Chap 18

Gue sekarang berangkat ke sekolah dengan Feli. Gue gak mau pakai embel-embel kak lagi, nanti yang ada dia malah marah.

Gue memeluk pinggangnya supaya gak terbang dibawa angin. Canda hehe!

Kita akhirnya sampai dengan kak Macri dan Ria yang sudah menunggu kita diparkiran. Mereka nunggunya sambil pegangan tangan dikira gue iri kali yah padahal kan gue ada doi kecuali yang baca mungkin jomblo.

Gue menghampiri Ria dan kak Macri dengan berlari kecil diikuti Feli yang mengekor, bedanya dia jalan santai tapi kok bisa yah kita malah samaan sampainya.

"Ehmmm... pacaran mulu nanti putus nangis" ejek gue dengan batuk yang dibuat-buat.

"Kayak lho gak aja" julid Ria tak terima.

"Ye... gue mah gak akan pisah kan siap sekolah langsung nikah" protes gue.

"Kayak lho tau aja masa depan gimana. Nanti gak jodoh bunuh diri lagi"

"Ri... " kali ini Feli yang gak terima.

"Iya... iya mentang-mentang sekarang udah pacaran, adik sendiri terlupakan" cemberut Ria mengerucutkan bibir membuat gemas abang dan pacarnya. Bahkan mereka berdua mencubit pipi Ria. Bagi rata mereka, Feli sebelah kanan dan kak Macri sebelah kiri.

Ria makin kesal tapi mereka bukannya minta maaf tapi malah senyum pepsodent menahan diri karena gemes sama Ria. Gue juga pengen digituin tapi gue gak punya abang.

Kita sibuk dengan candaan sampai gue melihat motor yang memarkir tidak jauh dari kita. Dia Ricard mantan orang yang dijodohkan sama gue. Dia membonceng Nisa sepupunya. Kan dah jadi saudara kak Macri, jadi mereka otomatis jadi sepupu.

Gue melihat ekspresi kak Macri berubah walaupun tidak terlalu nampak.

"Hi semua... " sapa Nisa girang. Semua tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban.

"Hi Jel" sapa Ricard mendekat kearah gue.

"Hi juga" balas gue ramah.

"Kamu kenal?" tanya Feli yang membuat gue beralih menatap dia kembali.

"Iyalah kan Ricard orang yang dijodohkan sama gue waktu itu. Lagian waktu pernikahan bokap kak Macri gue juga datang" jujur gue. Tatapan Feli berubah agak menyeramkan. Mungkin cemburu padahal kan gue udah nolak dan terima dia.

"Sayang jangan gitu liatnya kan kita udah pacaran dan aku pilih kamu bukan Ricard" bujuk gue dengan muka yang di imut-imut kan, gak tau cocok apa gak.

Feli tersenyum. Terserah deh kalau gue agak murahan tadi langsung manggil sayang yang penting Feli udah gak marah lagi.

"Memilih buka berarti dia jodohmu kan? Bisa aja sebenarnya gue yang jodohmu" goda Ricard yang membuat gue geli. gue gak suka sumpah.

"Anjirrr... " Feli hendak melayangkan tinjunya ke Ricard tapi segera gue genggam pergelangan nya. Gue gak mau sampai Feli masuk BP hanya karena hal kecil seperti ini. Apalagi kalau Feli yang meninju duluan.

Gue menarik Feli dan memperingatinya untuk gak mendengar omong kosong Ricard. Gue juga gak tau kenapa Ricard selalu seperti itu jika menyangkut gue. Padahal dia baik kok dan pikirannya juga dewasa banget. Tapi dia selalu goda gue yang buat gue jadi ilfil banget. Dia bilang suka pada pandangan pertama sama gue tapi gak harus kayak gini juga.

Jangan sampai dia jadi perusak hubungan gue dengan Feli. Gue memang gak benci sama dia walaupun kelakuannya sama gua agak terlalu aktif karena kebaikan dia juga tapi kalau sampai dia menjadi orang perusak hubungan gue, gue akan benci banget sama dia.

Gue diantar ke depan kelas dan Feli membelai rambut gue dengan lembut. Gue malu tapi senang. Banyak orang yang liat ada yang bersorak ria dan ada juga yang julid dan iri.

Gue gak terlalu mendengar omongan mereka tentang gue karena yang pasti sumber kebahagiaan gue yah ini bukan omongan mereka. Gue gak bisa menutup mulut mereka tapi gue bisa menutup kedua telinga gue dari komentar negatif yang keluar dari mulut mereka.

Gue masuk kedalam kelas dan duduk di kursi gue. Gue liat Ria datang dengan cemberut katanya dia marah karena gue tinggal. Ada-ada aja, marah kok dikasih tau udah itu banyak omong lagi. Marah kan harusnya diam dan gak mau ngomong ini malah sebaliknya.

Beberapa menit kemudian, Febry datang dan seperti biasa kita melakukan ritual yang gak boleh tertinggal setiap waktunya yaitu menggosip. Gosip merupakan hobby kita bahkan hampir semua orang gue rasa.

detik berganti menit dan menit berganti jam, akhirnya jam sekolah sudah berakhir. Gue menutup semua buku dan membereskan semua peralatan sekolah gue ke dalam tas.

Kiai keluar kelas dan di sana sudah terpampang pria tampan yang bersandar di dinding dengan gadget di tangannya.

"Tumben kalian nunggu di depan kelas, biasanya juga di parkir?" tanya gue kepada Feli dan kedua temannya.

"Biasa bucin baru jadian. Katanya mau langsung jemput yayang nya ke kelas" goda kak Nico.

"Ohh" ucap kami tiga serempak.

Feli menggandeng tangan gue dan bisa gue liat kalau kak Macri memeluk pinggang Ria dari belakang. Ria mah santai aja kalau gue yang di posisi Ria mungkin udah ketar-ketir. Cuma digandeng gini aja gue udah merona.

Seperti biasa, Bara beralasan gak bisa antar Febry. Febry keliatan sedih tapi dia tetap tersenyum seakan mengatakan kepada kami kalau dia baik-baik aja. Febry akhirnya diantar sama kak Nico.

Motor Ricard masih di sini, mungkin mereka belum balik. Kita sebenarnya mau pulang tapi teman-teman minta PJ ke kita, jadi Feli membawa kita ke warung mbak tukang bakso.

Seperti biasa gue harus menambahkan cabe yang banyak supaya baksonya pedas banget. Gue suka banget kalau udah gini, bikin nagih.

Sebenarnya Feli udah melarang gue tapi gue bandel habisnya kalau gak pedas gak enak serasa gak makan bakso gue.

Gue memakan bakso dengan bibir yang udah kerasa bengkak dan mata yang udah berkaca-kaca. Tapi gue suka banget.

Lama kita berbincang di sana sampai gue menghabiskan dua porsi. Kalau soal perut udah kebal sama pedas kayak gini. Kebal banget malah.

Karena dirasa kita terlalu lama, akhirnya kita memutuskan untuk pulang dan tak lupa Feli yang bayar semua. Padahal udah gue bilang biar kita bagi aja yang bayar tapi dia nolak dengan alasan ini urusan cowok.

Ya udah deh lagian untung di gue. Makan bakso dua porsi dengan gratis.

Feli mengantar gue dan mampir sejenak ke rumah untuk berbincang hal yang gak perlu.

Setengah jam Feli di rumah akhirnya dia balik tak lupa mencium kening gue sebelum balik.

Dia melajukan motornya dengan gue yang melambai tangan sampai Feli gak terlihat lagi.

Gue masuk deh ke rumah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!