Hello

kok gak On...

Kangen😘

vc yuk

p

p

p

yang..

^^^Sorry yang, gue tadi baru siap makan^^^

Baru on🙃

^^^Aduduh^^^

^^^lucunya ayang aku😘^^^

Kangen😭😍

^^^Sini peyuk😘^^^

Feli akhirnya vc ke gue. Gue angkat dengan senang hati. Gue bisa liat dada Feli yang terekspos karena gak pakai baju. Bagus banget badannya cok!

"Kenapa gak pakai baju? Nanti masuk angin loh" peringat gue.

"Di sini panas yang, makanya buka baju"

"Alasan"

"Betulan kalau gak percaya bisa datang ke sini"

"Ogah kecuali dijemput" canda gue.

"Abang siap menjemput pujaan hati"

"Ih kok jadi alay gini sih!"

"Namanya juga orang yang lagi dimabuk cinta yang"

"Oh iya aku mau cerita yang... Tadi tuh Ricard datang ke rumah"

"Ngapain?"

"ngapel hehehe"

"Yang... "

"Betulan loh yang... bahkan dia bawa bunga"

"Diterima?"

"Iyalah"

"Kenapa?" tanya Feli serius mode pacar posesif.

"Karena bunganya sebagai hadiah untuk hari jadian kita"

"Betulan untuk itu?"

"Kamu gak percaya sama aku?" marah gue pura-pura.

"Bukan gitu yang, ya udah deh lupain aja. Terus setelah itu?"

"Dia bantu aku beresin rumah. Tau gak sih yang, dia rajin dan jago banget padahal dia cowok"

"Aku juga bisa"

"Masa?"

"Iyalah aku sering bantu bunda"

"Wih suami idaman"

Jelas dong!" bangga Feli.

"Terus tadi kami makan malam bareng papa mama loh" goda gue.

"Selama itu dia di situ?" gue mengangguk. Bisa gue liat muka marahnya.

"Tenang aja bonyok gue gak akan oleng ke dia kan udah ada lelaki tampan yang datang waktu itu" puji gue.

"Tetap aja aku gak terima dia selama itu sama kamu"

"Ih ayang... lagian dia udah aku anggap saudara sendiri dan dia juga senang walaupun dia bilang gak sepenuhnya akan mundur"

"Tuh kan!"

"Tapi kan kamu udah berapa langkah maju bahkan jarak diantara kalian udah jauh banget"

"Mm kalau kamu yang bilang kayak gitu aku senang" ucapnya walaupun mukanya gak menunjukkan kebahagiaan sedikitpun.

Lama kita mengobrol sampai mata gue ngantuk banget. Gue izin mematikan telpon tapi ditahan sama Feli.

Katanya dia ingin liat muka tidur dan bangun gue biar berasa tinggal bersama katanya.

Gue nurut aja dan meletakkan gadget gue agak jauh supaya muka cantik gue terpampang nyata.

Gue menutup mata gue yang udah sangat berat. Gue gak tau sejak jam berapa Feli tidur karena gue gak merhatiin. Ya iyalah orang tidur juga.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!