Chap 15

...*POV Angel*...

Sekarang kita udah balik ke kelas.

Setelah Ria menceritakan semua kepada kita, kita gak marah lagi. Gue udah prediksi sih kalau dia akan jadian sama kak Macri.

Hari ini sangat melelahkan. Bukan karena apa yah, tapi satu hari ini pelajaran menghitung semua. Apalagi semalam orang tua gue maksa menjodohkan gue sama anak temannya.

Namanya Ricard saudara tiri kak Macri. Mereka sudah membicarakan ini waktu pernikahan tante Meli dan om Raja.

Besok Ricard akan mulai sekolah di sekolah yang sama dan bahkan kelas yang sama.

Gue akui memang Ricard ganteng hanya terbalut culun aja.

Tapi gue gak cinta sama dia. Gue cintanya sama kak Feli. Sebenarnya gue tau kalau kak Feli juga suka sama gue, tapi gue malu. Ya kali gue gak tau, kak Feli terang-terangan kok. Gak ada yang ditutupi.

Tapi gue kalau suka sama orang malah kayak gak suka. Karena gue lebih suka memendam. Gue malu banget kalau harus nunjukin rasa suka gue, gue ngerasa kalau nanti gue kayak gitu, kak Feli langsung ilfil.

Gue malah lebih akrab sama orang yang gak gue suka atau gak ada perasaan gitu hanya sebatas teman aja.

Gue malah keliatan suka sama orang itu padahal gue sukanya sama orang yang gue cuekin.

Mungkin karena itu gue gak pernah pacaran.

Tadi waktu di kantin gue sengaja goda kak Feli, walaupun gak keliatan banget. Gue hanya gak suka aja, dia suka sama gue bahkan terang-terangan ngasih perhatian dan dengan sengaja mengangguk mengakui pernyataan temannya kalau temannya confess perasaan kak Feli ke gue tapi kak Feli gak pernah nembak langsung ke gue.

Kalau dia lelaki sejati, dia gak akan pengecut seperti ini. Kalau aja dia nembak gue, pasti gue terimalah. Apa karena gue berlebihan yah cuekin dia. Tapi harusnya dia siap dengan konsekuensi ditolak. Namanya juga cinta harus penuh perjuangan lah.

Kalau kak Feli nembak gue, gue akan melawan bonyok gue buat batalin perjodohan itu. Gue juga yakin kalau bonyok gue akan ngertiin perasaan gue.

Tapi kalau kayak gini, gue mau bilang apa sama ortu gue. Pasti mereka gak akan percaya. Sekalipun mereka percaya, mereka gak akan setuju dengan orang yang gak pasti. Apalagi kalau tau kak Feli juga suka sama gue tapi gak nembak. Pasti mereka ngira kalau kak Feli hanya main-main aja sama gue.

Yah walaupun gue gak tau pasti kalau dia cinta atau hanya suka sementara sama gue.

Gue sepertinya harus bertindak lebih dulu untuk menunjukkan rasa suka gue ke kak Feli supaya kak Feli langsung nembak gue.

Lagian bonyok gue kenapa sih? Masih kelas sebelas juga udah dijodohkan.

Kesal deh!

Lagian Ricard juga mau-mau aja lagi dijodohin sama gue. Padahal gue udah nolak keras loh! Tapi karena Ricard setuju, bonyok gue jadi gak bisa dibantah deh. Mau kasih alasan, tapi kak Feli belum jadi pacar gue.

Semoga aja waktu gue pendekatan sama kak Feli, Ricard gak ganggu apalagi besok dia akan masuk ke sekolah ini.

Semoga aja dia langsung suka sama orang lain dan kita sama-sama minta dibatalkan deh.

Betapa bahagianya hidup ini.

Tapi itu hanya hayalan dan keinginan.

Pusing pala berbie.

.

.

.

Waktunya pulang. Sepertinya gue harus menelpon supir biar gak jemput, supaya kak Feli ngantar gue lagi.

Pokoknya gue harus melakukan pergerakan pendekatan dengan doi.

"Ri... "

"Mmm"

"Lho balik sama kak Macri atau kak Feli?"

"Emangnya kenapa? Lho mau diantar sama kak Feli? Kalau iya, gue sama kak Macri. Lagian gue yakin kalau kak Feli mau ngantar lho dengan hati yang gembira"

"Apaan sih Ri. Gue cuma mau numpang aja, supir gue gak bisa"

"Hmm... gak bisa apa gak bisa?" jahil Ria dan Febry.

"Apaan sih kalian dua! Kalau gak bisa gue mau pesan Goj*k aja" ketus gue.

Sebenarnya gue senang, tapi rasa malu gue lebih besar. Ini untuk pertama kalinya gue kecentilan seperti ini. Tapi gak papa demi C-I-N-T-A.

.........

"Kak Feli... " teriak Ria seperti biasa. Memang gak ada malunya ini anak.

"Hmmm"

Gini amat bicara sama kulkas berjalan, untung bukan abang gue tapi tetap aja kenapa gue harus cinta sama nih orang.

"Lio pulang sama aku yah" ajak kak Macri lembut.

Dasar lelaki, sama pacarnya aja perhatiannya minta ampun. Coba aja ortu yang minta antar pasti dibantah. Anak durhaka memang.

"Iya. Soalnya Angel juga mau diantar sama kak Feli. Katanya supirnya lagi gak bisa jemput. Katanya sih gak tau deh benar apa bohong" jawab Ria melirik ke arah gue.

Sebenarnya gue pengen colok tuh mata. Udah mulutnya yang ceplas-ceplos. Tapi untung deh dia kayak gitu, jadinya gue gak harus berjuang sendirian.

"Beneran Jel?" tanya kak Feli semangat.

Ya ampun makin klepek-klepek gue kalau kayak gini. Tapi jangan terlalu terlihat malu soalnya. Stay cool Angel.

"Iya kak soalnya supir gak bisa jemput tapi kalau gak bisa, gue pesan taksi atau gojk aja gitu"

"Ih gak boleh gitu, gue bisa kok bisa banget malah"

"Beneran? Gak ngerepotin kan?"

"Gak lah. Lagian kalau ngerepotin juga gak papa, demi kamu apa sih yang engga?" mengedipkan mata.

"Ya udah deh"

"Tunggu dulu, jangan asal kasih tumpangan dong. Terus sepupu gue gimana?"

"Oh iya si Nisa! sorry sorry, gue lupa bro"

"Nisa siapa?"

"Sepupu kak- eh maksudnya pacar gue yang sempat gue kira gebetan baru pacar gue" jawab Ria santai.

"Oh"

"Cantik gak?" tanya Febry.

"Banget" Ria mengacungkan jempolnya dengan mata berbinar.

"Wah... teman kita ada saingan cinta nih" iseng Febry menyenggol bahu gue.

Gue hanya diam aja karena jujur gue sebenarnya agak cemburu. Agak tapi gak cemburu-cemburu amat.

"Tenang aja, ayang Angel selalu di hati. Kalau Nisa mah hanya sebatas adik"

"Cie... " Goda Ria dan Febry menyenggol gue.

Gue hanya senyum walaupun nih hati dah teriak.

"Terus sepupu gue sama siapa?" tanya kak Macri lagi.

"Gampang lah kak, kan ada kak Nico" tunjuk Febry ke kak Nico yang hanya diam menyimak pembicaraan kami.

"Udah kan? Ya udah yo Jel biar abang antar" ajak kak Feli.

Gue cuma nyengir sembari naik ke motor kak Feli. Kan gue harus nunjukin perasaan gue tapi jangan nunjukin semua nanti jadi malu-maluin.

"Pegangan dong" ucap kak Feli sembari menarik tangan gue memeluk pinggangnya.

Gue mau ajalah senang banget malah. Kalau dulu sih gue pasti sok jual mahal.

Kita gas meninggalkan semua. Bahkan gue belum liat muka si Nisa Nisa itu. Awas aja kalau dia lebih cantik dari gue, gue rusak tuh muka.

Sepanjang jalan kita hanya diam. Karena kalau kak Feli bicara gue suka budek. Makanya, daripada kak Feli capek lebih baik dia diam aja. Taulah suasana bermotor seperti apa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!