Chap 12

Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Tapi abang gue sempat chat gue kalau dia akan antar Nisa cewek yang bersama kak Macri sebelumnya pulang. Dan gue pulangnya sama kak Macri.

Gue bingung sama bang Feli.

Padahal yang marah banget tadi pagi itu dia. Sekarang malah suruh gue pulang sama kak Macri. Aneh!

Tapi mungkin aja mereka udah bicara dan mungkin perempuan itu bukan siapa-siapanya. Tapi kenapa tatapan kak Macri keliatan tulus banget?

Tau ah. Mending gue ke parkiran, biar gue cepat pulang dan bertemu sang kekasih yang selalu menopang gue dengan kuat yaitu kasur tercinta.

Gue dah sampai di parkiran dan di sana mereka udah menunggu termasuk Nisa.

Febry gak bareng gue, karena dia agak lama katanya di sekolah, karena masih ingin merayakan hari jadi mereka yang kedua tahun.

Entah setelah itu mereka berpesta di resto, gue gak tau. Yang pasti, gue sama Angel akan meminta bagian kami besok sama Febry.

Ngomong-ngomong tentang Angel, gue udah kangen aja sama dia. Walaupun tadi seru, tapi kayak ada yang kurang aja tanpa dia.

“Lama banget sih, ya udah kita duluan. soalnya Nisa ada urusan katanya. Besok aja kenalannya” ucap abang gue berlalu pergi.

Memang waktu gue ke parkiran, abang gue udah nyalain motor dengan Nisa yang udah ada di jok belakang.

Gue menatap kak Macri yang udah menunggu gue. Entah kenapa, masih ada rasa sakit. Padahal kan gue yang nolak dia. Dasar gue, gak tetap banget pendiriannya.

“Mau pulang sekarang?” Gue hanya mengangguk. Masih kesal soalnya. Padahal kan, mau dia dekat sama siapa aja bukan urusan gue, gue bukan siapa-siapanya kok.

“Masih marah?”

“Siapa yang marah?” sambar gue secepat kilat.

Ia tersenyum tipis, turun dari motor dan mendekat ke arah gue. Dekat banget gila. Bahkan gue bisa merasakan nafasnya yang mengenai wajahku.

Gue mendongak, karena dia tinggi banget. Gue Hanya sebahunya doang.

“Feli cerita kok sama gue, dimana lho nangis di mall karena liat gue sama Nisa” bisik nya tepat ditelinga gue.

Geli njir. Dia gak tau apa kalau telinga area sensitif gue. Eh tapi, ya kali dia harus tau semua tentang gue.

Tapi waktu nafasnya menyentuh gendang telinga gue, gue merasa sekujur tubuh gue membeku dan terbakar diwaktu yang sama.

Udah dadanya yang nempel di muka gue lagi.

Sumpah, gue harus periksa ke dokter sih. Masa iya jantung gue gak karuan seperti ini. Kayaknya ada kelainan deh di jantung gue. Semoga aja gak parah, apalagi sampai menyebabkan kematian.

Gue nafas aja susah njir.

Ya Tuhan.

“Gue minta maaf kalau gue udah buat lho nangis” suara yang soft dengan posisi yang sama.

Gue gak bisa liat ekspresinya sekarang.

“Ke-kenapa lho yang minta maaf? Kan lho gak salah. Lagian gue juga yang tolak lho, jadi lho bebas pilih cewek yang lain” kegagapan gue diawal, berubah jadi suara yang lirih.

Karena sungguh, gua gak bisa membohongi diri gue sendiri, betapa sakitnya hati ini dan betapa bodohnya diri ini.

Seperti yang sudah abang dan teman-teman gue katakana, jangan sampai gue menyesal. Dan sekarang gue menyesal karena tidak mengikuti perkataan mereka dan yang paling penting adalah perasaan gue.

Gue lebih banyak menggunakan otak dan pikiran gue dibanding hati dan perasaan gue.

Gue memang bodoh!

Kak Macri menangkup kedua pipi gue. Gue bisa melihat mata merah seperti ingin menangis.

Apa dia bermaksud menyembunyikannya?

“Gue minta maaf. Tolong jangan nangis. Hati gue sakit melihat lho nangis begini” lirihnya yang melihat gue nangis.

Yah. Gue nangis saat dia menangkup pipi gue. Entah kenapa tangan hangatnya dengan cepat membuat butiran air yang gue tahan, mengalir begitu saja.

Gue bahkan bisa liat air mata yang keluar dari mata elang kak Macri. Setulus dan secinta itukah dia sama gue?

Sekarang gue bahkan ingin merendahkan, mencaci maki dan merutuki kebodohan gue saat menolak dia.

Bisa-bisanya gue menolak orang setulus ini. Demi orang yang bahkan belum tentu mencintai gue dan yang sebenarnya, gue juga gak mencintai dia lagi. Hanya karena keraguan gue bisa membuang orang yang tulus dan nerima gue apa adanya.

Dia bahkan mengeluarkan air mata hanya karena gue yang nangis karena kebodohan gue sendiri.

“Ma-maaf. Pasti sakit banget kan saat gue nolak lho?”

“Gue tau lho gak suka sama gue. Gue___”

“Apa tawaran jadi pacar lho masih berlaku?”

Gue gak peduli mau gue dicap sebagai wanita murahan kek. Yang penting, gue mau memastikan perasaan kak Macri. Kalau dia masih menerima gue, gue gak akan menolaknya. Tapi kalau dia udah ada yang lain yaitu Nisa atau siapapun itu, gue akan merebutnya.

Gue gak pelakor kok, gue cuma gak mau aja kalau mereka semakin cinta sama kak Macri, padahal kan kak Macri cintanya sama gue. Nanti dia sakit hati banget saat mengetahui itu. Jadi sebelum terlambat, udah terlambat sih. Tapi sebelum dia jatuh terlalu dalam, gue harus membebaskan mereka dengan cepat.

Kak Macri masih terdiam.

Apa dia gak mau lagi sama gue?

Apa karena gue tolak makanya dia patah hati dan berniat menjauhi gue?

Gak boleh. Pokoknya dia harus jadi milik gue. Milik gue titik sebesar gereja.

“Kak Mac, apa gue masih bi__”

“Ya. Tawarannya masih berlaku sampai kapanpun itu” jelasnya sumringah.

“Kalau gitu. Gue mau jadi pacarnya kak Macri” ucap gue tak kalah bahagianya dari kak Macri.

Dia memeluk gue erat. Bisa gue dengar suara tawa lembut.

Kebahagiannya begitu sederhana. Tapi gue juga sama.

Gue gak tau kalau gue ternyata sebahagia ini hanya karena kak Macri. Kebahagiaanya itu, gak tau bagaimana cara menjelaskannya. Tapi hati gue tau betul sebahagia apa gue sekarang ini.

“Tapi gue posesif, cemburuan, mudah marah, mood gampang berubah. Jadi lho harus bisa menerima gue yang seperti ini” peringat gue.

“Gue udah tau. Bahkan sebelum kita pacaran aja, gue udah nerima semua itu dari lho dan gue tetap cinta dan makin cinta sama lho. Apalagi sekarang kita udah sah pacaran. Gue akan lebih menerima itu dan yang pasti gue suka sama sifat lho yang itu. Dari situ gue bisa tau kalau lho benar-benar cinta sama gue. Karena kalau lho gak cemburu dan posesif, bagaimana gue bisa tau kalau lho suka gue? Dan untuk sifat yang lain, gue juga suka. Itu artinya lho nyaman sama gue. Karena kalau lho hanya senyum dan gak pernah marah, berarti lho gak nyaman sama gue bahkan lho mungkin aja takut sama gue. Dan gue gak mau itu terjadi!”

“Gue juga gak suka lho dekat sama cewek lain!”

“Emang kapan gue pernah dekat sama cewek lain. Seisi sekolah juga tau kalau gue dekatnya cuma sama lho. Dan untuk cewek lain, gue bicara aja kalau ada perlu. Bisa dihitung jari bahkan kalau gue bicara sama mereka selama ini. Yang paling sering juga dua sahabat lho. Itupun karena mereka sahabat lho dan mereka banyak bicara makanya gue respon mereka dengan baik. Bahkan udah paling baik itu mah”

“Terus si Nisa Nisa itu?” interogasi gue.

Kan sekarang dah jadi pacar. Jadi aman.

Dia tersenyum hangat.

“Dia sepupu gue. Orang paling bawel tapi juga paling perhatian. Dia itu datang kesini sehari sebelum papa menikah. Dia dari prancis dan pindah ke sini. Sebenarnya udah dari lama dia ingin pindah, tapi uncle selalu larang karena belum bisa jaga diri katanya. Padahal di sana juga dia hanya di jaga baby sister. Mereka selalu pulang malam, makanya Nisa selalu pengen disini aja. Sampai ada kesempatan datang dan Nisa membujuk papa untuk membujuk Uncle. Makanya sekarang dia sekolah disini hari ini” tuturnya

“Oh begitu. Maaf udah salah sangka”

“Gak papa. Lagian gue suka. Karena kesalahpahaman itu membawa kebahagiaan kepada gue sekarang"

Gue tersenyum dan gak berselang lama, ia kembali memeluk gue erat.

Kita pulang dengan hati yang berbunga-bunga. Gak ada lagi kesedihan.

Dan gue benar-benar bahagia sekarang. Sumpah!

.

.

.

Ya Tuhan!!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!